Bertahan.
Bernapas.
Sadar.
Itulah yang sedang Reva lakukan saat ini. Tubuhnya sudah tidak tahan, bahkan rasa sakitnya sudah hilang entah ke mana saking mati rasanya. Sayup-sayup Reva mendengar pintu terbuka, kali ini apa lagi yang mau pria itu katakan? Apakah dia sudah siap untuk menghabisi nyawanya?
Tidak apa, Reva sudah ikhlas daripada harus menderita seperti ini. Sebetulnya ini cara mati paling menyakitkan daripada ditikam atau ditembak dengan puluhan peluruh.
"Apa kamu masih hidup?"
"Masih bernafas? Ayolah jangan lemah, bertahan. Katanya yang namanya Reva itu wanita kuat. Mana kekuatan itu? Masa segini aja lemah. Saya udah kasih kamu makan, itu artinya saya tidak membunuh kamu, tandanya saya perduli." Dengan suara riang pria itu melompat ke atas kasur, membuat Reva semakin mengeratkan tubuhnya.
"Saya Tirta."
Tirta.
Otak yang mulai melemah, tetapi Reva berusaha mengingat nama itu. Sangat tidak asing, telingnya seperti pernah mendengar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com