webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Teen
Not enough ratings
134 Chs

Bab 61

"Baiklah anak-anak bapak akan menutup pembelajaran hari ini," kata Arya lalu keluar dari kelas Nayara.

"Gak asik ah hujannya!" Gumam Tiara.

"Eh Nay Lo bawa mobil kan? Gue nebeng dong pingin pulang bareng Lo. Boleh ya?" Kata Tiara memohon.

"Gue mau pulang bareng Jesse. Duluan ya," kata Nayara lalu bangkit dari duduknya.

"Yahh terpaksa deh harus nunggu sopir," kata Tiara lalu keluar dari kelasnya bersama Reihan.

"Ngapain Lo bengong? Gak pulang?" Tanya Rendi kepada William yang dilihatnya sedang menatap sesuatu.

"Lo sendiri?" Tanya William balik.

"Masih nunggu Wulan. Hujan-hujan gini tuh enaknya pergi makan berdua sama pacar," kata Rendi.

"Sayang ayo pulang," kata Wulan dan langsung menggandeng Rendi.

"Duluan ya Mblo, bhaks!" Kata Wulan dan Rendi bersamaan.

"Hmm," William hanya berdehem menanggapi pasangan yang selalu menistakan dirinya itu.

William lalu mengambil tasnya dan menggendong di sebelah bahunya dengan tangan yang berada di dalam saku celana olahraganya. Hari itu lumayan dingin bagi William, sehingga membuat laki-laki itu sesekali mengusap kedua tangannya.

William berhenti di koridor dan menatap air hujan yang mengalir dari atas genteng. Ia lalu menjulurkan tangannya dan membiarkan air hujan yang dingin menyentuh telapak tangannya. William tersenyum senang sudah lama dirinya tak merasa sebahagia ini. Apalagi suasana lingkungan sekitar ruang kelas William banyak ditumbuhi pohon-pohon tinggi. William merasa seperti sedang berada di hutan.

"Heh! Ngapain senyum-senyum?" Sapa seseorang sambil menepuk bahu William.

"Eh kak Reiga? Ngapain disini kak?" Tanya William saat mengetahui yang memanggilnya adalah Reiga.

"Gue alumni sini Lo ga tahu? Parah sih," kata Reiga sambil menggelengkan kepalanya.

"Maksudnya kan udah alumni ada perlu apa kesini lagi, gitu kan Will?" Jawab Hao yang tengah berjalan mendekat ke arah William bersama dengan Nicholas, Nathan, dan Putra.

"Kita kangen aja pingin lihat SMA kita yang nan indah ini," kata Reiga dramatis.

"Apa lagi hujan-hujan gini. Jadi inget Gue dulu lari-larian sambil hujan-hujanan di taman terus di labrak pak Arya," gumam Nathan.

"Terus Pak Arya ngelapor ke mama kita," sambung Hao.

"Tapi mama kita gak marah," kata Putra mengundang gelak tawa diantara mereka.

"Disekolah doang marah-marah. Kimi jingin bindil ligi yi! Pas udah di rumah mama Gue malah marah-marah karena Pak Arya suka ngadu kaya bocil," kata Nathan yang tak kuasa menahan tawanya hingga mengeluarkan air mata.

"Lo gak ikut sih Nik, seru banget," kata Zihao menunjuk Nicholas.

"Dia mah anak emas belajar mulu ampe tremor," sambung Reiga.

"Karena Gue gak mau masa depan Gue suram kaya Lo Lo pada," kata Nicholas sambil menjitak satu-persatu kening teman-temannya.

"Tapi Gue gak pernah ngelihat Nathan belajar. Tapi malah dapet ranking dua mulu. Lo nyontek Nicholas ya Nath?" Tuduh Reiga.

"Dih enak aja! Gue emang pinter bawaan dari lahir ya! Makanya pinter ga kayak elu! Dipaksain belajar terus-terusan kagak pinter-pinter! Yee," ejek Nathan membuat Reiga memeluk William karena kalah telak.

"Will bawa aku pergi bersamamu. Aku tak mau ada di antara setan-setan ini! Huh!" Kata Reiga.

"Jauh-jauh Lo dari William! Will jangan di deketin nanti ketularan bego Lo," kata Nathan sambil menarik William menjauh dari Reiga.

"Gue gak butuh kalian! Mending Gue nyamperin Nayara aja!" Kata Reiga lalu melipat tangannya.

"Emang Nayara ada?" Tanya Putra.

"Nayara!" Teriak Reiga memanggil Nayara.

Nayara lalu segera menghampiri rombongan mereka. Nayara saat itu sedang berjalan menuju kelasnya untuk mengambil baju yang tertinggal bersama Jesse, Tiara, dan Reihan.

"Halo kak," sapa Nayara kepada mereka semua.

"Hai Nayara udah lama gak ketemu," kata Hao hampir memeluk Nayara, namun Nathan dengan sigap menahan tubuh Hao.

"Peluk Gue aja," kata Nathan sambil memeluk Hao erat.

"Uhuk Nath! Gak bisa napas nih. Uhuk!" Kata Hao sambil memukul-mukul lengan Nathan.

"Halo kak Nicholas. Halo kak Nathan," sapa Tiara dengan senyuman yang merekah lebar di bibirnya.

"Ngapain Lo belum pulang?" Tanya Reiga sok dekat dengan Nayara.

"Terserah adik Gue lah mau pulang kapan! Sana Nay menjauh jangan sampe Lo ikut ketularan begonya si Reiga," kata Nathan.

"Apaan sih Lo Nath!" Julid Reiga.

"Kalau gitu Nayara pamit kak," kata Nayara lalu berlalu dari rombongan Nicholas.

"Permisi kak," kata Tiara.

"Will Lo ga ikut mereka?" Tanya Nicholas.

"Cosplay jadi baygon Gue entar. Gue mau balik ya kak duluan," kata William lalu pergi dari sana.

"Gausah pake mantel deh," kata William lalu menaruh kembali jas hujannya.

William melewati hujan yang turun sangat deras sehingga membasahi seluruh tubuhnya. Seharusnya William belok kiri di pertigaan ini, namun dirinya memutuskan untuk lurus mengambil jalan memutar. Pikirnya sudah lama Ia tidak memiliki waktu untuk dirinya.

Selama sebulan ini dirinya terlalu fokus untuk menjaga Nayara. Padahal Nayara tidak membutuhkan itu. William berhenti di sebuah halte bus dan berteduh disana.

"Wuu dingin," gumam William sambil menggosokkan kedua tangannya.

"Asik juga ya hujan-hujanan gini. Kalau aja ada pacar pasti lebih seru," katanya kepada dirinya sendiri.

Selama tiga puluh menit laki-laki itu hanya tersenyum menatap hujan yang sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Bagi William hujan merupakan cuaca favoritnya. Kalau kalian apa?

"Permisi kak," kata seorang gadis berseragam menghampiri William. Sepertinya gadis itu adalah seorang siswa sama sepertinya.

"Iya ada apa?" Tanya William.

"Kak saya numpang nanya dimana ya toko buku dideket sini? Saya pertama kali dateng ke sini soalnya," kata gadis itu.

"Owh saya anter aja. Tapi gapapa kan hujan-hujanan? Lagian baju kamu juga udah basah kuyup," ujar William.

"Owh boleh kak maaf ngerepotin," kata gadis itu.

William dan gadis itu akhirnya menuju toko buku terdekat yang dimaksud William.

"Terima kasih kak maaf ngerepotin," kata gadis itu.

"Gapapa saya permisi duluan ya," kata William lalu melaju menjauh dari gadis itu.

"Gue seneng banget bisa nolongin orang hari ini. Semoga kelak kalau Gue kesusahan ada orang yang bantuin Gue juga," kata William dalam hatinya.

"William Lo ngapain anjir?" Heboh Justin saat melihat William pulang dengan keadaan basah kuyup.

"Astaga William. Cepat ambilkan handuk!" Teriak Adele tak kalah heboh dari Justin.

"Siapkan air hangat untuk William! Buatkan bubur dan teh hangat! Ambilkan obat flu!" Kata Adele memerintah semua pelayan yang ada dirumahnya.

"Kamu ga bawa jas hujan? Kan bisa telfon mama atau siapa kek! Ini kalau kamu sakit mama sedih tahu gak?" Kata Adele hampir menitikkan air matanya.

"Astaga ma ga usah lebay deh. William cuma ketiban hujan air bukan hujan berlian ma," kata Justin sambil geleng-geleng kepala.

"Justin!" Peringat Adele.

"Kalau Lo iri mama merhatiin Gue, mending Lo sana main hujan-hujanan aja," kata William dengan nada mengejek.

"Ga perlu! Mama lebih perhatian sama Gue!" Kata Justin lalu kembali fokus ke layar iPad nya.

"Sana cepet mandi! Abis itu turun makan," kata Adele.

William lalu segera naik ke kamarnya dan mandi sesuai perintah Adele. William lalu turun dan makan bubur yang sudah di siapkan untuknya dan tak lupa juga William meminum teh hangat dan obat flu yang ada di sebelah piringnya.

"Will Lo gak ada rencana buat ke rumah kak Naya gitu? Kangen banget anjir Gue," kata Justin.

"Yaudah Lo sana sendiri aja. Gue udah nyerah ngejar Nayara," kata William.

"Apa?!" Teriak Adele dari ruang tamu.

"Maksud mama, seriusan kamu nyerah? Astaga sampai segitunya," lanjut Adele lalu ikut duduk di meja makan bersama William dan Justin.

"Gimana ya kalau dijelasin. Nayara tuh kayaknya lagi berusaha nyelesaiin sesuatu dan William gak boleh bantu. Kayak mau mutus hubungan sama seseorang gitu," jawab William.

"William yakin banget kalau Nayara bakal putus sama Jesse. Tapi William takut kalau keyakinan itu malah bikin William berharap lebih. Dan itu... sakit banget," lanjutnya.

Ketiganya diam sejenak. Menatap William yang menunduk dengan senyum tulus yang ada di bibirnya.

"Nayara bakal bersama sama William kalau tuhan membuka jalan untuk kita. Tunggu aja kalau bukan takdir ya mau gimana. Ya kan ma?" Kata William menatap ibunya.

"Iya nak jangan maksain diri kamu. Nayara sama kamu berhak bahagia dijalan kalian masing-masing," kata Adele lalu menepuk punggung William.

"Tapi Lo masih temenan sama kak Naya kan?" Tanya Justin.

"Temenan ya masih dan juga Gue harus menuhin tugas yang dikasih sama tante Sherina dan mama buat jagain Nayara selama dua bulan. Tinggal sebulan lagi dan mungkin Gue sama dia bukan temen lagi," kata William.

"Gapapa sih kak Nayara mutus hubungan sama Lo tapi Gue bakal tetep berhubungan sama dia. Maksudnya temenan," kata Justin.

"Emang Nayara mau temenan sama kamu Jus?" Tanya Adele.

"Loh? Loh? Kak Naya lebih deket sama William atau Justin? Justin kan! Makanya kita bakal tetep temenan walaupun si William dibuang," kata Justin.

"Terserah Lo deh bocil!"

"Lebih bocilan Lo! Btw kemarin Gue ketemu kak Gisel sama Bastian. Terus Gue minta maaf."

"Ngapain minta maaf? Lo apain Gisel?" Tanya William panik.

"Dirumah kak Nayara waktu itu Gue gak nyapa dia. Karena ga sadar ada dia," jawab Justin.

"Oh gitu toh," gumam William.

"Kalian lanjutin aja ngobrolnya. Mama mau kerja dulu," kata Adele laku kembali ke ruang kerjanya.

"Gue mau ngewibu. Nikmatin jomblo nya ya jomblo bye-bye," kata Justin dan ikut meninggalkan William sendirian di ruang makan.

Akhirnya William juga memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan membaca buku dan merebahkan badannya di kursi jendela. Karena udara yang cukup dingin dan suara hujan yang menenangkan William akhirnya tertidur di dekat jendela sambil memeluk boneka yang sama dengan boneka favorit Nayara.