webnovel

Ore no Imouto wa Shousetsuka!

Dikisahkan seorang anak SMA yang memiliki adik perempuan yang memiliki profesi sebagai penulis novel erotis. Adiknya sedang menjalin suatu hubungan dekat dengan sahabatnya di masa kecil. Mereka bertemu kembali di akhir bulan musim semi, dengan sebuah pertemuan yang mengejutkan. Bagaimana kisah kelanjutannya? Saksikan di TKP!!

ANABANTINGAN · Realistis
Peringkat tidak cukup
8 Chs

Sosok Zen di Mata Tamami

'Apa rumah sebesar ini hanya memiliki satu penghuni saja?' Itulah yang terlintas pertama kali dipikiran Yukichi melihat anak bersambut silver ini membukakan pintu untuk dirinya dan ibunya.

Anak berambut silver itu menjawab perkataan ibunya Yukichi dengan muka sedikit khawatir. Dia mempersilakan meraka untuk masuk ke dalam rumahnya. Meski agak malu-malu saat anak rambut silver itu berbicara pada mereka berdua, Yukichi yang merupakan anak seumuran dengannya menyapanya dengan begitu santai.

"Hei, apa kau tinggal di sini sendirian?" tanyanya memastikan.

Anak berambut silver itu mengangguk pelan merespons pertanyaan Yukichi.

Kemudian ibunya Yukichi segera menyodorkan sekotak kari untuknya, "Ini." Dia menerimanya dan mukanya sedikit terkejut saat mencium aroma ini.

"Eh ...." Tentu saja anak itu hafal dengan aroma yang telah diciumnya sebelumnya ini. Aroma kari yang begitu kuat dengan rempah-rempahnya.

dengan senang hati anak itu menerima sekotak kari dari tangan wanita ini, wajahnya begitu ceria dan matanya bersinar begitu membuka kotak yang benar-benar berisi kari tersebut.

"Woaaah~" ekspresi senang dengan senyum lebar terukir di wajahnya, itu adalah senyum dengan penuh kegembiraan.

"Aku Yukichi, salam kenal." Yukichi mengulurkan tangannya untuk mengajaknya berjabat tangan.

Dengan senyumnya yang lebar itu, anak berambut silver itu membalas jabatan tangannya kemudian memperkenalkan namanya pada Yukichi, "Aku Zen ... salam kenal."

Sejak saat itu, Zen selalu bermain bersama Yukichi. Orang tua Zen selalu pulang malam dari tempat bekerjanya sehingga rumah ini terlihat hanya memiliki satu penghuni saja.

Mereka (orang tua Zen) hanya memiliki waktu senggang di akhir pekan. Terkadang Yukichi dan ibunya sering membantu membersihkan halaman rumahnya.

*Kasian lah anak kecil bersih-bersih rumahnya yang besar itu sendiri.

Yukichi sebagai anak yang cerdas waktu itu bertanya pada kedua orang tuanya Zen, "Kenapa kok tidak cari pembantu saja?"

Mereka bilang kalau belum menemukan orang yang pas yang bisa dipercaya. Takutnya, si pembantu juga semena-mena kepada anaknya yang masih kecil ini atau karena sepanjang hari bersama majikannya yang anak kecil maka si pembantu terlalu mudah untuk meremehkannya.

Kedua orang tuanya Zen bersyukur kalau anaknya ini memiliki teman dekat yang bisa dipercaya sekaligus menjadi tetangganya.

Yukichi sering mengajak Zen bermain ke rumahnya karena dia terlihat kesepian di rumah besar sendirian.

Mereka akhirnya menjadi sahabat dekat.

Paling sering mereka berdua bermain play station di rumah Yukichi.

Yukichi mengenalkan Zen pada Tamami, adiknya. Zen waktu itu begitu imut saat menampakkan wajahnya dari balik topi yang menutupinya.

Dia memang anak blasteran Jepang-Inggris. Ayahnya lah yang berasal dari Inggris dan bekerja sebagai anggota kedutaan Inggris di Jepang. Ibunya adalah orang pribumi Jepang yang kenal ayahnya waktu study tour di Inggris.

Zen sendiri belum pernah keluar negeri, dia baru pindah dari Iwate ke Tokyo karena kepentingan kerja orang tuanya.

Ya, dia saat itu baru berusia 4 tahun.

Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, Zen pindah. Umurnya sekitar 14 tahun, dia pindah ke luar negeri. Ayahnya ingin menyekolahkan Zen di sana.

Tapi, entah kenapa Zen pulang ke Jepang kembali ....

Dan seragam yang dikenakannya itu, Yukichi tahu kalau itu adalah seragam sekolah kejuruan dekat SMP-nya Tamami.

Tamami sendiri terlihat sangat senang begitu bertemu dengan lelaki tampan yang bernama Zen ini.

Yukichi tampaknya menyadari kalau adiknya menyukai sahabatnya.

Begitu Miharu dan Kiira berhasil menyusul Yukichi dan Tamami ....

Yukichi memperkenalkan mereka berdua yang merupakan teman se-hobi ini pada Zen.

Sontak Miharu terpana dengan ketampanan wajahnya Zen dan senyumnya yang penuh dengan kharisma itu. Hatinya begitu berbunga-bunga melihat cowok separuh bule ini, dalam hatinya "Kyaaah~" dia ingin menjerit dengan nada imutnya.

Miharu juga berjabat tangan dengannya, begitu selesai ... dia ingi mencium tangannya yang penuh aroma Zen.

Tamami merasakan saingan cinta begitu melihat wajah Miharu terpesona dengan lelaki di depannya ini.

Tamami tidak kekurangan akal, dia memeluk lengan tangan Zen ini memperlihatkan dirinya selangkah lebih akrab dengan Zen daripada cewek lain.

Akhirnya, mereka berlima pun pergi menuju rumah Yukichi. Zen sendiri ternyata sudah tahu kalau Tamami adalah seorang penulis novel. Karena nama pena yang dipakai oleh Tamami adalah nama panggilan atau nama kesayangan yang diberikan Zen pada Tamami waktu kecilnya. Dia juga sering menggunakan nama itu pada user game Play Station-nya.

Mungkin Yukichi tidak ingat tapi, Zen dan Tamami ingat. Bagi dirinya nama itu seperti penghubung antara hatinya dengan hati Zen berharap suatu saat hati mereka bisa menyatu.

Bahkan seorang main character di novelnya itu, dia gambarkan seorang adik yang imut dari sosok kakak seperti Zen.

Penggambaran tokoh laki-lakinya pun mirip Zen mulai warna rambut, mata dan kulit, bedanya di novel tersebut tidak digambarkan si tokoh laki-laki adalah orang blasteran.

Sosok Zen sebagai laki-laki yang sempurna di mata Tamami itu tidak hanya dijadikan acuan akan imajinasinya untuk menulis novel, melainkan dia ingin laki-laki itu menjadi di pendamping hidupnya.

*Sungguh halu pikiran sang penulis novel erotis ini.

Begitu dia berjalan bersama dengan Zen, dia ingin segera menuangkan imajinasinya ke dalam tulisan-tulisan indah nya itu. Dia tidak bisa berhenti menghalu, jari-jemarinya begitu tidak sabar untuk menari di atas keyboard. Dia tidak keberatan apabila Zen mengetahui rahasia terbesarnya selama ini, asal tidak dengan orang lain termasuk kakaknya juga.

Beberapa menit kemudian ....

Mereka sampai di depan rumahnya Yukichi, "Yuk, masuk."

"Hari ini ibumu tidak masak kari lagi?" tanya Zen dengan wajah riangnya.

"Ah~ sepertinya tidak," jawab Yukichi dengan santai.

Kemudian ibunya menyambut kedatangan kedua anaknya ini dengan ramah, ternyata mereka pulang membawa teman dan begitu melihat Zen yang ada di dekat Yukichi itu, ibunya segera menyapanya ....

Mereka tampak seperti ibu dan anak sungguhan, dan kedua teman Yukichi merasa kalau Yukichi tak pantas menjadi kakak Tamami karena mukanya pas-pasan dibandingkan Zen yang tampan itu.

Dalam hati Yukichi, "Tampaknya ibu juga sangat bahagia melihat Yukichi yang kembali ke Jepang ini. Kenapa sih, dia tidak bangga sama sekali pada anaknya yang cerdas sedari kecil meski mukanya pas-pasan ini? Sambutan hangat ibunya pada Zen cukup membuat Yukichi iri, faktanya dia yang pulang sekolah hanya disambut dengan senyum ramah biasa saja.

Yukichi sempat berpikir, "Apa ibu juga menyukai Zen? Tidak mungkin lah, dia kan sudah punya ayah!"

Akhirnya, setelah menyambut Zen dan memperkenalkan kedua temannya juga, Yukichi mengajak mereka ke ruang atas dan mempersilakan duduk di tempat santai.

Di depan mereka terdapat televisi dan di rak bawah ada game PS yang pasti Zen hafal suasana di rumah Yukichi dan mengundang nostalgia.

"Wah~ sudah lama tidak ke sini lagi, dan sekarang bisa ke sini tidak bisa lama-lama ...." Katanya dengan antusias yang melihat sekitar ruangan, cat ruangan ini juga sudah berubah.

Begitu kedua saudara ini hendak masuk kamar dan ganti baju, Zen menanyakan sesuatu pada mereka semua.

"Oh ya, novel yang ditulis Tamami itu ... novel seperti apa, ya?" tanya Zen spontan dengan nada santainya.

Deg!!

Sesaat pertanyaan itu membuat Yukichi terdiam tak berkutik, apakah Yukichi akan mengatakan sebenarnya dan mengeluarkan novel erotis yang dia bawa di dalam tas sekolahnya itu?

*To be Continued*