webnovel

Chapter 215 : Hari Kelulusan dan Hari Kenaikan

Setelah melakukan pertemuan terakhir dengan anggota Elevrad tahun keempat, kami pun memutuskan untuk kembali ke asrama kami masing-masing. Meski begitu, Irene tidak langsung kembali ke asrama dan memilih untuk datang ke asramaku. Karena kami berdua belum makan malam, Irene memutuskan membuatkan makan malam untukkku dan sekaligus makan malam bersama di asramaku. Yah dia selalu melakukan ini karena perjanjian yang dibuat antara kami berdua.

Setelah makan malam bersama, kami berdua pun saling mengobrol.

"Saat di pertemuan tadi, nampaknya kamu tidak merasa sedih, Irene," ucapku.

"Yah mungkin karena aku hanya bekerja sama dengan para anggota Elevrad murid keempat tahun cuma sebentar saja, makanya aku tidak terlalu sedih. Meski begitu, aku memilih menundukkan kepalaku sebagai bentuk kesedihanku atas perpisahan itu, yah meskipun dari ekspresiku aku tidak merasa sedih sama sekali," ucap Irene.

"Begitu ya," ucapku.

Lalu aku memperhatikan Irene yang baru saja selesai memakan makan malamnya. Aku selama ini baru menyadari kalau Irene selalu memakai kalung di lehernya. Awalnya aku menyadari kalau dia memakai kalung saat aku dan Irene berada di kamar yang sama di penginapan saat melakukan ujian keempat di kota San Minerva. Aku menyadari itu karena saat Irene memakai baju tidurnya, bagian lehernya itu terbuka jadi mudah untuk melihat kalau dia memakai kalung. Tetapi saat Irene memakai seragam akademi atau pakaian kasualnya, bagian lehernya sangat tertutup jadi sulit untuk mengetahui apakah dia selalu memakai kalung atau tidak. Tapi saat ini, meskipun bagian leher Irene tertutup oleh seragamnya, aku bisa melihat sedikit kalau ada sesuatu yang melingkar di lehernya yang kemungkinan itu adalah kalung yang sama dengan yang dia pakai sebelumnya.

Irene sepertinya menyadari kalau aku sedang memperhatikannya, makanya dia langsung bertanya kepadaku.

"Ada apa, Rid ?," tanya Irene.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang memperhatikan kalung yang kamu pakai, aku baru menyadari kalau kamu selama ini selalu memakai kalung," ucapku.

"Hebat juga kamu bisa menyadari kalau aku sedang mengenakan kalung, padahal bagian leherku sedang tidak terbuka. Kamu mungkin memang sudah melihatnya saat kita berada di kamar yang sama di penginapan San Minerva. Sesuai perkataanmu, aku selama ini memang selalu mengenakan kalung ini, karena kalung ini merupakan kalung pemberian ibundaku," ucap Irene sambil menunjukkan kalung itu kepadaku.

Terlihat sebuah kalung berwarna putih yang sangat indah. Aku menduga kalau kalung itu sepertinya terbuat dari perak karena warna putihnya itu. Di kalung itu pun terdapat huruf 'I' yang berarti kalung itu memang khusus diberikan untuk Irene.

"Begitu ya. Jadi kalung itu merupakan kalung pemberian ibundamu," ucapku.

"Iya. Kamu sudah tahu kan kondisi sebenarnya ibundaku seperti apa ? Maaf karena selama ini aku tidak pernah memberitahumu soal kondisi ibundaku yang sebenarnya," ucap Irene.

"Tidak apa-apa. Lagipula setiap orang punya beberapa rahasia yang tidak ingin diungkapkan ke orang lain," ucapku.

"Terima kasih, Rid. Alasanku selalu memakai kalung ini untuk mengingat kebaikan-kebaikan ibundaku kepadaku selama ini sebelum akhirnya beliau berakhir dengan kondisi yang seperti itu,"

"Beliau juga berpesan untuk selalu memakai kalung ini karena beliau bilang kalung ini bisa menangkal suatu sihir bagi yang memakainya. Tetapi aku tidak tahu sihir apa yang dimaksud," ucap Irene.

"Menangkal suatu sihir ?," tanyaku.

"Tunggu sebentar. Saat aku pertama kali bertemu dengan Irene, aku mencoba untuk membaca pikirannya namun tidak bisa. Apa kalung itu yang membuatku tidak bisa membaca pikiran Irene ? Jika kalung itu bisa menangkal suatu sihir, mungkin sihir yang dimaksud adalah sihir yang berkaitan dengan pikiran penggunanya. Mungkin yang memakai kalung itu pikirannya tidak bisa dibaca ataupun dimanipulasi," pikirku.

"Iya. Aku penasaran efek sihir apa yang dimaksud dengan ibundaku. Bagaimana menurutmu, Rid ? Apa kamu tahu kira-kira efek sihir apa yang bisa ditangkal oleh kalung ini ?," tanya Irene.

"Hmmmm entahlah. Mungkin kalung itu bisa menangkal sihir yang berkaitan dengan pikiran. Contohnya, jika kamu berhadapan dengan lawan yang bisa memanipulasi pikiranmu, jika kamu menggunakan kalung itu, maka pikiranmu menjadi tidak bisa dimanipulasi oleh lawanmu. Tapi ini hanya perkiraanku saja karena aku belum tahu pasti sihir apa yang bisa ditangkal oleh kalung itu," ucapku.

"Sihir yang berkaitan dengan pikiran ya. Kamu berpikiran seperti itu karena kamu juga bisa menggunakan sihir yang berkaitan dengan pikiran kan ? Karena saat kita pertama kali bertemu, aku beberapa kali merasakan kamu seperti sedang menggunakan sebuah sihir yang ditujukan kepadaku. Tapi sihir yang kamu gunakan itu tidak berwujud jadi aku pikir mungkin kamu sedang menggunakan sihir yang berkaitan dengan pikiran atau sebagainya," ucap Irene.

"Irene mungkin hanya menebak-nebak. Tetapi tebakannya itu benar. Aku jadi paham kenapa dia selalu melihat ke arahku setelah aku mencoba membaca pikirannya walaupun tidak bisa. Dia merasakan aku sedang menggunakan sebuah sihir ke arahnya. Sepertinya aku tidak perlu menyembunyikan lagi tentang hal ini," pikirku.

"Kamu benar soal itu, Irene. Aku memang bisa menggunakan sihir yang berkaitan dengan pikiran. Aku bisa membaca pikiran orang yang aku mau," ucapku.

"Membaca pikiran ?," tanya Irene.

"Iya. Membaca pikiran ini bukanlah sihir yang selalu aktif. Aku bisa membaca pikiran orang ketika aku memang mau membaca pikiran orang itu. Sihir ini bukanlah sihir yang aku pelajari sendiri, melainkan sihir bawaanku sejak lahir. Mungkin sihir ini merupakan turunan dari orang tuaku. Meski begitu, tidak semua orang bisa aku baca pikirannya. Contohnya adalah kamu, aku tidak bisa membaca pikiranmu. Mungkin itu karena kalung pemberian ibundamu dan kamu bilang sendiri kalau kalung itu bisa menangkal suatu sihir. Jadi aku berpikir kalau kalung itu mungkin bisa menangkal sihir yang berkaitan dengan pikiran karena aku pun tidak bisa membaca pikiranmu," ucapku.

"Begitu ya, aku tidak menyangka kalau kamu bisa membaca pikiran orang lain. Jadi setiap aku merasakan kalau kamu sedang menggunakan sihir, berarti kamu sedang berusaha untuk membaca pikiranku ya ?," tanya Irene.

"Iya. Aku minta maaf atas hal itu, Irene," ucapku.

"Membaca pikiran orang lain itu tidak sopan, Rid. Kamu jadi mengetahui hal-hal yang tidak seharusnya kamu ketahui dari orang yang kamu baca pikirannya. Yah walaupun sepertinya aku tahu alasanmu selalu membaca pikiran orang lain itu agar bisa menemukan apakah ada niat jahat atau tersembunyi dari orang yang kamu baca pikirannya,"

"Aku memaafkanmu atas hal yang kamu lakukan itu, lagipula kamu juga tidak bisa membaca pikiranku. Beruntung aku selalu mengenakan kalung ini jadi pikiranku tidak bisa dibaca olehmu. Akan memalukan apabila aku sedang memikirkan hal yang memalukan dan disaat yang sama juga kamu malah membaca pikiranku," ucap Irene.

"Hal yang memalukan ?," tanyaku.

"Tidak, lupakan saja," ucap Irene.

"Baiklah," ucapku.

Lalu setelah itu aku pun terdiam dan memikirkan sesuatu.

"Setelah mengetahui kalau Irene tidak bisa dibaca pikirannya karena mengenakan kalung pemberian ibundanya, itu berarti orang-orang yang selama ini tidak bisa aku baca pikirannya juga mengenakan suatu benda untuk menangkal sihir pikiran. Sepertinya aku harus berhati-hati apabila bertemu dengan mereka yang tidak bisa aku baca pikirannya,"

"Selain itu, aku penasaran apakah sihir membaca pikiranku bisa ditingkatkan sehingga tidak bisa ditangkal oleh sebuah alat atau benda sihir ? Sihir ini merupakan bawaanku jadi aku tidak mendapatkan sihir ini dari mempelajarinya. Lagipula, di buku-buku peninggalan orang tuaku, tidak ada buku yang berhubungan dengan sihir pikiran, sehingga aku tidak pernah mempelajari sihir pikiran,"

"Karena itu juga, aku tidak tahu apakah sihir membaca pikiranku bisa ditingkatkan atau tidak. Sepertinya aku harus mencari jawaban tentang itu," pikirku.

-

Keesokan harinya.

Aku dan para murid lainnya tetap datang ke akademi meskipun tidak ada pelajaran teori ataupun praktik yang diajarkan oleh pengajar kami masing-masing. Kami hanya melakukan latihan bebas di tempat latihan khusus kelas kami masing-masing.

Seperti yang dibilang senior Gretta dan senior Vyn sebelumnya, meskipun kami sudah melakukan pertemuan terakhir dengan mereka sebagai anggota Elevrad, kami tetap bisa bertemu dengan mereka di wilayah akademi ini. Setidaknya hal itu berlangsung hingga hari senin nanti, karena hari senin nanti merupakan hari terakhir di bulan Mei dan juga hari kelulusan bagi murid tahun keempat.

-

Hari pun terus berganti dan tak terasa hari ini merupakan hari senin, hari kelulusan bagi para murid tahun keempat. Tetapi disaat yang sama, hari ini merupakan hari kenaikan bagi murid tahun pertama sampai ketiga untuk bisa naik ke tingkat selanjutnya.

Sementara itu, di ruang kelas A tahun pertama.

Tuan Alan sedang membagikan lencana perak kepada para muridnya yang berhasil mendapatkan 30.000 poin. Lencana perak itu merupakan syarat agar bisa naik ke tahun kedua. Terlihat, semua murid kelas A berhasil mendapatkan lencana perak itu.

"Aku tidak menyangka kalau kalian semua akan bisa naik ke tahun kedua. Aku kira beberapa dari kalian ada yang tidak berhasil mencapai target poin tapi sepertinya perkiraanku salah. Selamat kalian semua, aku bangga kepada kalian," ucap tuan Alan.

Tuan Alan dan para murid lainnya pun bertepuk tangan.

"Aku informasikan lagi kepada kalian kalau mulai besok tepatnya di hari pertama di bulan Juni, kalian akan mendapatkan libur selama 1 bulan penuh. Meski begitu, kalian tetap tidak diizinkan untuk pergi dari akademi dan menikmati hari libur kalian di luar akademi. Kalian tetap berada di dalam wilayah akademi ini selama masa liburan kalian. Lalu kalian akan masuk kembali di hari pertama di bulan Juli, tepatnya disaat tahun ajaran baru dimulai. Tentu saja disaat itu kalian sudah resmi sebagai murid tahun kedua di akademi ini. Karena gedung murid tahun pertama dan tahun kedua berbeda, jangan sampai salah memasuki gedungnya nanti ya,"

"Sebelum aku mengakhiri pertemuan kita saat ini, apakah ada dari kalian yang ingin bertanya atau menyampaikan sesuatu ?," tanya tuan Alan.

Lalu seorang murid mengangkat tangannya dan murid itu adalah Noa.

"Apa yang mau kamu tanyakan, Noa ?," tanya tuan Alan.

"Tuan Alan, bukankah lencana yang anda kasih ke Rid itu salah ? Bukannya dia seharusnya mendapatkan lencana emas ?," tanya Noa.

"Meskipun dia sudah mendapatkan kurang lebih 60.000 poin, dia tetap harus mengikuti pembelajaran di tahun kedua terlebih dahulu. Dia tidak bisa langsung naik ke tahun ketiga," ucap tuan Alan.

"Begitu ya, aku kira dia bisa langsung naik ke tahun ketiga," ucap Noa.

"Mana mungkin bisa begitu," ucap tuan Alan.

Lalu beberapa murid pun tertawa.

"Kenapa kamu menanyakan tentang itu lagi kepada tuan Alan, Noa ? Bukannya aku sudah menjelaskan sebelumnya kalau aku memang tidak bisa langsung naik ke tahun ketiga," ucapku.

"Yah siapa tahu kalau penjelasan tuan Alan itu berbeda, makanya aku menanyakannya lagi," ucap Noa.

"Mana mungkin penjelasannya berbeda karena dari akademi sudah ditetapkan seperti itu," ucapku.

Kemudian, tuan Alan kembali berbicara.

"Apa ada lagi yang ingin bertanya atau menyampaikan sesuatu ?," tanya tuan Alan.

Murid-murid nampak terdiam, tidak ada dari mereka yang ingin bertanya ataupun menyampaikan sesuatu.

"Baiklah kalau tidak ada. Pertemuan kelas hari ini telah berakhir dan sampai jumpa lagi di tahun kedua," ucap tuan Alan.

"Sampai jumpa juga, tuan," ucap para murid.

Lalu tuan Alan pun meninggalkan kelas dan para murid lainnya pun satu persatu juga menyusul meninggalkan kelas.

-

Saat kami meninggalkan kelas dan berniat untuk meninggalkan wilayah akademi dengan melewati gedung lobi akademi, kami melihat ada beberapa murid tahun keempat yang baru turun dari lantai atas gedung lobi akademi. Sepertinya murid tahun keempat merayakan acara kelulusan mereka di gedung ini. Saat kami sedang memperhatikan para murid tahun keempat yang turun dari tangga, kami melihat senior Gretta, senior Alisha dan senior Sophie yang juga baru turun dari tangga tersebut. Senior Gretta nampak menyadari kalau aku sedang melihatnya, dia pun langsung menyapaku.

"Halo, Rid, halo juga yang lainnya," ucap senior Gretta.

"Halo juga, senior," ucapku dan teman-temanku yang lain.

"Hmmm sepertinya kalian semua berhasil mendapatkan lencana perak ya. Itu berarti kalian semua berhasil untuk naik ke tahun kedua. Selamat ya," ucap senior Gretta.

"Terima kasih, senior. Senior juga, selamat atas kelulusannya," ucapku.

"Iya, terima kasih, Rid," ucap senior Gretta.

Senior Alisha dan senior Sophie juga ikut menghampiri kami. Lalu kami pun saling mengobrol.

"Ngomong-ngomong, apa yang mau kamu lakukan setelah lulus dari akademi ini, senior ?," tanyaku kepada senior Gretta.

"Entahlah, aku belum memutuskannya," ucap senior Gretta.

"Padahal Gretta sudah diundang oleh Yang Mulia Ratu untuk menjadi prajurit kerajaan San Fulgen. Bahkan keempat Duke juga tertarik untuk mengundangnya untuk menjadi prajurit Duke tetapi dia masih belum memutuskannya," ucap senior Alisha.

"Hebat sekali sampai bisa diundang oleh Yang Mulia Ratu dan keempat Duke. Kalau senior Alisha dan senior Sophie apakah sudah memutuskan akan melakukan apa setelah lulus ?," tanyaku.

"Aku dan Sophie sudah memutuskan untuk bergabung dengan prajurit kerajaan San Fulgen," ucap senior Alisha.

"Itu benar," ucap senior Sophie.

"Begitu ya, sukses untuk kalian berdua," ucapku.

"Terima kasih, Rid. Kalau begitu kami mau pamit dulu, karena waktu masih siang hari, kami mau membereskan barang-barang di asrama kami dan setelah itu kami akan langsung meninggalkan akademi ini," ucap senior Alisha.

"Sepertinya sudah waktunya bagi kita untuk berpisah ya," ucapku.

"Belum waktunya kok. Karena kami masih berada di akademi ini, yah meskipun beberapa saat lagi kami akan meninggalkan akademi ini. Jika kalian ingin mengucapkan salam perpisahan kepada kami, kalian bisa menunggu di gerbang akademi. Bukannya disitu merupakan tempat yang tepat untuk mengucapkan salam perpisahan daripada disini ?," tanya senior Gretta.

"Baiklah kalau begitu, aku dan yang lainnya akan langsung kesana," ucapku.

"Kalau begitu, aku juga akan langsung membereskan barang-barangku di asrama. Tolong tunggu disana ya," ucap senior Gretta.

Lalu aku dan yang lainnya pun menuju gerbang akademi sedangkan senior Gretta, senior Alisha dan senior Sophie menuju asrama mereka masing-masing.

-

Kurang lebih 1 jam kemudian.

Banyak murid tahun keempat yang mulai berdatangan ke gerbang akademi. Mereka membawa banyak barang di tangan mereka. Disaat yang sama, di luar gerbang akademi banyak kereta kuda yang sudah terparkir. Sepertinya akademi sudah mengontak keluarga atau wali mereka untuk datang menjemput anak-anak mereka yang sudah lulus dari akademi.

Di gerbang akademi bukan hanya aku dan teman-temanku saja yang berada disini, tetapi anggota Elevrad yang lain dan beberapa murid lainnya juga datang ke gerbang akademi ini. Sepertinya mereka juga ingin mengucapkan salam perpisahan kepada murid tahun keempat yang mereka kenal.

Aku mencari keberadaan senior Gretta, senior Alisha dan senior Sophie di antara banyaknya murid tahun keempat yang berdatangan ke gerbang akademi ini. Lalu aku pun menemukan mereka, mereka bertiga sedang berjalan bersama dengan banyak barang yang mereka bawa. Tidak hanya mereka bertiga, senior Vyn dan senior Marco juga terlihat berada di dekat mereka. Mereka pun melihat ke arah kami dan kemudian menghampiri kami.

"Aku kira hanya Rid dan kawan-kawannya saja yang datang ternyata para anggota Elevrad yang lain juga datang ya," ucap senior Gretta.

"Tentu saja. Lagipula senior merupakan anggota Elevrad, mana mungkin kami yang juga merupakan anggota Elevrad tidak datang untuk mengucapkan salam perpisahan kepada senior," ucap senior Vanina.

"Yah meskipun sekarang kami sudah menjadi mantan anggota sih," senior Gretta.

"Semuanya, terima kasih karena telah datang kesini untuk mengucapkan salam perpisahan kepada kami. Meski aku sudah tidak menjadi murid akademi lagi, aku tidak akan melupakan kalian," ucap senior Vyn.

"Para senior juga, semoga sukses dengan pilihan yang akan kalian ambil setelah lulus dari akademi ini," ucap Charles.

"Iya, terima kasih, pang- maksudnya Charles," ucap senior Vyn.

Kami pun saling mengobrol meskipun hanya sebentar.

"Kalau begitu, kami semua pamit dulu. Jaga diri kalian baik-baik dan juga jaga reputasi Elevrad ya," ucap senior Vyn.

"Siap, senior," ucap anggota Elevrad lainnya.

"Sampai berjumpa di lain waktu. Jika aku tidak ada kesibukan saat festival akademi tahun depan, aku pasti akan hadir untuk melihat festival akademi yang dirancang dan dibuat oleh para juniorku," ucap senior Vyn.

"Sampai jumpa, semuanya," ucap senior Gretta.

Para senior tahun keempat pun melambaikan tangannya ke arah kami, kami pun juga membalas lambaian tangan itu.

"Sampai jumpa, senior," ucap kami semua.

Lalu para senior tahun keempat pun berjalan kembali ke gerbang akademi dan mereka pun sudah berada di luar gerbang akademi.

"Apa kamu menangis, Gretta ?," tanya senior Vyn.

"Aku sebelumnya sudah menangis saat pertemuan terakhir Elevrad, mana mungkin aku menangis lagi," ucap senior Gretta.

"Tapi kedua matamu mengeluarkan air mata," ucap senior Vyn.

"Ini karena debu, dasar ketua bodoh," ucap senior Gretta sambil mengusap kedua matanya dengan tangannya.

"Aku ini bukanlah ketua Elevrad lagi, jadi berhenti memanggilku dengan sebutan ketua. Ngomong-ngomong, aku dengar kalau kamu belum memutuskan untuk mengambil pilihan apa setelah lulus nanti. Bagaimana kalau kamu bergabung dengan prajurit Duke San Quentine ?," ucap senior Vyn.

"Aku juga sudah diundang oleh perwakilan dari Duke San Quentine. Tapi aku belum memutuskan apakah akan bergabung atau tidak. Aku akan mengabarimu apabila aku akan bergabung," ucap senior Gretta.

"Baiklah,"

"Sekarang kita sudah tidak menjadi murid akademi lagi ya," ucap senior Vyn.

"Iya. Aku penasaran apakah para junior kita akan mampu untuk mengurus Elevrad atau tidak," ucap senior Gretta.

"Mereka adalah orang-orang yang kompeten, kamu tidak perlu khawatir. Aku lebih penasaran apakah ada yang berubah dengan akademi ini nantinya setelah kita lulus," ucap senior Vyn.

"Dan juga, aku tidak tahu apa yang sebenarnya Florian rencanakan. Sepertinya ke depannya akan terjadi sesuatu yang besar pada akademi ini. Aku tidak sabar untuk menantikannya," pikir senior Vyn.

-Bersambung