Merasa bersalah tiada henti benar-benar sedang menghimpit Nisa. Selama berjam-jam dia menunggu, dan kini semuanya terjawab sudah. Sesak, itulah hatinya sekarang saat melihat tubuh Reva yang sudah tidak karuan bentuknya. Wajah memar, darah mengering di kaki dan pergelangan tangan yang terbungkus kain, semakin membuatnya hancur.
"Apa ada keluarganya?"
Semua bangkit berdiri saat dokter ke luar dari UGD. Wajahnya terlihat tenang, namun mereka bisa merasakan aura tidak enak saat ini.
"Saya, dok, saya sahabatnya Reva. Orang tuanya sedang pergi ke Malang. Teman saya bagaimana, dok? Teman saya baik-baik aja, 'kan?"
"Mari ikut saya ke ruangan." Setelah mengatakan itu, dokter paruh baya itu melangkahkan kakinya meninggalkan Nisa.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com