webnovel

PENDEKAR TERKUAT DI ALAM SEMESTA

Feng Li Qian adalah murid terhebat di Tao Bao Hu. Dia menjadi pendekar tak terkalahkan dengan kekuatannya yang sudah menyamai kekuatan Dewa. Feng Li Qian sangat dihormati oleh junior-juniornya. Dia terkenal tegas dan tidak pernah pandang bulu kepada siapapun. Meskipun dirinya hebat, namun Feng Li Qin tetaplah seorang pria yang memiliki hati. Dirinya jatuh cinta dengan Zhuge Liying. Pendengar wanita yang tidak kalah terkenalnya dengan Feng Li Qian. Mereka pun dipertemukan disituasi yang berbeda, yang menjadikan mereka pasangan kekasih. Akan tetapi, umur Zhuge Liying tidaklah panjang. Feng Li Qian marah dan menjadi tidak terkendali ketika kekasihnya itu mati. Bagaimana kelanjutannya?

nana_raeni06 · Fantasi Timur
Peringkat tidak cukup
376 Chs

IDENTITAS ZHEGE LIYING

Episode sebelumnya.

Identitas pendekar bertopeng telah diketahui, ternyata dia adalah seorang wanita cantik. Kendatipun dia sangat dingin dan acuh kepada pria.

Dia sedang marah kepada Yu dari Dao Bao Hu. Dikarenakan Yu memegang salah satu pedangnya yang terlepas tadi.

***

"Cepat katakan di mana pedangku yang lainnya!" Dia terlihat seram, dengan mengancam ujung mata pedangnya yang akan menyayat kulit Yu.

"Ekh!" Yu terlihat membulatkan matany cemas. Terdiam dan hanya bisa menelan salivah saat bagian tajam itu menggores di kulitnya yang sensitif.

"Yu!" Teriakan teman-teman yang lain. Mereka memandang Yu dengan cemas dan khawatir.

"Pendekar," kata Feng Li Qian secara lembut.

"Kumohon, lepaskan pedangmu dari dari adik kedua," pinta Feng Li Qian secara baik-baik.

"Tolong, kasihani lah dia. Jangan kau bunuh dia. Yu orang yang sangat baik, dia bukan penjahat yang akan mencuri pedangmu," tutur Liu perlahan-lahan untuk meminta pengertian dari pendekar itu.

"Bohong!" Menentang. Dia tidak mempercayai perkataan para pria itu.

"Cepat katakan di mana pedangku yang lainnya!" Teriakannya keras kepada semua yang ada. Tentu ujung mata pedangnya semakin ditekan pada diri Yu.

Teriakannya itu semakin membuat Yu takut. Sesekali dia terpejam saat Pendekar wanita itu membentaknya. Yu tidak bisa berbuat apa-apa, sebab Yu telah tersudut dengan ujung mata pedang pendekar itu hampir menusuk lehernya.

Teman-teman yang juga tidak bisa berbuat banyak. Mereka tidak bisa membantu Yu atau menyelamatkan Yu untuk sekarang.

"Baik pendekar," sebut Zhao Yun menenangkan, agar tidak terjadikesalah pahaman kembali.

"Bagaimana kita bicarakan ini secara baik-baik," sambungnya kepada pendekar tersebut dengan sopan.

"Kami tahu saat pertarungan tadi kedua pedangmu terjatuh dan terlepas dari tanganmu, dan Yu tidak bermaksud ingin mencurinya."

Berkata tenang dan mencoba untuk memberi penjelasan kepada pendekar yang sangat pemarah ini.

Kedua tangan Zhao Yun mengulur kedepan meminta agar Sang pendekar untuk bisa berpikir tenang, sebab semuanya tahu bahkan pedekar itu juga tahu, kalau pedangnya jatuh ketika pertarungan tadi.

"Mungkin saja pedangmu yang lainnya jatuh di tempat yang berbeda, karena Yu hanya menemukan ini tadi di sana," tambah Zhao Yi lebih lanjut.

"Di saat pedang ini ditemukan Yu atau pun kami tidak menemukan pedang yang lain selain yang ini." Zhao Yi mencoba bernegoisasi dengan sopan. Penjelasannya disimak oleh Sang pendekar. Akan tetapi, dia masih tetap diam dengan respon tatapannya yang dingin kepada semuanya.

"Benar yang Zhao Yun katakan. Percayalah kami tidak menemukan pedangmu yang lain. Percayalah." Liu menyahut saja di tengah-tengah penjelasan ini.

"Aku dan Yu hanya menemukan yang berwarna Emas ini saja. Tidak ada yang lain di sana selain pedang yang satu ini." Penjelasan Yun sedikit menbantu, meski sang pendekar belum mau mempercayainya.

Walau tengah terpojok Yu memandang senang kepada tiga teman yang sudah dianggapnya saudara itu.

"Terima kasih Liu, adik keempat, dan kakak pertama." Memandangi satu persatu wajah mereka, seolah ini menjadi hari terakhir baginya melihat saudara-saudaranya.

Mungkin hanya kalimat itu saja yang bisa Yu ucapkan. Yu ingin sekali banyak berkata, namun kalimatnya tersangkut di antara kerongkongan dan pita suaranya.

Sulit sekali terucap mungkin ujung mata pedang itu yang terus menekan Yu, sehingga menjadi tertekan.

"Ah!" Dia malah semakin marah. Walau sudah diberikan penjelasan. Namun, itu saja tidak cukup untuk membuat alibi peda pendekar itu.

Pedang yang hilang adalah pedang yang sangat berharga. Senjata yang tercipta dari logam itu sangat berarti bagi pendekar yang belum diketahui namanya itu.

Sampai sekarang dia tak mengatakan alasan kenapa pedang itu sangat penting. Dari kemarahannya memang dapat dipastikan pedang itu sangat istimewah.

"Cepat katakan di mana pedangku yang lainnya!" Tanpa bosan dia terus mengulang kata-kata yang sama. Seolah tidak ada pertanyaan di dunia ini selain---Di mana pedangku yang lain?

SREEET ....

Sengaja atau tidak, tetapi ujung mata pedang itu menyayat di kulit sensitif Liu.

Tidak mau menunggu lagi. Kesabarannya telah habis akhirnya pendekar itu menyayat dan memberi goresan kecil pada leher dengan kulit yang sensitif tersebut.

Yu!" teriak semuanya dan dibuat memandang ngeri dengan ujung mata pedang itu yang akhirnya menyayat di leher Yu.

Walau hanya goresan kecil di ujung mata pedang, tetapi dari sedikit goresan saja suda banyak mengeluarkan cairan merah pekat yang masih segar.

Cairan merah yang tidak berbau itu mengalir deras di ujung pedang lalu menetes dan mewarnai tanah.

POV YU ~~~

Aku sudah tidak bisa mengeluarkan suara kembali, karena goresan kecil yang diberikan olehnya tepat mengenai pita suaraku.

Walau ini hanya goresan kecil saja. Namun membuatku terdiam seperti patung batu yang keras. Aku hanya bisa melihat tatapan matanya yang sangat marah kepadaku.

Apa hanya karena pedang yang lain itu sampai-sampai aku dibuatnya seperti ini?.

Ini terasa kaku. Aku tidak lagi bisa menggerakkan tubuhku, semua sistem syarafku seakan berhenti berkerja. Aku sedikit melirik ke bawah dan ternyata cairan merah yang keluar dari kulitku begitu deras. Pantas saja ini membuatku sangat lemas.

"Yu!" Liu melirih dan memandang sedih kepada Yu.

"Kakak kedua!" Yu melihat sedih padanya.

"Adik!" Liu Tidak bisa berbuat apa-apa, hanya diam dan menahan tangis lalu membenci diri sendiri karena tidak bisa menyelamatkan Yu dari tangan Sang pendekar.

"Apa ini pedang mu?" Shangkuan Yun datang dari arah berbeda, dengan membawa sebuah pedang di antara kedua tangannya.

Seebuah pedang berwarna perak terang dengan gagang pedang yang berbentuk kepala burung.

Apakah ini pedang yang dicari-cari oleh Sang pendekar?

Kata-kata ini terdengar hingga menembus gendang telinga. Pendekar wanita itu segera menoleh dan memandang siapa yang berkata tadi.

Lalu pendekar wanita itu pun melepaskan ujung mata pedangnya yang mengenai leher Yu.

BRUK ....

Yu ambruk jatuh tersungkur di tanah tubuhnya lemas sebab terlalu banyak mengeluarkan darah.

"Yu!" teriak ketiga saudara seperguruannya secara kompak. Ketiganya langsung duduk tersengkur mengitari Yu.

Telah dilihat oleh pendekar wanita ini seorang laki-laki dewasa sedang mengulurkan kedua tangannya dan di atas tangannya itu ada sebuah pedang berwarna perak terang.

"Iya. Ini milikku!" akuannya yang begitu jujur. Berdiri berhadapan langsung dan saling memandang satu sama lain.

"Oh. Sayangku" ungkapannya yang sangat begitu bahagia ketika dapat melihat kembali pedang kesayangannya.

Tidak membuang waktu. Dia mengambil dengan cepat pedang dari tangan Shangkuan Yun.

"Mengapa pedangku sampai bisa di tanganmu, Tuan?" tanya dia heran. Namun, tetap tegas disetiap intonasi katanya.

"Kutemukan ini di sana. Pedang ini jatuh terpisah dari pedangmu yang itu," kata Shangkuan Yun menjelaskan.

Ketika dia yang sedang menyimak dan Shangkuan Yun yang sedang menjelaskan, tiba-tiba saja ketiga murid Dao Bao Hu tersebut berteriak secara kompak.

"Yu!" cemas Liu.

"Kakak!" teriak Zhao Yi.

"Adik!" sebut Feng Li Qian yang meneriaki langit.

Kondisi Yu cukup parah, dari goresan kecil itu dia harus banyak mengeluarkan banyak darah hingga Yu tidak sadarkan diri. Kedua matanya telah terpejam erat dengan detak jantung dan sistem syaraf nadinya telah lemah, tidak berfungsi dengan normal.

Keadaan ini membuat ketiga saudara seperguruannya bersedih, cemas dan khawatir seakan-akan Yu akan pergi meninggalkan mereka.

"Dasar payah!" gumam kesal dari pendekar wanita itu ketika melihat tiga orang laki-laki yang menangis lemah hanya karena hal sepele.

"Ambil ini!" Dia melemparkan sebuah kantung kain kecil berwarna merah kepada tiga orang laki-laki yang sedang berduka itu.

"Untuk apa ini?" tanya Zhao Yi yang mendapatkan bungkusan kecil tersebut. Dia pun membuka kantung kecil tersebut. Lalu dilihat olehnya apa yang ada didalamnya.

Ternyata itu adalah kantung yang berisikan berbagai jenis rempah atau obat-obat herbal untuk pengobatan.

Zhao Yi bertanya. Namun, tidak ada jawaban dari pendekar tersebut.

Setelah melempar dan mendapatkan kembali kedua pedangnya. Pendekar yang belum diketahui namanya ini tidak ingin mau berlama-lama di Dao Bao Hu.

"Apa ini untuk mengobati luka kakak Yu?" gumam Zhao Yi satu kali lagi.

Zhao Yi memang pandai dalam hal ilmu pengobatan jadi hanya dengan melihatnya saja dia sudah paham apa maksud pemberian kantung kecil tersebut.

Terutama kantung kecil tersebut berisikan banyak tanaman-tanamn herbal.

"Hub!" Pendekar itu meloncat dan meringankan tubuhnya ke udara. Dia berpijak pada salah satu atap di sana.

"Apa kau putri Ying Xue?" teriak Shangkuan Yun ketika pendekar tersebut yang telah berada di atap.

Pendekar yang belum diketahui namanya itu pergi menoleh sejenak kebelakang dan memandang ke arah bawah lagi.

"Bagaimana bisa Tuan mengenal nama itu?" tanya dia yang berteriak dari sana.

"Saya langsung mengenalinya dari pedang Bacon yang kau pegang itu!" Huo Long menjawabnya dari bawah sana.

"Sebenarnya siapa tuan? Bagaimana bisa Tuan mengetahui nama pedang yang ku miliki ini?" Kembali teriaknya yang menyahut dari atas sana.

"Aku Shangkuan Yu!" Sangkuan Yun menjawab dengan menyebutkan nama aslinya

"Oh! Ternyata kau adalah orang yang bernama Shangkuan Yun!" Sebut pendekar itu yang sepertinya dia sangat mengenali nama Shangkuan Yun.

Shangkuan Yun memandangi pendekar wanita dari bawah. Seperti seseirang yang merindukan sesuatu dan akhirnya berjumpa kembali. Gambaran dari sorot mata Shangkuan Yun.

"Baiklah. Perjumpaan kita sampai disini saja" Dia berteriak dari atap.

"Lain waktu kita akan berjumpa kembali. Tuan Shangkuan!" sembari menatap serius Shangkuan Yun.

"Salam dariku, Zhuge Liying!" Akhirnya dia menyebutkan juga nama aslinya. Bernama Zhuge Liying. Setelahnya baru menghilang dari langit Dao Bao Hu.

"Zhuge Liying?" sebut Shangkuan Yun dengan begitu serius.

"Nama yang indah. Seperti Ying Xue," katanya yang terdengar merindukan sesuatu.

"Takdir telah membawamu ke tempat ini, dan ini akan menjadi pertemuan pertama kita."

batin Shangkuan kuat.

****

Di atap-atap rumah warga. Zhuge Liying tengah mempijaki di setiap atap dengan langkahnya yang cepat.

"Ya. Ini pertemuan pertama kita, dan awal dari takdir."

"Ibu! Aku telah datang ke tempat ini, dan aku juga sudah memenuhi janjiku sebagai seorang pendekar!"

Dia berlari. Lalu, dilompati satu persatu atap-atap rumah warga. Di bawah sinar rembulan dia mengikrarkan janji, sembari membelah gelapnya di Dao Bao Hu.

"Tunggu kedatanganku. Shangkuan Yun!"