"A-ayah!" kata Tania terbata-bata. Ia merasa terkejut. Tania merasa sangat senang dan terpukul. Bagaimana bisa momen yang ia tunggu datang begitu saja tanpa ada persiapan?. Jauh hari ia selalu menantikan momen bertemu dengan ayah di hari yang spesial.
Tania merasa belum siap menerima kenyataan ini, ingin sekali rasanya ia memeluk ayahnya. Namun ia kembali bersedih, karena selama ini ayahnya telah pergi darinya, tanpa memperdulikannya lagi. Entah bagaimana rumitnya kehidupan orang dewasa baginya, namun Tania tidak ingin menjadi anak yang egois. Ia tidak memihak siapapun. Menurutnya baik ibu maupun ayahnya, keduanya memang salah.
Tania memilih untuk membuka pintu ruangan tersebut dan berlari keluar.
"Tania, Tania. Maafkan ayah. Tolong dengarkan ayah!" teriak Samuel Marten. Ayah kandung Tania.
Akan tetapi Tania memilih untuk berlari meninggalkan ruangan tersebut. Kania yang akan berjalan menuju ruang CEO tersebut, merasa kebingungan saat melihat Tania berlarian.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com