webnovel

Pertemuan Konyol

"Woi, cewek yang lagi nangis! Bisa diam gak sih? Gue gak suka dengar suara orang nangis," teriak seorang pria dari ujung sana. Pria itu berteriak pada Naomy, seorang gadis manis yang sedang duduk berteduh di bawah pohon.

"Apaan sih tuh cowok, gangguin aja," gerutu Naomy kesal dengan suara pelan.

Gadis itu tak memperdulikan teriakan pria tersebut. Ia tetap melanjutkan aktivitasnya dengan sedikit tangis sesenggukan.

Suara tangis sesenggukan Naomy, masih terdengar di telinga pria itu. "Tuh cewek, gak ngerti bahasa Indonesia apa ya?" tanya pria tersebut dengan sedikit emosi. Lama kelamaan suara tangis Naomy semakin keras dan hal itu benar-benar mengganggu dirinya. Dengan emosi yang sedikit menggebu, pria tersebut berjalan menuju tempat Naomy berteduh.

"Lo gak ngerti bahasa Indonesia ya?" tanya pria itu ketika sampai di dekat Naomy.

Gadis itu menoleh ke sumber suara, terlihat seorang pria tampan yang berdiri di samping kirinya. Pria itu masih mengenakan seragam SMA dengan jaket kulit berwarna hitam yang tidak diresleting. Pria itu juga bahkan masih memakai tas sekolahnya. Potongan model rambut yang rapi namun stylish benar-benar membuat Naomy terpaku, hingga suara yang menyebalkan itu kembali terdengar.

"Lo dengar gue gak sih?" Tanya pria tersebut yang sontak langsung membuat Naomy mengalihkan pandangannya.

"Nih, cowok ganteng amat woelah!!!!! Tapi, sayang kerjaannya ngurusi hidup orang," ucap Naomy dalam hatinya. Gadis itu benar-benar mengabaikan pria yang sedang menunggu responnya.

"Hei, gue lagi ngomong sama lo. Gue enggak suka dicuekin ya," ucap pria tersebut menimpali kalimat sebelumnya.

Naomy yang tak kalah kesalnya pun bangkit dari tempat duduknya dan berkata, "TERSERAH LO! Lo enggak suka dengar orang nangis dan gak suka dicuekin, itu terserah lo. Enggak ada urusannya sama gue woi."

Mata pria itu membulat sempurna, untuk pertama kalinya ada cewek yang berani berkata seperti itu kepada dirinya, karena selama Ini, semua cewek yang ditemuinya selalu bersikap manis pada dirinya dan tidak pernah ada cewek yang bersikap cuek padanya.

Dia adalah Leonard Andreas, siswa SMA Harapan Nusa yang menjabat sebagai ketua osis. Pria tampan yang menjadi most wanted satu sekolah dan pemilik senyuman maut yang bisa membuat diabetes saking manisnya. Tak hanya itu, segudang prestasi juga dimiliki Leon, ketua club basket sekolah dan peserta Olimpiade Matematika nasional. Itulah sebabnya banyak cewek yang mengidolakan dia.

"Okei gue ngerti, tapi bisa gak sih lo jangan nangis di sini?" balas Leon kepada Naomy.

"Enggak! Terserah gue lah mau nangis di mana, kenapa lo yang sewot?" ucap Naomy cepat menanggapi kalimatnya Leon.

"Karena Lo itu mengganggu ketenangan para pengunjung lain. Semua orang yang ada di sini, termasuk gue datang ke danau ini untuk mendapatkan ketenangan alam. Bukan untuk ngedengarin tangisan lo itu," cerca Leon bertubi-tubi.

"Enggak juga tuh. Lihat bapak itu datang ke danau ini untuk cari ikan, lihat kakak-kakak yang di ujung sana datang ke sini untuk foto-foto, liat adek-adek yang di situ, datang ke sin...." Naomy tak menyelesaikan kata-katanya. Pria yang ada di hadapannya itu langsung memotong ucapannya.

"Lo itu nyebelin banget ya," potong Leon cepat.

"Dan lo itu ngeselin banget ya," balas Naomy tak mau kalah.

Mata mereka bertatapan untuk beberapa saat, tatapan Leon yang sebal pada Naomy dan tatapan Naomy yg merasa kesal pada Leon seperti membuat jalur petir di jarak pandang mereka.

"Pokoknya lo gak boleh nangis di sini," perintah Leon sekali

"Kalau mau nangis itu di kamar lo sana, atau kalau mau di tempat umum ya kira-kira dong, di toilet umum boleh lah, ini di danau woi. Lo gak malu apa kalau ada teman lo yang ngeliat lo nangis?" timpal Leon heran.

"Gue juga gak ada niat untuk nangis di sini tapi ketenangan dan kesunyian dari danau ini yang buat gue sedih," jawab Naomy dengan suara yang pelan.

Suara Naomy yang lebih pelan itu membuat Leon merasa sedikit bersalah. Pria itu menatap Naomy dari ujung rambut hingga ujung sepatu. Seorang gadis berambut pendek dengan seragam SMA dan sepatu kets. Tas gadis itu berada di samping pohon Angsana, tempat Naomy bersender.

Harus Leon akui, gadis yang ada di hadapannya inj termasuk tipe gadis yang manis, dengan mata belok, hidung mancung, dan lesung pipi yang tercetak jelas di kedua pipinya.

"Terus lo ngapain masih pakai seragam sekolah ke danau ini? Mana sendirian pula," ucap Leon yang penasaran dengan gadis di hadapannya.

"Lo ngapain kepo? Terserah gue dong, mau ke sini pakai apa. Mau itu seragam sekolah, baju dinas, atau bahkan baju renang pun, itu hak gue," cerocos Naomy panjang lebar.

"Lo tuh ga ada anggun-anggunnya ya jadi cewek. Setidaknya lo jaga sikap kek di depan cowok ganteng kayak gue."

"Huahahaha, apa lo bilang? jaga sikap depan cowok ganteng kayak lo? Emangnya lo ganteng?" tanya Naomy sambil tertawa.

Muka Leon memerah, ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan gadis seperti ini. Naomy yang melihat ekspresi wajah Leon yang berubah pun berkata, "Iya iya lo itu ganteng!"

Wajah Leon pun semakin merah padam. Sejujurnya, Leon sudah terlalu sering dipuji oleh banyak cewek yang dijumpainya, bahkan pujian adalah makanannya sehari-hari, tapi entah mengapa, asing rasanya dipuji oleh cewek aneh seperti Naomy. Apalagi gadis itu memuji dirinya setelah mengejeknya.

"Ya elah... wajahnya merah dong hihihi," goda Naomy sambil tertawa.

"Ih, apaan sih lo. Siapa juga yang wajahnya merah? Biasa aja kali," ucap Leon bohong.

" Tapi, intinya lo gak boleh nangis di sini! Lo itu jelek kalau nangis," sambung Leon menimpali kalimat sebelumnya.

"Cie... sok perhatian. Lo suka ya sama gue?" tanya Naomy terang-terangan sambil mengangkat kedua alisnya.

"JANGAN GR! Gue bilang gitu karena dari tadi gue dah nyuruh lo jangan nangis tapi lo tetap aja nangis, kayak orang yang habis putus cinta," balas Leon kesal.

"Lo tuh gak tau gimana sakitnya jadi gue , lo gak ngerti rasa hancur yang gue alami." Gadis itu kembali duduk dan bersandar pada pohon Angsana yang ada di belakangnya.

Melihat Naomy yang seperti itu membuat perasaan Leon menjadi campur aduk. Antara tidak ingin ikut campur, kasihan, dan bingung tercampur menjadi satu.

Gadis itu meraih tasnya dan meletakkannya di atas paha, kemudian ia menenggelamkan wajahnya tepat di atas tasnya dan kembali menangis sesenggukan. Leon benar-benar dilema, ia bingung harus melakukan apa, pergi dan meninggalkan gadis itu sendirian di danau itu atau mencoba untuk menenangkannya.

Pria itu mengacak-acak rambutnya kasar, "Arghh... Ni cewek ngeselin amat sih," gerutu Leon dalam hati lalu duduk di samping gadis itu.

Yap! Leon memilih untuk menenangkan Naomy.

Hello para readers!

Selamat datang di perjalanan cinta Naomy dan Leon.

Ikuti terus kisahnya ya!!!

Dan mari tertawa, menangis, emosi dan baper bersama-sama!

Ice_Chococupcreators' thoughts