Kini, Kin dihadapkan pada dilemanya. Hendak memilih harga diri sebagai mantan kepala genk sekolah SMA Harapan Luhur, atau memilih mempertahankan nyawa dan melakukan seperti yang dikehendaki Ren?
"Kin! Lakukan untuk nyawamu sendiri! Jangan konyol!" Pak Her tak bisa menahan diri dan mulai berteriak pada Kin. Dia heran kenapa bocah ini masih saja keras kepala hanya karena harga diri. Apakah harga diri begitu penting dibandingkan nyawa?
"Baiklah, sialan! Hei, bocah baru, aku menyerah! Sembuhkan aku!" Kin berteriak semampu suaranya saat ini.
"Tsk! Meski sebenarnya kata-katamu itu belum cukup menggerakkan hatiku, namun karena aku memandang pak guru, maka aku akan menolong agar nyawamu tidak lepas dari ragamu." Usai mengucapkan demikian, Ren berjalan mendekat ke Kin. "Singkirkan dulu tanganmu."
Kin patuh dan menurunkan tangan yang membekap lukanya. Segera saja darah menyembur keluar seperti pancuran kecil.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com