"Circle kakak-kakak Lo ganteng-ganteng banget anjir. Berasa lihat idol kpop deh Gue," heboh Tiara.
"Mata kamu itu perlu aku lakban ya? Berani banget ngelihat cowok lain di depan aku!" Bentak Reihan.
"Ih apaan sih kamu nih! Cemburuan banget! Lagian emang bener kan temen-temen kakaknya Nayara ganteng-ganteng?" Teriak Tiara melebihi teriakan Reihan.
"Lo berdua berantem mulu kerjaannya. Ga capek apa?" Sewot Jesse.
"Diem Jesse! Ini urusan orang pacaran! Lo gak usah ikut-ikutan!" Teriak Tiara.
"Sayang mending kita ke kelas. Tinggalin aja dua orang ini," kata Jesse lalu menarik Nayara menjauh dari Tiara dan Reihan menuju kelas Nayara.
"Kayaknya tadi aku simpen di sini deh bajunya. Nah ini," kata Nayara lalu merapikan bajunya.
"Tumben banget ninggalin sesuatu," kata Jesse.
"Lumayan sering tapi biasanya William bakal bawain. Tapi dia tumben banget gak meriksa kolong meja aku," bohong Nayara. Gadis itu berniat membuat Jesse cemburu.
"Owh," jawab Jesse. Sangat terlihat jika saat ini Jesse sedang menahan amarahnya.
"Jesse," panggil Nayara.
"Kenapa?" Jawab Jesse sambil menatap Nayara.
"Aku pingin tahu di mana rumah nenek kamu. Sabtu ini kita pergi ke sana gapapa kan?" Tanya Nayara.
"Seriusan mau kesana? Okey aku temenin," jawab Jesse senang.
"Yaudah ayok pulang," kata Jesse. Mereka berdua lalu keluar kelas dengan bergandengan tangan.
"Udahan ributnya?" Tanya Nayara kepada Tiara dan Reihan yang sedang duduk di kantin sambil memakan mi ayam.
"Kita gak ribut kok yakan sayang?" Kata Tiara lalu memajukan bibirnya untuk di cium Reihan.
"Jesse apa-apaan sih Lo!" Teriak Tiara saat ciumannya dihalangi handphone Jesse.
"Astaga Tiara HP Gue udah gak perawan gara-gara Lo cium! Kalau hamil tanggung jawab Lo ya!" Kata Jesse sambil mengusap handphonenya.
"Sayang Jesse nyebelin," kata Tiara manja.
"Gausah di ladenin. Biasa dia gak pernah di sayang Nayara makanya gitu. Makan lagi," kata Reihan lalu menyuapi Tiara lagi.
"Miris banget nasib Lo Jesse hahaha," kata Tiara sambil tertawa lepas.
"Tir, Rei, kita pulang duluan ya. Mama Gue nyuruh cepet-cepet balik soalnya," kata Nayara lalu menggandeng lengan Jesse.
"Hmm, hati-hati," jawab Tiara
"Makan lagi sayang," kata Reihan.
"Apaan Ma nyuruh cepet pulang?" Tanya Nayara di depan pintu kamar Sherina.
"Mama sama Papa harus ke Afrika sekarang juga. Ada masalah sama perusahaan," kata Sherina sambil merapikan bajunya di bantu oleh pelayannya.
"Sekarang banget Ma? Hujan loh," kata Nayara lalu duduk di sisi ranjang Sherina.
"Iya harus sekarang. Nanti kamu jagain Tania sama Sania ya," ucap Sherina.
"Kak Freya emang kemana?" Tanya Nayara.
"Freya tes buat kuliah. Maunya sih sementara Freya kuliah Mama yang jaga Tania sama Sania. Tapi apa boleh buat, kamu bantu Kak Nathan ya Nay?" Mohon Sherina.
"Ya gapapa sih Ma," kata Nayara.
"Yaudah sana ganti baju terus tunggu di ruang tamu. Ada aja masalah," kata Sherina sambil geleng-geleng kepala.
Sesuai perintah Sherina, Nayara kemudian membersihkan dirinya dan menunggu Sherina di ruang tamu. Tak lama kemudian datanglah Nicholas bersama Raya.
"Hai Naya," sapa Raya.
"Halo kak," jawab Nayara.
"Mama mana Nay?" Tanya Nicholas lalu merebahkan dirinya di atas sofa.
"Tuh beres-beres mau berangkat ke Afrika," jawab Nayara.
"Dadakan banget? Emang ada apa?" Tanya Nicholas.
"Gatahu kata Mama ada masalah gitu," ucap Nayara.
"Hooeeekkk.... Hoooeekkkk.....," terdengar suara tangisan bayi dari kamar Tania dan Sania. Dengan cepat Nayara bangkit dan masuk ke kamar Tania dan Sania.
Kamar kecil yang terletak di sebelah kamar Freya dan Nathan dengan nama Tania dan Sania terukir di daun pintunya.
"Hai Tania udah bangun?" Sapa Nayara dari sebelah box bayi milik Tania.
"Cup cup cup, Sania aja gak nangis masak Tania nangis sih? Aunty gendong yah? Sini hayuk," kata Nayara lalu mengangkat Tania dan menepuk-nepuk punggung gadis kecil itu.
Nayara sudah berusaha untuk menenangkan Tania namun Tania masih tak mau berhenti menangis. Akhirnya Nayara membuka kulkas yang berisi ASI untuk Tania dan Sania. Di kulkas ternyata tak ada satu pun ASI yang tersedia. Nayara hanya dapat melihat susu bubuk yang masih tersegel. Nayara memutuskan memanggil Nicholas untuk meminta bantuan.
"Kak Niko tolong buatin Tania susu Naya gak ngerti caranya," kata Nayara sambil menimang-nimang Tania yang masih menangis kencang.
"Kakak juga gak tahu cara buatnya gimana dong?" Kata Nicholas yang mencoba untuk tenang.
"Aku bisa Ayy, mana susu nya?" Kata Raya.
Dengan sigap Raya membuatkan susu untuk Tania. Raya menakar susu dan memasukkan sedikit demi sedikit air panas dan air dingin. Lalu mengecek suhunya.
"Nih Nay udah jadi," kata Raya lalu memberikan susu kepada Tania.
"Akhirnya Tania diem juga. Kasihan banget ponakan Aunty," kata Nayara hampir mengeluarkan air matanya.
"Tania kenapa Nay?" Tanya Freya yang langsung mengambil Tania dari gendongan Nayara.
"Tenang aja Fey. Tania tadi minta susu ga ada yang terjadi kok," kata Raya.
"Makasih ya Nay. Tania nanti kalau udah gede jangan lupa bilang makasih sama Aunty Nayara ya sayang?" Kata Freya.
"Ray gendong bentar Gue kebelet pipis," kata Freya lalu menyerahkan Tania kepada Raya.
"Eh ada Raya. Aduh Nayara suruh Raya duduk dulu kek," kata Sherina lalu menghampiri Raya.
"Gapapa kok tante lagian udah tadi banget datengnya," kata Raya tersenyum manis.
"Mama katanya mau ke Afrika ya?" Tanya Nicholas.
"Mama mau ke Afrika kok gak bilang dulu?" Tanya Nathan yang baru saja sampai.
"Iya Nath, ada masalah mendadak. Kamu jagain Tania sama Sania yang bener. Sama Freya juga jangan lupa," kata Sherina.
"Mama berangkat sendiri?" Tanya Freya.
"Nunggu Papa masih nelpon," jawab Sherina.
"Freya bakal kangen banget sama Mama pokoknya," kata Freya lalu memeluk ibu mertuanya itu.
"Freya kamu tuh baik banget gak kayak anak-anak Mama yang lainnya," kata Sherina sambil melirik anak-anaknya.
"Ma ayo buruan pesawat berangkat tiga puluh menit lagi," kata Rivanno yang terburu-buru dengan tas kerjanya.
"Mama sama Papa berangkat ya. Kalian baik-baik di rumah," kata Sherina.
Mereka semua menyalimi punggung tangan Rivanno dan Sherina.
"Hati-hati Pa," kata Nayara.
"Jaga diri ya," kata Rivanno lalu mengecup kening Nayara.
Setelah itu Sherina dan Rivanno berangkat ke bandara dengan kondisi hujan lebat di luar sana.
"Gue mau ke kamar," kata Nayara lalu naik ke kamarnya.
"Mau kemana Nay?" Tanya Freya.
"Palingan nangisin Mama sama Papa. Gengsian sih," kata Nathan lalu duduk di sofa.
"Ayy itu gapapa ngebiarin Nayara nangis sendirian?" Tanya Raya.
"Bentar biar aku yang nyamperin," kata Nicholas lalu naik ke kamar Nayara.
"Naya kak Niko masuk ya," kata Nicholas lalu masuk ke kamar Nayara.
Nicholas melihat Nayara yang sedang menangis di dalam selimutnya. Nicholas lalu mendekat dan mengelus rambut Nayara yang tidak ditutupi selimut.
"Naya jangan nangis dong," kata Nicholas.
"Kak Mama sama Papa," kata Nayara lalu memeluk erat tubuh Nicholas.
"Jangan nangis dong. Seharusnya Naya doain Mama sama Papa," kata Nicholas menenangkan Nayara.
Cukup lama Nayara menangis dan memeluk erat Nicholas. Hingga akhirnya Nayara sudah selesai menangis dan membenahi posisi duduknya.
"Cup cup ayo turun," ajak Nicholas.
"Kak Niko Naya mau minta izin," kata Nayara.
"Minta izin ngapain?" Tanya Nicholas.
"Naya mau pergi ke rumah Ido sama Jesse besok boleh?" Tanya Nayara.
"Ngapain kamu ke sana? Sama Jesse pula," tanya Nicholas.
"Ada sesuatu yang harus Naya selesaiin. Naya ngajak William juga kok," kata Nayara.
Nicholas hanya keluar dari kamar Nayara tanpa sepatah katapun. Nayara yang tak menyerah memutuskan mengikuti Nicholas ke ruang tamu.
"Kak Niko boleh gak? Kebiasaan deh kalau Naya nanya tu diem aja! Jawab dong boleh gak?" Teriak Nayara.
"Ada apaan lagi nih?" Tanya Nathan yang baru saja keluar dari kamar Tania dan Sania.
"Lihat tuh kelakuan adik Lo Nath! Masak mau ke gunung sama Jesse," kata Nicholas.
"Gila deh ni orang. Gak gak!" Larang Nathan.
"Sama William juga. Please lah kak," mohon Nayara.
"Ck! Gak boleh denger gak sih? Ke gunung ngadi-ngadi Lo!" Teriak Nathan.
"Kakak bilangin Mama ya kamu mau pergi sama Jesse," ancam Nicholas.
"Iya iya gak jadi!" Kata Nayara lalu duduk menjauh dari Nicholas dan Nathan.
"Ngapain sih Lo mau ke gunung?" Tanya Nathan.
"Gak jadi!" Teriak Nayara.
"Alasannya apa?" Tanya Nathan lagi.
"Gue bilang gak jadi ya gak jadi! Gausah nanya lagi!" Pekik Nayara lalu menyilanglan kaki dan tangannya.
"Yaudah bagus dong gak jadi," kata Nathan namun tak dihiraukan Nayara.
"Pokoknya Gue bakal tetep pergi!" Kata Nayara dalam hatinya.