Aku menyodorkan segelas es kopi pada Hyun Soo dengan wajah datar berusaha menyembunyikan rasa kesalku, Hyun Soo mengulurkan tangannya canggung dan menerima es kopi dariku diam sambil sesekali melirikku bingung. Ia menyedot kopinya pelan lalu menoleh cepat tidak tahan dengan sikapku
"hey, kau marah kan?"
"ani" bantahku cepat
"kau marah.." godanya sambil menunjukku jahil,
aku menghembuskan nafas kesal dan mengangkat tanganku ke pinggang "aku tidak marah" ulangku menekan. Hyun Soo berdiri cepat menatapku lurus - lurus "lalu ada apa denganmu kali ini? Kau sangat aneh" desaknya, aku menurunkan tanganku lemas tidak ingin melanjutkan perdebatan ini. Aku memutar mataku lalu melangkahkan kakiku melewati Hyun Soo, ia menggerakkan tangannya cepat menahan lenganku "Eun Kyung Ji.. jika kau marah katakan saja, keluarkan padaku" bisiknya kesal, aku menepis tangannya dari lenganku kesal
"ahh molla.. mendengar cerita romantismu dengannya tadi membuatku kesal" omelku cepat lalu berjalan meninggalkan Hyun Soo begitu saja. Tatapan Hyun Soo langsung berubah geli, tawa kecilnya pecah begitu saja dalam hitungan detik "ahh.. Kyung Ji juga bisa cemburu rupanya" simpulnya geli.
Aku berdeham kecil sambil memukul - mukul pipiku sendiri berusaha mengendalikan diriku "konsentrasi Eun Kyung Ji, kerja.. kerja.." kataku pada diriku sendiri. Seo Rin yang sejak tadi melihat tingkah anehku itu mendekatiku sambil mengangkat tangannya santai "perlu aku bantu agar kau lebih sadar?" tawarnya menghina, aku hanya memutar mataku "tidak terima kasih" tolakku cepat lalu kembali melangkahkan kakiku melewati Seo Rin. Aku kembali mengehembuskan nafas besarku melihat A Reum sudah berdiri berkacak pinggang menghalangi jalanku, aku menunduk kecil lalu menggerakkan kakiku ke kiri berusaha menghindarinya namun ia kembali menghalangiku, aku yang masih bersabar kembali memutar badanku ke kanan menghindar untuk kedua kalinya. A Reum masih saja menghalangiku cepat, aku menjilat kecil bibir bawahku kesal dan mengangkat tanganku ke pinggang kesal
"hey, apa maumu?" tanyaku menantang dengan banmal
"begini sifatmu yang sesungguhnya ternyata, aku tidak menyangka Hyun Soo oppa bisa menyebutmu pacarnya" timpalnya licik.
Aku memalingkan wajahku kesal sambil menghembuskan nafas besar 'wahh.. wanita ini benar ingin main - main denganku' kataku dalam hati. Seo Rin berdeham kecil lalu menarik lenganku cepat "kita harus kembali bekerja" katanya sopan lalu menunduk kecil pada A Reum. Aku melangkahkan kakiku pasrah mengikuti Seo Rin, jika ia tidak ada disana mungkin aku sudah menarik rambut wanita menyebalkan itu. Tetapi sesuai dugaanku, A Reum tidak membiarku pergi dengan mudah begitu saja, tiap kali ia membuka mulutnya aku merasa kesal, tapi kali ini kata - katanya itu tidak dapat ku abaikan
"berapa uang yang kau terima untuk menjadi pacar depan layarnya?" tanyanya sambil memainkan kukunya santai.
Aku menoleh cepat melemparkan tatapan sinisku 'wahh.. dasar wanita gila' kutukku dalam hati, Seo Rin semakin keras berusaha menarikku melihat ekspresiku yang akan meledak jika A Reum mengatakan sesuatu lagi. Aku menepis tangan Seo Rin cepat, lalu berjalan santai memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana memasang ekspresi tenang "Na A Reum -ssi, biar ku katakan sesuatu padamu, aku juga memukul wanita" kataku pemperingatkan. A Reum tersenyum miring medengar perkataanku itu dan berjalan santai mendekatkan bibirnya ke telingaku
"aku tidak takut pada pukulan wanita" bisiknya santai.
Emosiku yang meledak itu langsung membutakan mataku, aku dengan cepat mencengkram lengan A Reum kuat lalu memutarnya ke belekang. Suasana menjadi ricuh dalam seketika, A Reum yang berteriak kesakitan langsung menarik perhatian banyak orang, emosinya yang tersulut karena ulahku membuatnya menggerakkan tangannya cepat lalu menjambak rambut panjangku yang terkepang rapi. Rasa sakit di kepalaku membuatku melepaskan cengkramanku pada tangan sebelahnya dan akhirnya balas menjambak rambutnya keras. Seluruh orang yang menyaksikan semua itu tentu saja berusaha melerai kami, namun karena keganasan kami yang mengerikan membuat mereka tidak berani mendekat selangkah pun, termasuk Seo Rin.
Mendengar suara teriakan ribut dan bisikan - orang banyak, membuat konsentrasi Hyun Soo teralih dari Do Hwan -ssi. Ia langsung beranjak dari kursi riasnya, berjalan cepat melihat apa yang terjadi di luar sana. Matanya melebar kaget melihat aksi ganasku dan A Reum yang sedang mengamuk sambil menjambak rambut satu sama lain. Tanpa menunggu lagi, Hyun Soo langsung melerai kami cepat, ia mencengkram satu lengan kami masing - masing dan memisahkann kami cepat, setelah kami sudah terpisah ia melepaskan tangan A Reum lalu menoleh kesal ke arahku
"kita bicara setelah ini" tekannya.
Hyun Soo kembali menoleh pada A Reum, ia mengamatinya baik - baik memastikan aku tidak meninggalkan luka di tubuh wanita gila itu. Hyun Soo menghembuskan nafas panjang "maafkan aku, jika ada kau merasakan sakit atau ada luka di tubuhmu beri tahu aku" ungkapnya terdengar sedikit datar. Setelah mengatakan itu, Hyun Soo menarik tanganku cepat masuk ke ruang riasnya lalu mengusir Do Hwan -ssi cepat meninggalkan kami berdua di dalam sana. Hyun Soo melepaskan lenganku kesal lalu berdiri melipat tangan di depan dada melemparkan lirikan sinisnya padaku yang berdiri menunduk dalam di hadapannya, ia menghembuskan nafas besar
"apa tidak ada yang ingin kau katakan padaku?" singgungnya,
aku menutup mataku rapat sambil mencibirkan bibirku sejenak "mianhae" kataku dengan suara kecil.
Hyun Soo mendekatkan wajahnya ke arahku "apa yang kau katakan? Aku tidak mendengarnya" timpalnya
"mianhae" ulangku membesarkan sedikit suaraku
"apa?"
"MIANHAE" teriakku kesal.
Hyun Soo menghembuskan nafas besar dari mulutnya lalu mengangkat tangannya merapikan rambutku yang sangat berantakan. Ia menurunkan jarinya ke daguku lalu mendongakkan kepalaku lembut mengamati apa aku terluka atau tidak, dan mengusap kecil pipiku. Setelah melakukan semua itu, Hyun Soo menarik tangannya lalu mundur selangkah menjauhiku
"kenapa kau melakukannya?" bukanya tegas.
Aku memutuskan untuk menganggap ini sebagai pembicaraan anatar boss dan bodyguard, aku berdeham kecil dan menatapnya lurus - lurus "saya tidak bisa memisahkan perasaan pribadi dengan kepentingan pekerjaan saya tuan, ini kesalahan saya" jawabku tegas. Alis Hyun Soo terangkat kecil mendengar jawabanku "hey, Eun Kyung Ji.. apa yang dia katakan padamu?" tanyanya langsung melepaskan formalitas. Aku menaikkan kecil kedua bahuku "tuan bisa bertanya pada kekasih tuan nanti" jawabku formal lalu menunduk sopan padanya sejenak, aku langsung membalikkan badaku melarikan diri cepat dari ruangan itu. Hyun Soo tercengang mendengar jawabnku barusan "hey.." panggilnya, namun aku tetap menggerakkan kakiku melarikan diri darinya, "HEY!" panggilnya lagi. Aku tetap mengabaikan panggilannya itu dan menutup pintu ruangan riasnya rapat sambil tersenyum jahil.
000
Tentu saja rasa penasaran menggerogoti seluruh hati Hyun Soo, sejak tadi ia terus melirikku sinis tanpa mengatakan apapun menungguku mengatakan semuanya sendiri padanya. Pemotretan telah selesai dan kami pun langsung bergerak membereskan barang yang kami bawa, karena semakin cepat kami sampai ke hotel semakin banyak waktu bebas yang akan kami miliki. Gerakanku terhenti melihat pintu ruang rias Hyun Soo yang tertutup rapat, rasa penasaran menggelitik hatiku mengetahui bahwa Hyun Soo sedang berdua saja dalam ruangan itu bersama A Reum. Aku melangkahkan kakiku pelan mendekati pintu itu, lalu menoleh ke sekeliling memastikan tidak ada yang melihatku. Setelah memastikan keadaan aman, aku menempelkan telingaku ke pintu berusaha mencari posisi yang sesuai untuk mendengarkan percakapan mereka di dalam sana. Aku terus menggerakkan kepalaku pelan dengan alis bekerut tak kunjung mendengar sesuatu dari dalam ruangan itu, tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat dan aku langsung menarik telingaku mundur cepat menajuh dari pintu. Pintu di hadapanku terbuka dan aku menoleh cepat canggung dengan mata melotot kaget, Hyun Soo mematung di tempatnya menatapku dengan ekspresi yang sama kagetnya denganku. Aku meringis kecil sambil memutar mataku berusaha mencari alasan yang bagus
"kita sudah selesai membereskan barangnya" kataku canggung sambil menunjuk kecil ke belakang,
Hyun Soo tampak mengedipkan matanya beberapa kali "oh? Oh.. oh.. kita kembali ke Hotel kalau begitu" jawabnya canggung.
Aku menggaruk kecil leherku sambil memaksakan senyum canggung lalu membalikkan badanku cepat meninggalkan Hyun Soo. Setelah sampai di luar aku menghembuskan nafas lega menoleh ke belakang sejenak "dia tidak curiga kan?" tanyaku sendiri, sekali lagi aku menghembuskan nafas lega berhasil menyelamatkan diriku dari situasi aneh itu.
000
Aku keluar dari kamar mandi santai sambil membasuh lembut wajahku, aku menghembuskan nafas kecil melihat ruangan kosong dan sepi. Anggota timku pergi menikmati waktu bebas mereka masing - masing termasuk Seo Rin, aku menoleh menatap ke balkon yang menunjukkan pemandangan laut malam yang indah lalu menunduk kecil dengan senyum terulas di ujung bibirku. Aku masuk ke kamarku melemparkan tubuhku ke atas kasur yang empuk terdiam menatap kosong entah kemana, rasa sepi sedikit menyerangku saat itu, tanpa menunggu lagi aku langsung bangkit dari tempat tidurku dan menyambar jaket cepat. Aku keluar dari kamarku hendak berjalan ke pintu depan melewati kamar Hyun Soo, tiba - tiba pintu kamarnya terbuka dan Hyun Soo menahan lenganku cepat
"kau mau kemana?" tahannya
"aku.. aku mau ke pantai" jawabku canggung
"lagi?"
"hmm.. lagi" gumamku sambil mengangguk cepat.
Kami berjalan berdampingan di bibir pantai menikmati hembusan angin dan pemandangan laut yang di taburi bintang serta bulan yang bersinar terang malam itu. Aku menyibakkan rambutku yang beterbangan tertiup angin, Hyun Soo tersenyum kecil menatapku lalu menahan bahuku menghadapkanku ke arahnya. Ia melepaskan gelang di tangannya dan mengikat rambutku dengan gelang itu, lalu menyingkirkan rambut - rambut kecil yang beterbangan di dahiku. Kami saling menatap lurus, namun aku merasakan sesuatu yang berbeda dari sorot mata Hyun Soo, ia seakan - akan ingin mengatakan sesuatu padaku, namun ia tidak bisa mengatakannya dengan mudah. Hyun Soo pun menghembuskan nafas kecil dan membuka mulutnya, namun aku langsung memeluknya membuat suaranya tertahan
"hajima" kataku pelan
"mwo?"
"jika itu berat, jangan mengatakannya"
"Kyung Ji -ah, apa kau tidak pernah menginginkan ingatanmu kembali?" tanyanya hati - hati.
Aku melepaskan pelukanku perlahan mendengar pertanyaanya itu, aku mendongak kecil menatapnya dan melemparkan senyum kecilku padanya. Aku menggeleng kecil sambil tersenyum menanggapi pertanyaan Hyun Soo barusan, ekspresi Hyun Soo langsung berubah kaget
"wae?" tanyanya ingin tahu.
Aku membalikkan badanku menatap ke laut kosong, lalu menghembuskan nafas besar "aku tidak siap mengingat semua kenangan buruk yang di tinggalkan oleh orang tuaku" jelasku sambil memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket. Aku menundukkan kepalaku "lebih tepatnya aku tidak ingin menyakiti diriku sendiri" sambungku pelan, Hyun Soo melangkah maju mendekatiku lalu melingkarkan kedua tangannya di bahuku sambil membenamkan wajahnya dalam. Aku mengangkat satu tanganku menyentuh lengannya yang memeluk bahuku erat terus diam menikmati pemandangan laut malam di hadapanku, tiba - tiba aku teingat akan janjiku untuk bertemu dengan appa besok, aku menoleh kecil
"izinkan aku pergi besok" mintaku.
Hyun Soo mengangkat kepalanya lalu menoleh kecil menatapku "kemana?" tanyanya ingin tahu.
Aku menyandarkan kepalaku ringan ke dada Hyun Soo "aku pernah bercerita tentang keluargaku yang rumit kan?" tanyaku santai, Hyun Soo memutar matanya berusaha mengingat ceritaku waktu itu, ia kembali menatapku sambil membuka mulutnya hampa lalu mengangguk cepat tanpa mengatakan apapun. Aku tersenyum geli melihat tingkahnya itu lalu kembali bercerita "aku bertemu dengan ayah kandungku sebelum kita berangkat dan aku merasa sudah saatnya aku memperbaiki hubungan kami, jadi aku berjanji untuk mengunjunginya saat aku ke Busan kali ini" jelasku santai. Hyun Soo membuka mulutnya sambil mengangguk paham, dia tersenyum kecil
"mau ku temani?" tawarnya berharap
"kau sibuk.." tolakku ringan.
Hyun Soo langsung menggeleng cepat "aku tidak sibuk" tepisnya,
aku mengeluarkan ponselku menunjukkan betapa padatnya jadwal Hyun Soo besok "kau masih mau mengelak?" tekanku licik.
Hyun Soo berdeham kecil lalu menaikkan dagunya sombong "kau mau taruhan?" tawarnya, aku menutup ponselku kembali memasukkannya ke dalam saku jaketku santai sambil menghembuskan nafas kecil. Hyun Soo melirikku curiga "aku sungguh - sungguh" timpalnya berusaha meyakinkan, tawa kecilku pecah dan aku langsung melirik ke arahnya
"mwo?" tanyaku
"aku akan menyelesaikan semua ini 1 jam sebelum kau bertemu dengan ayahmu" sahutnya percaya diri.
Tawaku semakin pecah mendengar keyakinannya yang tidak masuk akal itu, aku menggeleng heran "kau pikir aku akan percaya? Hey, kau bukan superman, dasar bodoh" timpalku remeh. Hyun Soo menggerakkan tangannya memeluk pinggangku erat, tak lama aku merasakan tubuhku melayang dan aku mulai berteriak sambil tertawa "turunkan aku.. HEY!" teriakku nyaring. Hyun Soo tertawa kecil lalu berjalan mendekat ke arah ombak yang menyapu bibir pantai "katakan kau akan pergi bersamaku, katakan..!" ancamnya sambil tertawa kecil, tawaku semakin lepas dan aku semakin erat mencengkram lengannya yang perlahan menurunkan badanku dekat dengan air. Aku merasakan cipratan ombak mengenai kakiku, membuatku pasrah mengikuti keinginannya "baiklah.. baiklah.. kita akan pergi bersama" jawabku terpaksa. Hyun Soo langsung melangkahkan kakinya mundur lalu menurunkan tubuhku sambil tertawa puas, aku langsung membalikkan badanku sambil mengangkat tangan bersiap memukulnya, Hyun Soo yang melihat tanganku langsung menghindari pukulanku dan berlari kecil sambil tertawa jahil. Tentu saja aku mengejarnya cepat dengan tawa lepas yang keluar dari mulutkuku, Hyun Soo berhenti mendadak lalu membalikkan badannya menangkapku ke dalam pelukannya, kami tertawa kecil dengan nafas terengah dan aku melingkarkan tanganku di pinggangnya memeluknya erat. Hyun Soo menarik tubuhnya pelan menatapku lurus
"saranghae" ungkapnya tiba - tiba.
Mataku melebar kaget dan aku merasa jantungku berdetak lebih cepat tiba - tiba, hatiku meledak oleh rasa senang dan tidak ada perasaan lain yang ku rasakan selain bahagia. Aku tersenyum lebar dan menjinjitkan kakiku mengecup cepat bibir Hyun Soo, senyumnya terlihat melebar dan ia mendekati wajahku perlahan mengecup lembut bibirku. Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku saat itu dengan kata - kata, namun dalam hati, aku mengajukan permohonan
'aku harap, kebahagiaan ini bertahan selamanya.'
000
Aku membuka mulutku tercengang melihat Hyun Soo melakukan jadwalnya dengan sangat serius dan cepat hari ini. Hal ini tidak hanya membuatku terkejut, tapi juga membuat teman - teman timku ikut terkejut melihat hal tida biasa ini, mereka sangat kaget melihat perubahan Hyun Soo yang hanya terjadi dalam satu malam. Seo Rin yang curiga dengan perubahan Hyun Soo yang tiba - tiba itu merasakan ini pasti ada hubungannya denganku, ia mendekat ke arahku "hey" bisiknya datar di telingaku, aku kaget mendengar bisikannya itu dan menoleh cepat dengan mata lebar
"oh.."
"ada apa dengannya?" tanyanya langsung
"ini karena aku, kami taruhan kemarin" jelasku mengaku,
Seo Rin menahan tawanya yang akan pecah lalu menggeleng heran sambil kembali menjauh dariku tanpa mengatakan apapun.
Jadwal Hyun Soo hari ini selesai dalam waktu yang terbilang cepat, aku langsung mengangkat tanganku melihat jam yang menunjukkan pukul 7 malam, tepat 1 jam sebelum janjiku untuk menemui appa. Aku semakin membuka mulutku tercengang melihat kejadian hari ini "mwoya.." keluhku heran, Hyun Soo berjalan melewatiku dengan dagu terangkat sombong "wae? Tentu saja aku superman" katanya sombong. Tawa tidak percayaku pecah begitu saja, aku menggeleng heran lalu melangkahkan kakiku mengikuti Hyun Soo cepat. Aku melihat teman - teman timku sedang berkumpul membicarakan sesuatu yang tampaknya menarik, aku mendekati mereka menguping pembicaraan menarik itu, salah seorang timku mengatakan "mereka akan pergi berkencan setelah ini" salah seorang lagi menyahut "tidak.. tidak.. Do Hwan -ssi dan tuan Hyun Soo akan kembali ke Seoul hari ini" tepisnya. Aku menahwan tawaku yang akan pecah sambil menggeleng kecil
"tebakan Seol Ah benar, kami akan pergi bersama setelah ini, aku tidak tahu ini di sebut kencan atau bukan" timpalku membuyarkan pembicaraan seru mereka.
Seluruh anggota timku tampak keget mendengar suaraku dan langsung berbaris sambil menundukkan kepala, melihat sikap polos mereka aku tertawa kecil "aku sempat heran kenapa kalian tidak pernah bertanya langsung padaku, ternyata kalian menebak - nebak sendiri, tanyakanlah.. aku tidak keberatan jika kalian bertanya" sahutku santai. Mereka tampak saling melirik canggung sambil menyenggol satu sama lain, aku tertawa kecil melihat itu "tenanglah aku tidak marah, bertanyalah semau kalian" tawarku. Setelah lama bergulat satu sama lain, seseorang dari timku akhirnya memberanikan diri mengatakan sesuatu padaku
"ketua Eun" panggilnya
"ne, Tae Min -ssi"
"apa kemarin kau cemburu pada Na A Reum -ssi?" tanyanya hati - hati.
Terdengar suara tawa kecil dari gerombolan timku, aku pun juga tertawa mendengar pertanyaan tidak terduga itu. Aku menghembuskan nafas besar berdikir sejenak "ya, aku cemburu" jawbaku mengaku tegas, teman - temanku tercengang mendengar pengakuanku barusan, mereka menatapku dengan mulut terbuka lalu menepukkan tangan mereka satu - persatu. Mereka bersorak kagum sambil bertepuk tangan "kau sangat keren, ketua" puji salah satu di antara mereka, aku hanya tertawa kecil sambil menggeleng heran melihat tingkah mereka yang sangat lucu itu. Tak lama Hyun Soo berjalan ke arah kami santai membuat teman - temanku langsung melipat tangannya sopan sambil menuduk menyapa Hyun Soo. Aku menoleh kecil lalu menyunggingkan senyum manisku, Hyun Soo tampak menatap kami bingung lalu memiringkan kepalanya "aneh sekali" gumamnya. Aku menaikkan alisku bingung
"wae?" tanyaku
"kalian tampak membicarakan sesuatu yg menarik tapi kalian diam ketika aku datang, apa kalian sedang membicarakanku?" tebaknya curiga.
Tawaku pecah mendengar dugaan Hyun Soo yang semuanya benar, aku memasukkan tanganku ke dalam saku celana "hmm, pembicaraan kami sangat menyenangkan sebelum kau datang" timpalku santai. Hyun Soo tampak mencibirkan mulutnya mendengar jawabanku barusan, ia melipat kedua tangannya di depan dada menantang "aku boss kalian" sahutnya setengah mengancam. Aku menaikkan sebelah alisku "baiklah, kita tidak jadi pergi hari ini" tepisku cepat, Hyun Soo langsung berdeham kecil menurunkan tangannya "baikah.. aku tidak macam - macam" tunduknya pasrah. Seluruh anggota timku langsung membuka mulut hampa melihat sikap Hyun Soo, tak lama mereka mengangkat tangan mereka kembali berepuk tangan menghargai kejadian langka barusan. Hyun Soo mengerutkan dahinya bingung sambil menatapku dan anggota timku bergatian, aku menyelipkan tanganku ke sela lengannya, menariknya santai dengan tawa kecil sambil melambaikan tangan pada teman - temanku.
000
Kami berjalan menyusuri keramaian jalan dekat dengan daerah rumahku, aku terus melayangkan pandangaku ke sekeliling berusaha merasakan hal yang familiar dari jalan yang ku lewati namun hasilnya tetap saja nihil. Hyun Soo menatapku bingung melihat sikap anehku selama perjalanan dan menggoyangkan tangannya yang menggandeng tanganku pelan
"apa kau memikirkan sesuatu?" tanyanya,
aku menggeleng kecil "tidak, aku hanya berusaha meraskan sesuatu yang spesial, tapi entahlah, aku terus merasa asing" jawabku pahit.
Hyun Soo mengangguk paham lalu kembali melemparkan pandangannya ke sekeliling "ngomong - ngomong, kita mau kemana?" tanyanya penasaran,
aku tersenyum kecil menoleh menatapnya "rumah" jawabku singkat.
Hyun Soo kembali mengangguk lalu memiringkan kepalanya ragu, ia menoleh menatapku "hey, apa ayahmu akan menyukaiku?" tanyanya tiba - tiba. Aku tertawa kecil mendengar pertanyaan itu, lalu menggelengkan kepalaku "aku tidak peduli dia akan menyukaimu atau tidak, penilaiannya tidak penting bagiku" jawabku yakin, Hyun Soo tercengang menatapku dengan tatapan seakan - akan ia ingin mengatakan sesuatu padaku namun ia menahannya. Aku menghembuskan nafas kecil dari mulutku lalu mendongak menatap Hyun Soo
"lagi pula penilaian Yoo Ki oppa akan mengalahkan penilaian siapapun dan aku rasa kau sudah termasuk daftar hitam untuk pria yang boleh mengencaniku" ucapku santai,
Hyun Soo menaikkan kedua alisnya kaget "apa dia tidak menyukaiku?" tanyanya langsung.
Aku mengangkat bahuku santai tidak memberikan jawaban yang jelas padanya dan itu membuatnya semakin terganggu. Hyun Soo terus merengek memintaku memberinya jawaban sambil menggoyang - goyang tanganku manja. Tiba - tiba suara klakson mobil yang keras dan panjang mengagetkanku dan membuatku membeku di tempat, aku terus menatap ke arah jalan raya dengan mata melotot lebar dan bibir bergetar. Kepalaku terasa berputar pelan dan beberapa kejadian buram terbesit sejenak di otakku, aku menutup mataku rapat sambil menggeleng kuat memegangi kepalaku yang mulai terasa sakit luar biasa. Samar - samar aku mendengar suaraku berteriak tidak jelas berusaha menerobos gerombolan pria berjas hitam, aku terus berusaha mengendalikan diriku agar kembali sadar, namun kepalaku justru semakin terasa sakit. Suara Hyun Soo mulai terdengar menggema memanggil namaku panik, aku terus menggeleng kuat dengan nafas cepat terus berusaha mengendalikan diriku. Perlahan aku membuka mataku melihat Hyun Soo dengan mataku yang masih berputar - putar, aku menggelengkan kepalaku kuat sampai akhirnya seluruh anggota tubuhku kembali terkendali dengan benar. Hyun Soo menahanku yang hampir terjatuh, sambil mengamati tubuhku panik
"gwaenchanha?" tanyanya cemas.
Aku mengangguk sambil memijat kecil kepalaku yang masih terasa sedikit sakit, berusaha berdiri tegap dengan kedua kakiku. Hyun Soo terus merangkulku erat "apa sebaiknya kita pulang saja?" tawarnya, aku kembali menggeleng cepat "tidak, aku baik - baik saja, lagi pula ini sudah sering terjadi" jawabku santai. Hyun Soo menghembuskan nafas kecilnya
"apa kau yakin?"
aku mengangguk cepat "gaja.." ajakku sambil kembali melangkahkan kakiku.
Aku kembali menatap ke depan, menghentikan langkahku kaget. Hyun Soo menoleh menatapaku "wae?" tanyanya panik, ia melempakan pandangannya ke sekeliling bingung melihat tingkah anehku. Aku melepaskan tangannya dari buhuku pelan dan berjalan kaku mendekati pohon yang menjulang rimbun tak jauh dari ku, aku menyentuh pohon itu perlahan dan menatap jalanan di depan pohon itu. Hyun Soo berjalan cepat mendekatiku dengan ekspresi bingung berdiri mengamati sekeliling menungguku mengatakan sesuatu padanya
"Soo -yah.." panggilku pelan,
Hyun Soo menoleh cepat padaku "oh?" gumamnya
"ini tempat aku kehilangan semuanya dulu" sahutku, aku mengangkat tanganku menunjuk ke jalan yang dilapisi aspal di hadapanku "tepat disana" lanjutku.
Hyun Soo menoleh kaku melihat arah jariku dan tangannya pun terkepal kaku, ketakutan tergambar jelas di wajahnya dan nafasnya pun mulai menderu. Tubuhnya terasa bergetar hebat dan ia kembali menoleh cepat menatapku, ia mengulukan tangannya menurunkan tanganku cepat "kau akan baik - baik saja" katanya tiba - tiba. Aku menoleh perlahan setelah mendengarkan perkataanaya itu dan hanya terdiam menatap Hyun Soo yang tampak bergetar hebat tanpa ku ketahui alasannya. Aku membuka mulutku pelan hendak mengatakan seusatu, namun dering ponselku menahan suaraku, aku mengeluarkan ponselku cepat lalu mengetuk layar ponselku canggung
"oh.. appa" sahutku
"apa kau sudah dekat? Kau tidak tersesat kan?" tanya appa dari seberang telfon,
aku mengedipkan mataku beberapa kali "ti- tidak, aku tidak tersesat.. aku sudah dekat, aku membawa seorang teman, appa tidak keberatan kan?" tanyaku canggung.
Terdengar suara tawa appa dari seberang telfon "tentu saja tidak, aku senang bisa mengenal temanmu, kalau begitu sampai jumpa"
"sampai jumpa" jawabku kaku lalu menutup sambungan telfonnya.
Aku kembali menatap Hyun Soo dan melemparkan tawa kaku padanya "kita sudah ditunggu" sahutku pelan, Hyun Soo memaksakan senyumnya "baiklah" sahutnya canggung dan kembali melanjutkan langkahnya.
Kami sampai di depan Rumah dan aku memencet bell santai lalu menoleh menatap Hyun Soo yang sedang mengamati rumahku dengan mulut sedikit terbuka. Aku tertawa kecil melihat ekspresi polsonya itu "wae?" tanyaku, Hyun Soo menoleh menatapku dan tersenyum cerah sambil menggeleng "rumahmu tinggi sekali" sahutnya. Aku tertawa mendengar jawaban tak terduga itu "hmm.. sangat tinggi, tapi aku tidak ingat seperti apa isinya" tepisku santai. Hyun Soo terdiam terus menatap rumahku, tak lama pagar rumahku terbuka dan senyum hangat appa menyambut kedatangan kami. Appa terus tersenyum menatapku sampai matanya tertuju pada Hyun Soo, senyum hangat yang menghiasi bibirnya lenyap dan matanya melebar kaget, appa berjalan mundur beberapa langkah menatap Hyun Soo yang telah berdiri di hadapannya. Hyun Soo yang tidak pernah melihat wajah appa sebelumnya tersenyum cerah lalu membungkukkan badannya sopan
"annyeonghaseyo ahjussi, nama saya Bae Hyun Soo" sapanya sopan.
Appa terus terdiam menatap Hyun Soo seakan - akan menatap seorang yang sangat di kenalinya, aku mendekati appa pelan "appa ada apa?" tanyaku, appa tampak tersadar dari pikirannya dan menatapku lurus - lurus. Appa terus terdiam kaget, namun kali ini ia menatapku dan Hyun Soo bergantian, tak lama terdengar suara langkah seseorang dari belakang kami. Aku menoleh cepat terdiam mematung melihat wanita pemilik langkah kaki itu, ia tengah berdiri sengan senyum miring menatapku dan Hyun Soo bergantian. Wanita itu menghentikan tatapannya lurus pada Hyun Soo, senyum di bibirnya pun perlahan semakin melebar. Aku langsung menoleh pelan mengikuti arah pandangannya itu, mendapati Hyun Soo yang juga berdiri mematung menatap wanita itu lurus - lurus, aku menatap mereka bergantian berusaha menebak - nebak apa hubungan yang mereka miliki. Aku menatap wanita di hadapanku canggung lalu mneunduk kecil memberi salam
"annyeonghaseyo ahjumma.." sapaku setengah hati,
Eskpresi Gyu Na ahjumma tampak berubah dalam hitungan detik, ia memutar matanya padaku dan senyum licik langsung tersungging kecil di ujung bibirnya
"lama tak jumpa, putraku" sapanya tenang.
Mataku melebar mendengar perkataan itu, hatiku terasa jatuh ke tanah dalam hitungan detik. Aku menoleh cepat menatap Hyun Soo yang tampak mengepalkan tangannya menatap Gyu Na ahjumma sinis, aku mengedipkan mataku beberapa kali berusaha berpikir jernih sambil menatap Gyu Na ahjumma dan Hyun Soo bergantian. Appa tampak memejamkan matanya kesal melihat tindakan Gyu Na ahjumma barusan, appa pun melangkah cepat menelwati kami menghadapi Gyu Na ahjumma
"kita bicara nanti" sahutnya menekan geram lalu menarik tanganku melewati Gyu Na ahjumma begitu saja.
Di tengah perjalanan, aku yang masih merangkai kejadian demi kejadian di otakku menghentikan langkahku cepat lalu menarik tanganku dari genggaman appa. Aku menggeleng cepat "aniya.. aku harus mendengar semuanya dari Hyun Soo" gumamku pada diriku sendiri lalu membalikkan badanku hendak meninggalkan appa. Mendengar perkataanku barusan appa langsung menahan lenganku cepat
"Kyung Ji -ah, kau harus mendengarkan appa"
"SILHEO!" bentakku sambil menarik tanganku, "hidupku baik - baik saja sejak aku tidak bertemu appa lagi, semuanya selalu hancur saat aku kembali berhubungan dengan appa" kataku terus menyalahkan appa atas apa yang terjadi.
Appa terus menatapku dengan ekspresi bersalah, ia terus berusaha menjelaskan semuanya padaku namun yang ku rasakan saat itu hanyalah, rasa sakit hati yang mendalam terhadapnya. Air mata mulai membasahi pipiku dan aku hanya bisa berdiri di tempatku sambil menutup wajahku menangis tersedu - sedu, appa mendekatiku dan memelukku erat
"mianhae.. mianhae Kyung Ji -yah" ungkapnya besalah.
Aku mendorong appa pelan menajuh dariku lalu berjalan meninggalkannya begitu saja, namun seseorang menahan lenganku dan membalikkan tububku cepat
"aku juga telah mengetahui semuanya, mianhae" sahut Hyun Soo mengakui semuanya.
Perasaan sakit semakin bertambah besar medengar pengakuan Hyun Soo barusan, air mata semakin deras membasahi pipiku, nafas besar terhembus dari mulutku, dan aku menundukkan kepalaku dalam
"geumanhaja.." sahhutku dingin lalu menepis tangaku lepas dari genggamannya.
Aku membalikkan badanku berjalan pelan meninggalkan Hyun Soo dan appa yang mematung di tempat mereka dengan tatapan kosong dan wajah di penuhi cucuran air mata. Hyun Soo menghembuskan nafas kecilnya lalu kembali mengejarku
"awalnya aku tidak tahu, meskipun aku tidak mengetahui semuanya aku tetap menyukaimu, aku pernah bercerita padamu tentang anak perempuan yang selalu kucintai, itu adalah kau" jelasnya berusaha menahanku,
awalnya aku tercengang mendengarkan penjelasan Hyun Soo, namun bagiku itu tidaklah penting lagi. Aku menoleh kecil "kenapa kau tidak mengatakannya padaku?" tanyaku, Hyun Soo tampak kaget mendengar pertanyaan yang tak terduga itu, bibirnya tampak bergetar dan ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Hyun Soo terdiam mematung menutup mulutnya rapat, aku menghembuskan nafas panjang dari mulutku lalu membalikkan badanku pergi begitu saja membawa luka dan derai air mata.
***