"Hayo habis nginep dimana?" tanya Adele kepada William yang baru saja memasuki ruang tamu rumahnya.
"Dari rumah temen. Mama kok udah balik?" tanya William lalu duduk di sebelah Ibunya.
"Kepingin aja biar cepet ketemu kalian. Nayara kemarin kenapa Kak?" tanya Adele.
"Pasti marah gara-gara William nganggurin Kak Nay, yakan?" ucap Justin yang sedang memainkan ipad nya.
"Jangan kaya gitu lah Will, katanya susah buat dapetin Nayara," ujar Adele.
"Dulu mantannya kan putus juga gara-gara itu," kata Justin mengejek.
"Justin! Gak usah bahas mantan kali, kasihan nanti dia gak bisa move on. Ppfftt," kata Adele.
"Cih! William mau ke kamar dulu," kata William lalu berjalan menuju kamarnya.
"Bentar Will! Lo kemarin ngajak Kak Nay kemana? Kata Kak Reiga Kak Naya pulang malem sama Lo," tanya Justin.
"Dari mana Lo tahu Nayara pulang malem?" kata William dan menghentikan langkahnya.
"Nih, Kak Reiga chat di grup. Dia nyariin Lo tuh, awas sampe Kak Nicholas atau Kak Nathan tahu mati Lo!"
"Gue kemarin ke danau sama Nayara," jawab William.
"Owh, yaudah Lo sana pergi ke kamar Lo! Pacaran aja sama komputer Lu sana," usir Justin.
"Seneng banget nistain kakaknya," kata Adele sambil geleng-geleng menatap Justin.
William langsung melempar tas nya ke sembarang arah dan duduk di kursi game nya. Kejadian kemarin benar-benar membuatnya sakit kepala. William membuka kotak obat miliknya lalu mengambil beberapa obat dan meminumnya.
"Gue gak mau kehilangan Nayara dan Gue gak mau Nayara jadi benci Gue. Gue gak suka kalau Nayara deket-deket sama orang lain selain Gue," kata William dalam hati.
William bangkit dan berjalan ke dinding dimana ada banyak foto Nayara di sana. William tersenyum menatap foto candid Nayara yang terlihat natural. Ada senyuman yang membuat hati William hangat.
"Cantik banget pacar Gue," gumamnya sambil tak berhenti melihat semua foto Nayara.
"Oh iya, belum kasih kabar," kata William lalu mengambil ponselnya dan menelpon Nayara.
"Kok gak diangkat?" tanya William karena Nayara belum mengangkat telpon darinya.
"Nayara kemana?"
"Oh shit!"
William akan overthinking jika Nayara tidak mengangkat telponnya atau menjawab pesannya secara cepat. Dia akan berpikir jika Nayara lebih mementingkan urusannya dibandingkan dirinya.
Tak lama, Nayara menelpon William kembali sehingga membuat William tenang.
"Halo?" tanya Nayara di seberang sana.
"Kamu kemana aja? Kenapa gak angkat telpon?" tanya William dengan tangan yang mengepal dan rahang yang mengeras.
"Habis mandi tadi," jawab Nayara.
"Owh, aku tutup yah," kata William dan menutup telponnya secara sepihak.
"Hal-?" Nayara hanya mengedikan bahunya dan melanjutkan mengeringkan rambut.
"Ternyata cuma mandi, akkhh!!! William!! Singkirin pikiran jahat Lo!!! Nayara gak mungkin selingkuh!!!" kata William frustasi.
****
"Haruskah Gue telpon Naya duluan? Nggak nggak Gue malu!!!" teriak Gisel di kamarnya.
Dia berencana untuk meminta maaf kepada Nayara.
"Berani berbuat berani bertanggung jawab!"
"Nggak bisa nggak bisa! Gue terlalu takut untuk ngomong berdua sama Nayara!! Akkhh Gisel!!!"
Gisel sangat frustasi hingga sesekali membanting tubuhnya di kasurnya.
"Non Gisel, ada Non Nayara diluar," panggil Bi Siti.
"Hah? Ngapain Nayara kesini? Bentar Bi!!" Gisel lalu buru-buru turun untuk menemui Nayara.
"Hai,Gisel," sapa Nayara canggung.
"Nay," Gisel langsung memeluk Nayara dan menangis di pelukan Nayara.
"Kok Lo nangis?" Tanya Nayara.
"Nay, sumpah Gue kangen banget sama Lo. Gue pingin minta maaf sama Lo dari lama tapi Gue malu, Nay. Gue gengsi," kata Gisel.
"Yaudah sekarang aja minta maafnya," kata Nayara.
"Maafin Gue Nay, Hiks"
"Iya Gue maafin," ucap Nayara.
"Btw, Lo ngapain kesini? Tumben banget," tanya Gisel sambil mengelap matanya yang masih basah.
"Gue mau perbaiki hubungan kita Sel. Gue mau kita kaya dulu lagi," jawab Nayara.
"Berarti kita sama-sama mau minta maaf dong? Gue lega banget sumpah. Selfi dulu kalau gitu kita berdua Nay," kata Gisel dan mereka berdua pun mengambil gambar tanda berbaikan.
"Sekarang kita mau ngapain? Gue pingin hangout sama Lo Nay," mohon Gisel sambil bergelayut manja di lengan Nayara.
"Boleh, berdua aja nih?"
"Ya sama siapa lagi dong? Kan kita baru aja baikan Nay."
"Ya udah kita mau kemana kalau gitu?"
"Kemana aja asal sama Lo. Gue mau ganti baju dulu yah tunggu ya Nay," kata Gisel lalu masuk kedalam kamarnya.
Nayara dan Gisel memutuskan untuk berkeliling kota saja. Keduanya sama-sama bingung ingin pergi kemana.
"Nay, Lo pacaran ya sama William?"
"Iya baru beberapa minggu yang lalu sih jadian. Masih jadi pasangan baru."
"Selamat deh Nay. Dulu Gue suka sama William tapi jadian sama Bastian, sementara Lo suka sama Bastian tapi setelah sekian purnama akhirnya jadiannya sama William," ucap Gisel.
"Takdir kan gak ada yang tahu. Harusnya dulu Lo gak usah marah sama Gue jadinya kemakan omongan sendiri 'kan?" kata Nayara sambil terkekeh.
"Ihh Nay, Gue juga pingin tahu bisa nyetir mobil kaya Lo."
"Ya belajar makanya."
"Kalau belajar mah Gue mau-mau aja tapi gak di izinin sama Ayah hiks," kata Gisel sambil berakting menangis.
"Kok gak di izinin?"
"Kata ayah Gue baru bisa nyetir mobil pas umur dua puluh tahun katanya. Padahal temen Gue semua udah pada bisa tahu. Bantu lah Nay bujuk Ayah supaya Gue di izinin nyetir."
"Ayah Lo pasti punya alasan buat ngelarang Lo nyetir Gisel. Dengerin aja demi kebaikan Lo juga," kata Nayara.
"Mau ketemu sama Bastian gak? Dia juga kangen tahu sama Lo Nay," tanya Gisel.
"Mau, tap emang Lo gak bakal cemburu?" tanya Nayara.
"Ya jangan anggurin Gue lah. Gue telphone dia sekarang ya?"
Di sebuah kafe, ketiga remaja itu akhirnya berkumpul kembali.
"Hai Bas lama gak saling sapa," lalu duduk didepan Bastian dan Gisel.
"Maafin Gue yah waktu itu Gue udah keterlaluan ngatain Lo," kata Bastian.
"Kalau Gue bilang gapapa bohong banget kan yah? Haha," ujar Nayara sambil terkekeh.
"Ya gimana lagi kaget banget Gue pas itu. Mana Lo nampar Sandrina lagi kan gak Lo banget," kata Bastian.
"Iya gapapa Bastian. Susah gak pacaran sama dia?"
"Ya lumayan lah Gue sedikit puyeng ngadepin dia kalau lagi ngambek."
Nayara dan Bastian malah asik mengobrol berdua dan mereka melupakan Gisel. Gisel diam-diam menghubungi William untuk datang ke tempat mereka. Tanpa perlu waktu lama William akhirnya sampai disana.
"William akhirnya kamu dateng! Lihat tuh pacar kamu malah asik sama Bastian sedangkan aku dianggurin," kata Gisel kepada Wiliam yang baru saja datang.
"Sayang, sekarang kamu cuma boleh deket sama aku aja gak boleh sama yang lain, yah?" kata William sambil mengelus kepala Nayara.
"Kan Bastian sahabat aku Will," kata Nayara.
"Kan dia sahabat aku sayang. Cemburan banget sih kamu," ucap Bastian.
"Tapi harus ada batasnya juga kan?"
"Iya iya Gisel sayang maafin aku yah, sekarang kita ke dufan gimana?"
"Boleh Gue free kok hari ini," kata Nayara.
"Yaudah ayo buruan nanti keburu sore."
Mereka berempat akhirnya pergi ke dufan dengan mobil Bastian dan William. Sedangkan mobil Nayara sudah ditaruh dirumahnya terlebih dahulu.
"Foto disana dulu yuk Nay? Sayang fotoin yah?"
Gisel dan Nayara langsung bergaya didepan patung lucu. Mereka berdua memakai bando yang sama dengan pasangan mereka. Seharian mereka menghabiskan waktu bersama dan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali karena hari sudah larut dan mereka harus segera tidur untuk tes besok.
"Kita besok berangkat bareng ya Nay?" Pinta Gisel.
"Iya boleh besok Gue jemput Lo sama William."
"Makasih ya Nay, Gue duluan yah."
"Kita pulang duluan yah jagain sahabat Gue Will jangan sampai dia lecet ya. Awas Lo!" peringat Bastian.
"Iya hati-hati ya kalian berdua. Jagain Gisel juga Lo," kata William dan diangguki Bastian.
Kini William dan Nayara juga akan kembali kerumah mereka. William memarkir mobilnya agak jauh karena tadi kehabisan tempat parkir.
"Kamu gak mau makan malem dulu sayang?" tanya William.
"Ha?" Nayara tadi masih sibuk mengedit fotonya dengan Gisel sehingga menghiraukan Gisel.
"Kamu gak mau makan malem dulu? Mumpung disini banyak pedagang kaki lima. Atau kamu mau direstoran aja?"
"Mau hottang aja boleh?"
"Boleh, aku beliin tapi kita makan di mobil aja. Rame banget soalnya," kata William lalu memarkirkan mobilnya dipinggir jalan.
"Will tapi aku mau ikut turun," kata Nayara.
"Gak usah aku bisa beli sendiri kok. Nanti kamu ngerasa gak nyaman karena banyak orang lagi," cegah William.
"Pingin ngelihat juga, please." mohon Nayara.
"Ihh kok jadi gemoy gitu? Yaudah ayok. Pelan-pelan turunnya," kata William sambil menuntun Nayara.
"Pak, hottangnya satu yah," kata William kepada si penjual.
"Dua Will," kata Nayara sambil tersenyum manis.
"Dua deh bang," kata William sambil membalas senyuman Nayara.
"Will aku mau cakwe juga dong," kata Nayara kepada William.
"Mau apa lagi? Biar sekalian aku pesenin juga," ucap William setelah membayar hottang yang di inginkan Nayara.
"Nah abis ini kamu banyakin minum air yah. Biar gak batuk," kata William lalu melajukan mobilnya.
"Makasih ya Will," kata Nayara sambil melahap makanannya.
"Kamu kok jadi lucu gini sih? Biasanya juga galak banget."
"Masak sih? Perasaan aku gak galak tuh."
"Iya beneran, pertama kali aku ngelihat kamu ngerengek sama aku kaya gini. Makin sayang jadinya."
"Aku pulang yah, abis ini langsung mandi abis itu bobok jangan begadang besok ada tes," kata William sebelum pergi dari rumah Nayara.
"Kamu gak mau nginep emang?"
"Tumben ngizinin aku nginep? Makin seneng sama aku yah? Gak bisa sayang aku harus nyiapin baju buat besok turnamen. Kita juga harus nyiapin buat kemah kan?" kata William.
"Gak sih seneng aja gitu ada yang nemenin pas tidur. Kamu hati-hati ya dijalan. kalau udah nyampe jangan lupa kabarin," kata Nayara lalu mencium pipi William dan turun dari mobil William.
"Aku balik setelah kamu masuk rumah. Masuk dulu aku gak mau bidadari aku diapa-apain," kata William sambil ikut turun dari mobilnya.
"Kamu ngapain ikut turun?" tanya Nayara.
Kini William bersender di mobilnya dan tangannya berada di pinggang Nayara. Sementara tangan Nayara melingkar di leher William.
"Udah berani ya sekarang meluk aku? Hmm?" goda Willam.
"Kan kamu pacar aku ngapain takut?" kata Nayara.
"Iya deh I'm yours from now," bisik William.
"Will, temenin aku tidur yah?" tanya Nayara sambil menatap William.
"Pingin banget yah ditemenin sama aku?" tanya William.
"Iya kalau gak mau gapapa kok. Jangan maksain," kata Nayara.
"Iya aku temenin ayo masuk," William lalu menuntun Nayara untuk masuk kedalam rumahnya.
"Loh Mama?" kaget William saat melihat Mama dan Papanya sedang duduk sambil menikmati teh bersama orang tua Nayara.
"Habis dari mana kalian? Jam segini baru pulang?" Tanya Rivano.
"kita habis keluar tadi Om. Sama Gisel sama Bastian juga kok," kata William.
"kamu udah baikan Nay sama Gisel sama Bastian?" Tanya Sherina.
"Udah Ma tadi siang."
"Kenapa Willam gak langsung pulang? Kok malah masuk kesini?" Tanya Thomas.
"Ng anu…."
"Pasti mau nginep kan? Kalian pasti ngira kita semua gak ada disini? Hayo ngaku," goda Sherina.
"Udah berani ya kamu Will," ujar Adele.
"Gak gitu tante, Ma, William mampir karena mau mastiin kalau Nayara bener-bener udah ada di kamarnya. Lagian kan kita udah pacaran emangnya salah nginep?" kata William.
"William kamu bener-bener ya," ujar Adele.
"Bercanda. William Cuma mau mampir aja sebentar habis itu langsung pulang. Sayang kamu masuk langsung mandi abis itu bobok ya? Aku mau pulang sekarang," kata William lalu membelai rambut Nayara sebelum dirinya pergi.
"Kalau gitu Nayara juga mau masuk duluan ya Om, Tante, Ma, Pa," kata Nayara lalu masuk kedalam kamarnya.
"Anjir Nay udah gila Lo minta William nemenin Lo? Untung Gue gak nyosor tadi di depan pintu," kata Nayara.
"Aku sangat berterimakasih kepada kalian berdua karena bersedia membantu perusahaan kami. Kami sangat tertolong berkat itu," kata Rivano.
"Kami akan dengan senang hati membantu perusahaan kalian. Kami sangat merasa terhormat karena bisa menjadi pemegang saham tertinggi di perusahaan kalian," jawab Thomas.
"Bagaimana kalau kita mengadakan pesta di Jepang? Bukankah Nicholas berkuliah disana?" Tanya Adele.
"Iya benar dia sedang berkuliah disana. Aku pikir itu tidak buruk," jawab Sherina sambil tersenyum.
William sudah sampai di rumahnya. Ia lalu memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam rumahnya.
"William!!!!" pekik Justin saat melihat William membuka pintu.
"Apa? Ngapain Lo nangis?" Tanya William saat Justin memeluknya erat.
"Gue takut sendirian anjir, Mama sama Papa kemana sih?" rengek Justin.
"Mereka lagi dirumah Nayara barusan Gue kesana. Udah Gue duga Lo bakal nangis kaya gini ditinggal sendiri. Pembantu kita emang pada kemana?" Tanya William.
"Gak tahu dah pada pulang kali. Lagian keluar gak ada yang bilang ya Gue kalap lah. Mana tadi mati lampu lagi," kata Justin.
"Udah Lo sana lanjutin tidur udah ada Gue gak usah khawatir. Lo udah gede gak usah cengeng!" kata William. Justin menuruti perintah William dan kembali ke kamarnya.
****
"Owh dateng juga Lo ternyata," kata Rani kepada Saka yang baru saja tiba di sana.
"Dimana Bos Lo?" Tanya Saka.
"Santai duduk dulu aja, dia masih ada urusan lain. Gimana kalau Lo nemenin temen Gue yang ada disana?" kata Rani sambil menunjuk Astrid yang sedang memainkan badannya.
"Astrid?" pekik Saka saat tahu jika orang yang dimaksud Rani adalah Astrid.
Astrid pun sama kagetnya ketika melihat Saka yang menatapnya jijik. Astrid buru-buru mengambil jaketnya dan menutupi pakaian minimnya.
"Ngapain Lo disini?" Tanya Saka lalu mendekat kearah Astrid.
"Gue gak ngapa-ngapain kok," jawab Astrid sambil gemetar.
"Gue kira Lo polos tapi ternyata Lo gak ada bedanya sama dia! Jangan Lo berani deketin temen Gue lagi, ngerti?" kata Saka.
"Kalian saling kenal? Wah hebat banget yah Gue ternyata," kata Rani sambil menepuk tangannya.
"Lo deket sama dia?" Tanya Rani sambil mendekat kearah Astrid.
"Nggak kok, kita cuma tetanggaan biasa doang," jawab Astrid.
"Jadi? Dia gak penting buat Lo Sak?"
"Ya nggak lah! Gue gak punya temen sesat kaya dia! Gak nyangka Gue," kata Saka sambil menggelengkan kepalanya.
"Yaudah kalau gitu Lo goda dia dan Gue bakal bayar Lo dengan harga yang tinggi," bisik Rani di telinga Astrid.
"Oke, siapa takut?" Astrid lalu perlahan mendekat kearah Saka.
"Mau ngapain Lo?" Tanya Saka sambil memundurkan badannya.
"Mau main sama Lo lah, emang Lo gak mau? Hmm?" Tanya Astrid. Kini tangannya sudah berani membelai dada bidang Saka.
"Badan Lo bagus juga yah ternyata. Udah pernah dipegang sama siapa aja?"
"Minggir gak Lo! Atau Gue…."
"Atau? Lo mau ngapain? Bilangin Gue sama Nayara? Nyebarin tentang ini?"
"Lo mending menjauh dari Gue sebelum Gue ngungkapin penyakit Lo ke semua orang. Gue bakal bilang ke semua orang kalau Lo itu sebenernya penipu. Lo suka godain cowok orang," kata Saka dengan senyum smirknya.
"Apa? Maksud Lo?" Tanya Astrid panik.
"Gue tahu kok penyakit Lo apa, Gue juga tahu apa yang Lo sembunyiin dari dulu. Hati-hati jangan gampang percaya sama orang," bisik Saka.
Astrid terdiam sebentar mencoba mencerna kata-kata Saka. Astrid lalu memutuskan untuk mendekati Rani dan berbincang sebentar dengan gadis itu. Saka hanya menatap heran kearah kedua wanita itu. Rani terlihat menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah untuk Astrid serta kunci mobil.
"Saka Lo ikut Gue sekarang," kata Astrid lalu menarik kerah baju Saka lembut.
"Kita mau kemana? Padahal Gue masih ada urusan sama Bos Lo berdua."
Astrid hanya fokus mengendarai mobilnya, dan berhenti disebuah hotel. Astrid langsung menarik tangan Saka dan masuk ke salah satu ruangan yang ada di hotel tersebut. Astrid langsung duduk di kursi, sedangkan Saka duduk diatas kasur.
"Gue bakal kasih tahu siapa dalang dibalik kejadian waktu itu. Tapi Lo harus janji satu hal sama Gue," kata Astrid sambil menatap Saka.
"Apa?"
"Lo harus foto sama Gue."
"Kenapa Gue harus nurutin Lo?"
"Lo emangnya gak mau tahu siapa dalang dari kejadian itu?" Tanya Astrid kaget. Karena dia pikir Saka akan melakukan segalanya untuk mengetahui siapa dalang dibalik kejadian Jesse dan Alex. Rani dan teman-temannya tidak tahu jika Alex sudah meninggal.
"Udah gak perlu lagi, tadi Gue kesana cuma mau bilang kalau Kak Alex udah meninggal. Masalah kita jadinya udah kelar. Dan suruh Bos Lo buat gak sembunyi lagi karena kita semua udah gak peduli sama siapa yang ngelakuin itu. Kalau gitu Gue duluan yah," kata Saka.
"Tunggu! Lo gak bisa seenaknya pergi dari sini! Gue harus bisa jatuhin Lo, dengan cara itu Gue bisa dapet uang!" teriak Astrid sambil menarik tangan Saka.
"Daripada Lo kerja kaya gini mending Lo nyari kerjaan yang beneran. Dosa Lo sadar gak sih?" teriak Saka.
"Lo bisa bilang kaya gitu karena Lo anak orang kaya! Lo gak pernah ngerasain yang namanya hidup susah! Lo gak pernah ngerasa kesepian karena temen-temen Lo semua selalu ada buat Lo! Pokoknya Gue gak peduli! Gue harus bisa jatuhin Lo!" Astrid hendak menyuntikan sesuatu ke leher Saka. Dengan cepat Saka menahan tangan Astrid agar suntikan itu tidak mengenai dirinya.
"Astrid… lepas! Lo jangan kaya gini," ucap Saka dengan susah payah.
"Lo harus jatuh sekarang juga! Gue butuh uang!" teriak Astrid.
"ASTRID!!!"
Tanpa sengaja Saka mendorong badan Astrid hingga kepala gadis itu membentur ujung meja dan pingsan. Saka merasa bersalah dan segera menggendong Astrid untuk dibawa ke rumah sakit.
"Bisa jelaskan kronologi kejadian yang dialami pasien?" Tanya dokter.
Saka pun dengan napas yang tak teratur berusaha menjelaskan kronologi sesingkat mungkin, tidak mungkin dirinya mengatakan jika Astrid hampir saja memperkosanya. Saka dihentikan ditengah jalan oleh perawat karena akan membawa Astrid ke ruang pengobatan.
****
"Will, gimana tadi tesnya?" Tanya Adele saat William baru saja pulang dari sekolahnya.
"Ya biasa aja sih, lumayan juga soalnya," jawab William lalu duduk di sebelahnya Mamanya.
"Justin, fans Lo si Astrid tadi gak masuk," kata William kepada Justin yang juga ada di sana sedang bermain game online.
"Oh ya? Gak tahu lah Gue. Udah Lo coba hubungin belum Will?" Tanya Justin dan langsung menghentikan game onlinenya.
"Ngapain Gue repot-repot nelpon dia? Lagian udah tahu mau ada tes malah ngilang."
"Ihh kok Lo gitu amat sih? Kan Lo temen sekelasnya."
"SSttt! Jangan ributin hal yang berguna kaya gitu! Siapa emangnya yang ilang?" Tanya Adele.
"Itu ada temen kelas William, fans nya Justin Ma," jawab William.
"Kamu suka sama dia Jus?" Tanya Adele.
"Iya. Ehh nggak!" kata Justin cepat.
"Alah suka dia Ma lihat aja mukanya udah merah kaya kepiting kukus gitu," ejek William.
"Cantik gak orangnya Will?"
"Lumayan sih Ma, dia juga pinter kok tapi masih pinteran Nayara dari pada dia."
"Kenalin ke Mama dong Jus, Mama pingin lihat siapa sih cewek yang udah bisa bikin Justin Ackerley yang gak pernah deket sama cewek jadi jatuh cinta gini?" kata Adele sambil menaik turunkan alisnya.
"Apaan sih Ma? Orang gak kaya gitu kok, kita tuh cuma temen biasa doang," kata Justin.
"Bohong dia Ma, William mau ke kamar duluan," William langsung masuk ke kamarnya.
****
"Gimana perasaan Lo?" Tanya Saka saat Astrid baru saja sadar.
"Gue kenapa bisa ada disini?" Tanya Astrid sambil memerhatikan sekitar.
"Maaf Gue tadi dorong Lo dan kepala Lo kepentok ujung meja gara-gara ulah Gue," jawab Saka.
"Gue harus segera balik. Bantuin Gue," kata Astrid sambil berusaha bangun.
"Dokter belum ngizinin Lo bangun, setelah dua jam Gue bakal foto bareng Lo sebagai permintaan maaf Gue, oke? Sekarang Lo harus diem disini dulu," ucap Saka lalu membantu Astrid untuk tidur kembali.
"Gak bisa Saka, waktunya cuma satu jam. Atau Gue gak bisa kerja sama mereka lagi," kata Astrid keukeuh.
"Gue bakal tanggung jawab kalau sampai Lo dipecat dari kerjaan Lo. Untuk saat ini Lo dengerin Gue dulu, ini demi kebaikan Lo juga."
"Gue udah bilang Lo gak bakal ngerti sama keadaan Gue sekarang. Lo dilahirin kaya gak kaya Gue! Jadi Lo gak usah sok peduli sama Gue!"
"Lo salah Astrid, hidup Gue gak seenak yang Lo bilang tadi. Lo salah paham, Gue sama kaya Lo." Kata Saka lalu duduk disebelah Astrid.
"Maksud Lo? Owh, Lo lagi coba ngehibur Gue gitu? Gak mempan tahu gak! Hampir semua orang yang Gue temuin itu kaya Lo, pura-pura perhatian!"
"Kita sama, Gue bukan berasal dari keluarga kaya raya kaya temen Gue yang lainnya. Kalau misalnya Gue kaya ngapain Gue nyuri dong kalau gitu? Mending Gue tidur dirumah dari pada susah-susah kaya gitu. Astrid denger yah, gak semua hal tentang orang yang Lo lihat itu, keadaannya sama kaya apa yang Lo bayangin. Mereka cuma nunjukin sisi terbaik dari diri mereka. Gue juga bakal berusaha buat memperlihatkan sisi terbaik dari diri Gue. Gue gak mau di kasihanin sama orang lain, itu ngerusak harga diri Gue. Habis ini Lo fokus aja sama kerjaan Lo di perpustakaan sama kafe Bang Jay. Masalah Rani biar Gue sama temen-temen Gue yang ngatur. Lo berhenti kerja kaya gitu," kata Saka panjang lebar.
"Iya, makasih. Maaf Gue tadi mau merkosa Lo," kata Astrid.
"Btw, Lo sejam berapa?" canda Saka.
"Ihh Lo apa-apaan sih!" kata Astrid sambil memukul lengan Saka.
"Aduh bercanda kali Gue astaga! Udah balik tidur sana Lo!"
"Yaudah, Lo jangan ganggu!"
"Iya Gue mau keluar sekarang!"
Saka pun langsung keluar dari ruangan Astrid dan memutuskan untuk kembali ke tempat Rani. Saka berjalan cepat kearah Rani dan menatap tajam mata gadis itu. Rani berusaha menyembunyikan rasa ngerinya, Saka terus menatapnya.
"Ngapain Lo lihatin Gue sampe kaya gitu?" Tanya Rani sambil berusaha menetralkan deru napasnya.
"Mulai sekarang Astrid gak kerja sama kalian lagi! Bilangin Bos Lo sekalian. Dan juga masalah yang dulu lupain aja, karena Alex udah mati akibat perbuatan kalian!" kata Saka.
"Lo gak bisa seenaknya aja nyuruh Astrid berhenti dari kerjaan ini, dia punya banyak hutang ke Gue. Kalau Lo mau bantu dia mending Lo bayar aja sekalian hutang dia ke Gue, dengan cara itu Astrid bakal terbebas dari kita," kata Rani.
"Berapa emang hutang dia ke kalian?" Tanya Saka.
"Tiga puluh juta rupiah, Lo sanggup bayar?" Tanya Rani sambil mendekatkan dagunya kearah Saka.
"Sanggup! Gue bakal kirim uangnya besok pagi. Gue masih harus beresin masalah Gue sama Astrid dulu."
"Astrid Lo kemanain?"
"Lo gak perlu tahu, intinya Astrid sama Lo gak ada hubungan apa-apa lagi mulai sekarang, ngerti?" Saka lalu berjalan menjauh dari Rani.
Hai, udah lama yah gak update? Gara-gara UAS sih. Kalian gimana UAS nya? Semangat yah semua.... Jangan lupa dukung terus karya aku....