webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Teen
Not enough ratings
134 Chs

Bab 94

Keluarga besar Alex kini sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Jadi yang dapet warisan Alex itu Alexa?" tanya Tante Alex.

"Kalau bukan dia siapa lagi? Bu, cepet panggil Alexa!" kata ayah Alex.

"Kenapa Yah?" tanya Alexa yang dari tadi sudah berada disana.

"Cepet tanda tangan surat warisan ini!" perintah Ayah Alex.

"Alexa gak mau!" kata Alexa sambil meminum tehnya.

"Kenapa?" Tanya Paman Alex dengan wajah yang tak santai.

"Alexa gak mau lagi jadi bagian dari keluarga munafik ini! Mulai hari ini Alexa bukan lagi anak dari Ibu dan Ayah!" kata Alexa lalu pergi dari ruang keluarga.

"Alexa berhenti! Kalau nggak semua harta kamu Ayah sita!" ancam Ayah Alex.

"Sita aja, Alexila udah gak mau lagi make harta hasil dari dana gelap! Alexa tahu kok kalian semua udah korupsi di perusahaan Kakek!"

"Apa?!" teriak Kakek Alex.

"Alexa!" teriak paman Alex.

"Om juga tahu kan kalau Ayah aku itu korupsi, atau? Om juga korupsi?" ucap Alexa dengan senyum smirknya.

"Wah, gak nyangka yah ternyata satu keluarga udah nipu Kakek. Alexa pergi dulu," kata Alexa lalu pergi dari sana.

"Apa yang di bilang sama Alexa itu bener?" tanya kakek Alex.

"Pah, gak gitu. Gak mungkin kita korupsi iya kan?" kata Bibi Alex.

"Nanti kita bicarakan lagi! Siapkan mobil saya," kata Kakek Alex lalu meninggalkan mereka.

"Anak Lo tuh harusnya dibungkam mulutnya! Kalau kaya gini Lo mau diusir sama Ayah?" teriak paman Alex kepada Ayah Alex.

"Gue juga gak tahu kalau Alexa tahu tentang ini semua!"

"Pokoknya, kalau ini berdampak sama kehidupan kita kalian yang tanggung jawab!" kata tante Alex lalu pergi dari sana.

"Kamu itu didik anak bisa yang bener gak sih? Sekarang kalau udah kaya gini siapa yang repot?" bentak Ayah Alex.

"Kamu yang bikin anak kamu jadi kaya gini, seandainya dulu kamu gak maksa Alexa buat ninggalin kakaknya ini gak bakal terjadi!"

"Berani-beraninya kamu!"

Bugh!

"Akkhh!"

Ayah Alex menghantam wajah Ibu Alex hingga lebam. Lalu ayah Alex keluar dari rumahnya.

"Alex maafin Ibu sayang," kata Ibu Alex sambil menangis.

Alexa memutuskan untuk berjalan-jalan di jembatan tempat dimana Alex ditusuk oleh Jesse. Waktu itu, Alexa baru pulang dari sekolahnya dan tak sengaja bertemu dengan Alex yang sedang berkelahi.

"Kalau Gue lompat ada yang nemuin gak?" gumamnya.

Ting!

Alexa mengecek pesan yang berasal dari Hao.

Hao: "Lo dimana?"

Alexia: "Di jembatan :)"

Tidak ada jawaban dari Hao.

Hao bergegas mengambil jaketnya dan kunci mobilnya. Ia mencoba membuang jauh-jauh pikiran negatifnya dan mencoba menenangkan diri.

"Alexa," kata Hao dalam hati.

Alexa mendapatkan pesan dari ayahnya dan tersenyum miris setelah membacanya.

Ayah: "Kamu sayang kakak kamu kan?"

"Iya Alexa sayang banget sama Kak Alex," kata Alexia.

Alexa memutuskan untuk berdiri diatas palang pembatas. Dengan air mata yang mengalir, Alexa memejamkan matanya dan merentangkan tangannya.

Hao melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia melihat ke kanan dan kiri jalan untuk menemuka Alexa. Hao langsung turun dari mobilnya dan menghampiri Alexa yang sedang berdiri di pembatas jalan.

"Alexa!" teriak Hao hingga membuat Alexa terjatuh ke bawah.

"Lo ngapain? Lo mau bunuh diri?" tanya Hao.

"Gue gak tahu mau ngapain, percuma Gue hidup tapi Kak Alex gak ada disini," kata Alexa.

"Kan udah Gue bilang, ada Gue sama temen-temen. Kita semua keluarga Lo Alexa," ucap Hao sambil memegang pundak Alexa.

Alexa terlihat sangat pucat, dan tak berselang lama tubuh Alexa ambruk di pelukan Hao.

"Nih, minum dulu airnya. Bengong mulu Lo," kata Nathan lalu memberi Hao air.

"Gila sih tadi, panik banget Gue," kata Hao sambil meminum air yang diberi oleh Nathan.

"Gue gak nyangka Alexa bakal senekat itu," sambungnya.

"Lagian parah banget anjir keluarganya. Kek, Alex baru dikubur kemarin tapi mereka udah ngeributin warisan. Kalau Gue jadi Alexa ya mungkin ngelakuin hal yang sama juga sih," kata Reiga.

"Kasihan Alexa, gak ada yang ada di pihak dia selain kita," kata Nicholas.

"Alexa gak bawa mobil?" tanya Putra.

"Nggak, padahal buat sampe di jembatan butuh waktu tiga puluh menit dari rumahnya," jawab Hao.

"Jadi dia jalan? Jangan-jangan mobil dia di sita lagi sama Ayahnya," kata Reiga.

"Mungkin," jawab Nathan.

"Nik, udah jam segini Lo gak berangkat?" tanya Putra.

"Iya sekarang, gak sabar banget ngelihat Gue pergi," ucap Nicholas sambil berdiri.

"Kita gak usah nganter gapapa yah? Males banget Gue," goda Reiga.

"Gak usah! Gue bukan anak bayi!" teriak Nicholas.

"Bercanda njing! Ayo berangkat!" kata Reiga dan membuat semuanya tersenyum.

Sesampainya di bandara...

"Jaga diri Lo ya Ray," kata Freya sambil memeluk Raya di bandara.

"Iya, Lo juga jaga diri," kata Raya.

"Alexa, kalau ada apa-apa langsung kabarin salah satu dari mereka. Kita semua saudara Lo, ngerti?" kata Nicholas kepada Alexa.

"Thanks Nik," kata Alexa sambil tersenyum.

"Hati-hati ya kalian!"

"Kakak pergi ya Nay, jangan nakal sama Lily," kata Nicholas sambil memeluk adiknya.

"Iya iya, Naya juga tahu kali! Jaga diri ya Kak jangan telat makan. Gak usah maksain diri," kata Nayara.

"Kalau gitu kita pamit yah."

"Dada Niko," kata Reiga sambil melambai seiring menjauhnya Nicholas dan Raya.

"Gue mau balik duluan yah, pacar Gue udah nungguin Gue," kata Putra.

"Pacaran mulu Lo!" julid Reiga.

"Kita juga balik yah," kata Freya dan pergi bersama Nathan.

"Kita balik sekarang?" tanya Hao dan Alexa menganggukkan kepalanya.

"Kak Reiga bukannya tadi sama Kak Putra yah?" tanya Nayara.

"Anjir iya juga ya? Terus Gue pulang gimana dong anjir?" ucap Reiga panik.

"Bareng sama Kak Lily aja, nih kuncinya," kata Nayara lalu menyerahkan kunci mobilnya kepada Reiga.

"Lo pulang sama siapa?"

"Sama temen Gue nanti, udah sana pulang," kata Nayara.

"Ih Nay Gue mau naik taxi aja, nanti ada matkul soalnya," elak Lily. Dia tidak ingin berada didalam satu mobil dengan Reiga yang sadar.

"Owh oke," jawab Nayara.

"Gue anterin," kata Reiga lalu menarik tangan Lily.

"Gak usah! Lo balik aja duluan," kata Lily sambil melepaskan tangannya dari genggaman Reiga.

"Gue juga ada kelas habis ini," kata Reiga.

Mau tidak mau Lily harus mengiyakan ajakan Reiga.

"Lo mau turun dimana?" tanya Reiga.

"Ha? Di-disana aja," jawab Lily.

Reiga lalu menepikan mobilnya.

"Kalau gitu Gue duluan yah," kata Lily.

Saat Lily ingin keluar dari mobil, Reiga langsung menarik tangan Lily.

"Lo bohong kan?" tanya Reiga.

"Ha?!"

"Bodoh, mana ada orang yang kuliah sekarang dosennya kan izin," kata Reiga lalu menyentil dahi Lily.

"Oh iya haha Gue lupa haha," Lily tertawa canggung.

"Lo gak mau pulang sama Gue?"

"Bukan gitu, tapi Gue ngerasa canggung kalau harus berdua sama Lo," jawab Lily.

"Lo kan yang nganterin Gue pulang kemarin?"

"I-iya, Gue lihat Lo rebahan di tengah jalan kemarin. Jadi Gue tolong," jawab Lily.

"Gue kek orang gila yah?" Tanya Reiga.

"Iya, kayak orang gak punya rumah. Awalnya Gue ragu deketin Lo, tapi setelah Gue lihatin lama-lama ternyata Lo," jawab Lily.

Setelah lama berkendara akhirnya mereka sampai didepan rumah Nayara. Reiga lalu memarkirkan mobil Nayara dan pergi dari sana tanpa sepatah kata pun.

"Seenggaknya dia bilang makasih kek ke Gue," gumam Lily.

Nayara hari ini ada janji dengan William. William bilang ingin mengajak Nayara untuk kerumahnya.

"Lama ya nunggu? Maaf tadi ngantri di pom bensin," kata William lalu membukakan pintu mobil untuk Nayara.

"Gapapa," jawab Nayara.

"Kamu mau kemana sebelum ke rumah aku?"

"Gak kemana, Tante Adele sama Justin emang gak ada di rumah?"

"Justin lagi latihan basket, Mama lagi nemenin Papa keluar negeri. Aku sendiri sampe nanti malem," jawab William.

Setelah sampai di rumah William, Nayara langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.

"Taruh aja tas kamu dikamar aku," kata William .

"Iya," Nayara lalu masuk ke dalam kamar William.

Saat baru membuka pintu, Nayara dikejutkan oleh foto besar dirinya yang terpasang didekat tempat tidur William. Selain itu, Ia juga melihat banyak foto dirinya di setiap sudut kamar William. Bahkan bantal baru William adalah foto Nayara yang sedang tertidur.

"Wow, gila sih ini," gumam Nayara.

"Sayang, ayo turun makan," kata William.

"Maaf aku nyimpen foto kamu tanpa izin," ujar William sambil menundukkan kepalanya.

"Iya gapapa, tapi ini udah berlebihan gak sih?" kata Nayara sambil terkekeh dan mengangkat bantal guling yang bergambar dirinya.

"Habisnya kalau gak ada itu aku gak bisa tidur malemnya, kan harus dipeluk kamu dulu," kata William sambil memeluk Nayara dari belakang.

"Lebay banget, ayo turun katanya tadi makan," kata Nayara.

"Ayo aku udah masak tadi," kata William.

"Wow, kamu bisa masak ternyata."

"Dulu kan aku sering ditinggal sendiri jadi sering masak. Makan yang banyak," kata William lalu menyajikan makanan untuk Nayara.

"Habis ini mau main game gak?"

"Game apaan? Aku gak bisa main game," kata Nayara sambil terus memakan masakan William.

"Aku ajarin lah, gimana?" tanya William dan diangguki Nayara.

Setelah selesai makan, Nayara dan William merapikan meja makan lalu segera naik kembali ke dalam kamar William.

"Mau main game apa?" tanya Nayara tapi dihiraukan William.

William terlihat sangat sibuk membalas pesan dari temannya. Nayara juga melihat William sesekali tertawa kecil.

"William?" panggil Nayara.

"Hmm? Bentar-bentar temen aku masih ngechat," kata William dan masih fokus ke layar handphonenya.

Nayara sudah cukup lama menunggu William saling mengirimi pesan dengan temannya. Hingga William meninggalkan Nayara dan mengangkat telephone dari temannya.

"Sayang, kamu tunggu sebentar yah aku mau main sama temen aku dulu. Gapapa kan?" tanya William sambil mengelus kepala Nayara.

"Terus aku ngapain disini?" tanya Nayara.

"Tunggu bentar aja, paling lima belas menit selesai kok. Kamu bisa baca buku-buku aku di sana," ucap William.

"Oke," jawab Nayara singkat.

Akhirnya Nayara pergi ke salah satu rak buku yang ada di kamar Wiliam dan mengambil satu buku. Satu jam telah berlalu, Nayara sudah lama menunggu William yang masih asik bermain di depan komputernya. Nayara lalu meletakkan buku yang dibacanya tadi dan mendekat ke arah William.

"Will udah selesai belum mainnya?" tanya Nayara namun tak didengar William.

"William!" teriak Nayara sehingga berhasil membuat William menatapnya.

"Gue udahan dulu ya nanti lagi," kata William sebelum memusatkan seluruh perhatiannya kepada kekasihnya.

"Kenapa Sayang?" tanya William sambil memegang tangan Nayara.

"Katanya mainnya cuma lima belas menit. Kamu udah main selama satu jam dan nganggurin aku," kata Nayara.

"Maaf Sayang tadi aku kebablasan. Yaudah sekarang kita main yah?" ucap William yang berusaha membujuk Nayara.

"Gak usah aku mau pulang," kata Nayara.

"Jangan gitu dong, maafin aku sekali ini aja lain kali gak akan gitu deh," mohon William.

"Udah lah Will aku bosen gak ada kegiatan sama sekali di sini."

"Makanya ayo main game, kamu udah aku ajak loh," kata William.

"Kalau kamu gak mau nganterin aku pulang aku bisa sendiri kok pulangnya," kata Nayara lalu mengambil tasnya dan keluar dari kamar William.

"Sayang tunggu.... Sayang...," panggil William namun dihiraukan Nayara.

Nayara berjalan cepat menuruni anak tangga. Dirinya sudah sangat kesal saat ini. Yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana caranya agar bisa sampai di rumahnya dengan cepat.

"Nayara?" namun sialnya Nayara malah bertemu dengan Adele di ruang tamu dan membuatnya harus menghentikan langkahnya.

"Sayang," William juga menghentikan langkahnya dengan napas yang tak teratur akibat mengikuti langkah kaki Nayara yang amat cepat.

"Main sama William yah? Udah mau pulang?" tanya Adele.

"Iya tante," jawab Nayara dan berharap semua ini akan berakhir secepatnya.

"Duduk dulu sebentar boleh ya nak? Tante udah lama soalnya gak ngobrol sama kamu," kata Adele.

"Maaf tante saya harus pulang," kata Nayara.

"Tapi diluar hujan sayang," kata Adele.

"Maaf Tante tapi saya lagi buru-buru. Lain kali saya mampir lagi," kata Nayara lalu keluar dari rumah William.

Saat William hendak mengejar Nayara, Adele malah menghentikan William dan menahan tangan putranya.

"Kalian berantem?" tanya Adele kepada William.

"Nayara!" panggil William lalu kembali mengejar Nayara.

"Kak Nay ap-," Justin juga dihiraukan oleh Nayara. Nayara hanya fokus berjalan ke depan.

"Nayara!"

"Woi tunggu dulu," kata Justin sambil mencegat William.

"Apaan buruan?" perintah William.

"Lo apain Kak Nay?" tanya Justin.

"Minggir bukan urusan Lo!" kata William.

"Bawa mobil Lo, kalau Lo ngejar manual gak bakal kesampaian. Sekarang juga hujan."

William lalu masuk kedalam mobilnya dan mengejar Nayara. William berhasil menemukan Nayara yang berjalan cepat di dekat rumahnya. William lalu segera turun dan memaksa Nayara masuk ke dalam mobilnya.

"William lepasin!" teriak Nayara.

"William tangan aku sakit," kata Nayara dan mereka kini sudah ada di dalam mobil William.

"Buka pintunya William! Aku mau pulang sendiri!" teriak Nayara sambil memukul kaca jendela mobil William.

"Sayang maafin aku yah tenang," kata William sambil memeluk Nayara yang terus saja berteriak dan memukul segala benda yang ada disekitarnya. Termasuk tubuh William.

"Tenang Sayang, iya maafin aku. Ssshh," kata William dan berhasil membuat Nayara menghentikan aksinya.

"Maafin aku Sayang."

Ditengah perjalanan, William melihat Nayara yang kedinginan karena tadi Ia sempat berjalan di tengah hujan. William menyerahkan jaketnya untuk Nayara.

"Pake jaket aku kamu kediinginan kan?"

Nayara langsung menghempaskan jaket yang diberi William tanpa sepatah katapun.

"Sayang nanti kamu sakit, paka yah?" bujuk William.

William yang merasa frustasi langsung membanting setir mobirnya ke arah kiri dan berhenti di pinggir jalan sehingga membuat beberapa pengendara mengklaksonnya.

"Aku kan udah minta maaf sama kamu. Sekarang aku harus ngelakuin apa biar kamu gak ngambek lagi, hmm?" tanya William.

"Kamu tadi asik main sama temen kamu dan nganggurin aku. Sebenernya yang jadi pacar kamu mereka atau aku sih?" Teriak Nayara.

"Sayang, mereka gak punya waktu banyak mereka perlu belajar buat ulangan nanti."

"Terus kamu kira aku nggak gitu? Kamu kira waktu aku banyak? Udah lah kayanya kita emang gak cocok satu sama lain," kata Nayara lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela.

"Maksud kamu?"

"Kita udahan aja mendingan," jawab Nayara.

"Nggak bisa gitu dong! Oke aku nggak bakal ngulangin ini lagi. Aku janji, tapi jangan putus ya?" tanya William namun di hiraukan Nayara.

William pun melanjutkan perjalanannya sambil sesekali melihat ke arah Nayara yang terus saja memandang keluar jendela tanpa ada niatan menoleh kearahnya.

"Jangan kerumah!" kata Nayara. Tanpa banyak tanya William langsung mengajak Nayara ke tepi danau yang indah.

William menghentikan mobilnya di sana dan ikut menatap ke arah danau. Damai, namun membuat perasaan William sedikit aneh. William melihat penjual teh yang ada di dekat sana. William langsung menghampiri penjual itu.

"Permisi bu teh hangat dua sama gorengan sepuluh ribu," kata William.

Setelah menyerahkan uang William langsung kembali dan mendapati Nayara sudah tidak ada di sana. William merasa panik dan mencari Nayara kemana-mana, namun setelah dirinya pasrah Nayara malah datang dan membawa dua roti dan dua susu kotak. Mereka saling menatap satu sama lain sebentar dan berhenti saat Nayara mengalihkan pandangannya.

"Duduk dibelakang?" tanya William dan diangguki Nayara.

"Aku beli gorengan sama teh nih," ucap William dan menyerahkan teh yang dibelinya.

"Aku juga beli roti sama susu," ucap Nayara lalu menaruh asal susu dan roti yang dibelinya tadi.

"Makasih," kata William sambil tersenyum.

Mereka berdua menikmati makanan mereka sambil menikmati pemandangan danau yang sangat menenangkan. Nayara lalu menyenderkan kepalanya di dada bidang William dan William pun memeluk Nayara erat.

"Maafin aku sayang," kata William sambil terus mengecup kening Nayara.

"Will aku ngantuk," kata Nayara.

"Tidur aja sebentar, aku peluk biar gak dingin," kata William.

Tak lupa juga William menyalakan penghangat mobil dan lagu balad agar Nayara bisa tertidur nyenyak. Suasana hujan membuat malam itu makin romantis untuk mereka berdua.

Saat terbangun Nayara sudah berada di kamarnya dan William yang memeluknya dari belakang. Nayara berusaha mengingat kembali hal yang terjadi kemarin dan syukurlah tidak ada kejadian yang tidak di inginkan.

Nayara perlahan turun dari atas ranjangnya agar tidak mengganggu tidur William. Namun yang terjadi malah William menarik tangan Nayara agar tetap berada di sisinya dan membawa kepala Nayara ke dalam pelukannya. Nayara juga memeluk William dengan erat. Tiba-tiba saja William melepas jaketnya dan hanya menyisakan kaos setengah lengan.

"Aku pingin kulitku langsung nyentuh kulit kamu," kata William lalu melanjutkan tidurnya sambil memeluk Nayara.

"Iya boleh," kata Nayara.

Kenapa disaat seperti ini dia malah teringat Jesse? Jesse adalah mantan terbaik bagi Nayara. Hanya Jesse yang berhasil membuat Nayara sulit melupakan mantannya. Hanya Jesse.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Enjizoo44creators' thoughts