webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teen
Not enough ratings
47 Chs

CHAPTER 36 PERSAINGAN

Aku melebarkan mataku kaget melihat Hyun Soo telah bersandar santai di depan mobilnya yang terparkir sempurna di depan Rumahku. Aku langsung menutup pintu rumahku cepat dan berlari mendekatinya, Hyun Soo langsung berdiri panik melihatku berlari dan berjalan cepat mendekatiku, aku langsung melayangkan pukulan kecil ke lengannya

"hey, apa yang kau lakuakn disini?" bisikku kesal

"wae? Tentu saja aku menjemputmu" tepisnya bingung.

Aku menoleh ke belekang memastikan tidak ada siapapun yang keluar, lalu mendorong Hyun Soo cepat masuk ke dalam mobilnya. Gerakanku terhenti menengar suara pintu yang terbuka di ikuti suara eomma dan Yoo Ki oppa yang mengobrol kecil. Aku langsung menyeret Hyun Soo bersembunyi di balik mobilnya, Hyun Soo menatapku dengan mata melotot meminta penjelasan namun aku hanya membekap mulutnya rapat dengan tanganku. Langkah eomma dan Yoo Ki oppa terdengar berhenti, tak lama terdengar suara bingung eomma

"mobil siapa ini? Yoo Ki -ah, apa kau membeli mobil baru?"

"tidak, gajiku tidak akan cukup membeli mobil sebagus ini, meskipun cukup aku juga tidak akan membelinya" tepis Yoo Ki oppa bergurau.

Tawa eomma pecah mendengar gurauan kecil Yoo Ki oppa barusan, tak lama terdengar suara ketukan di jendela mobil itu "permisi, apa ada orang di dalam?" sapa Yoo Ki oppa sopan. Kerutan di kening Yoo Ki oppa semakin mendalam "aku rasa tidak ad-" sahutnya terhenti melihat koper yang tadi ku bawa terlihat sedikit di belakang mobil. Yoo Ki oppa menghembuskan nafas kecil sambil menggeleng, ia meletakkan kedua tangannya di pinggang santai

"aigoo.. mobil siapa ini?" sahutnya keras berpura - pura tidak tahu.

Aku memejamkan mataku kesal menyadari bahwa Yoo Ki oppa menyadari keberadaan kami. Yoo Ki oppa berdeham kecil lalu menoleh pada eomma jahil "eomma, telfon polisi saja, biar polisi mengambil mobil ini, jika pemiliknya datang katakan padanya kalau mobilnya ada di kantor polisi" mintanya santai. Eomma yang tampak bingung memiringkan kepalanya, Yoo Ki oppa pun menggerakkan dagunya ke arah kami bersembunyi membuat eomma menggerakan kepalanya mengintip ke belakang. Eomma yang melihat koperku pun memahami maksud Yoo Ki oppa, lalu membuka mulutnya

"o- ohh Yoo Ki -yah.. nanti eomma telfon" jawab eomma cepat

"sekarang saja, eomma bawa ponsel kan?" desak Yoo Ki oppa

"baiklah.. baiklah.." timpal eomma.

Aku yang terdesak mendengar semua itu berdiri cepat, berlari merampas ponsel eomma "JANGAN EOMMA" teriakku cepat. Tawa eomma pecah melihatku terpancing oleh permainanya dengan Yoo Ki oppa, mereka tertawa kecil bersama sejenak, lalu eomma mengusap pipiku lembut melihat ekspresi kesalku "aigoo.. putriku yang manis, jangan marah begitu" bujuk eomma seperti biasanya. Yoo Ki oppa berdeham kecil "hey, bocah, apa kau tidak mau memperkenalkan dirimu?" panggil Yoo Ki oppa santai. Aku memukul lengan Yoo Ki oppa kesal mendengarnya memanggil Hyun Soo 'bocah', Hyun Soo keluar dari persembunyiannya canggung lalu terseyum kaku menatap eomma dan Yoo Ki oppa bergantian. Ia menunduk sopan

"annyeonghaseyo, nama saya Bae Hyun Soo" sapanya formal.

Mata eomma melebar cepat melihat Hyun Soo berdiri di hadapannya, eomma langsung menggerakkan tangannya memanggil Yoo Ki oppa tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dari Hyun Soo. Yoo Ki oppa pun maju meraih tangan eomma "ada apa?" bisiknya. Eomma akhirnya mengalihkan pandangannya dari Hyun Soo " Yoo Ki -yah, apa dia anak laki - laki itu?" tanya eomma panik sambil menatap Hyun Soo dan Yoo Ki oppa bergantian cepat. Aku mengerutkan dahiku bingung melihat perubahan sikap eomma yang drastis sejak melihat Hyun Soo di hadapannya, Yoo Ki oppa menundukkan kepalanya diam sejenak lalu mengangguk kecil membenarkan dugaan eomma. Melihat anggukan Yoo Ki oppa barusan eomma semakin histeris, ia menarikku cepat kebelakangnya

"apa yang akan kau lakukan lagi?" tanya eomma kesal

"eomma, ada apa?" tanyaku bingung.

Yoo Ki oppa menahan eomma yang terlihat semakin kesal melihatku membela Hyun Soo, ia melirik kecil memberi tanda padaku untuk pergi. Aku segera menerobos tangan eomma, menarik Hyun Soo cepat memasukkan koperku ke dalam mobil dan pergi dari rumah begitu saja. Semakin jauh mobil Hyun Soo membawaku meninggalkan rumah, perasaanku pun menjadi semakin tidak enak. Aku melirik ke arah spion di luar jendela, melihat eomma terdiam menatap mobil yang ku tumpangi dari kejauhan.

000

Yoo Ki oppa memeluk erat eomma sambil mengusap kecil punggungnya menangkan "eomma, tengalah dulu" katanya lembut

"Yoo Ki -yah, kau berharap eomma bisa tenang? Kyung Ji bisa dalam bahaya besar jika terus bersama anak itu" tepis eomma panik.

Eomma dan appa sebenarnya sudah menduga siapa pelaku tabrak lariku dan pelaku pembakaran rumahku dulu, karena alasan itu mereka menerimaku tinggal bersama mereka. Mereka ingin melindungiku. Yoo Ki oppa mengeluarkan ponselnya cepat lalu mengetuk layar ponselnya menghubungi seseorang, ia mengigit bibir bawahnya panik menunggu telfonnya yang tak kunjung tersambung. Tak lama terdengar suara wanita dari seberang telfon

"Yoon seonsaeng.." panggil wanita itu

"oh, Seo Rin -ssi, aku ingin bertanya apa hari ini kalian ada pekerjaan keluar kota?" tanyanya cepat.

Seo Rin mengangguk cepat "hmm.. kami pergi ke Busan hari ini, apa Kyung Ji tidak bilang?" tanyanya bingung

"ooh.. dia bilang, aku hanya ingin memastikan saja" timpalnya cepat.

Seo Rin mengedipkan matanya bingung mendengar nada panik Yoo Ki oppa dari seberang telfon, ia mengumpulkan keberaniannya dan membuka mulutnya bertanya "kalau boleh tahu, apa terjadi seusatu?"

"bisakah kau memberi tahuku apa saja yang Kyung Ji lakukan selama di sana?" minta Yoo Ki oppa canggung,

"maksud Yoo Ki -ssi.. aku jadi semacam mata - mata?" tanyanya.

Yoo Ki oppa tampak kebingungan bagaimana cara menjelaskan situasinya pada Seo Rin, ia hanya terdiam sambil berdeham kecil. Seo Rin menghembuskan nafas panjang sejenak "baiklah.." jawabnya pasrah "aku tidak tahu apa yang terjadi tapi, baiklah" tambahnya cepat. Yoo Ki oppa tersenyum kecil mendengar persetujuan Seo Rin "gomawo, Seo Rin -ssi" ungkapnya tulus, Seo Rin ikut tersenyum kecil "kalau begitu sampai nanti" sahutnya ringan hendak mengakhiri panggilan itu. Namun ia mendnegar suara Yoo Ki oppa menahannya dari seberang telfon

"wae?"

"kapan kau kembali?" tanya Yoo Ki oppa gugup,

"akhir pekan nanti, jadwal yang di berikan pada kami selama 5 hari, tapi kalau ada yang terjadi di luar rencana, hmm.. mungkin akan sedikit lebih lama lagi" jelas Seo Rin.

Yoo Ki oppa mengangguk paham "baiklah, jika kau sudah kembali hubungi aku" mintanya canggung

"w- wae?" tanya Seo Rin gugup

"aku ingin mengajakmu makan denganku.."

senyum Seo Rin semakin mengembang manis, ia mengangguk cepat "ne.. sampai nanti" jawabnya ceria lalu menutup sambungan telfonnya.

000

Mobil Hyun Soo melaju cepat menyusuri jalan dengan pemandangan laut indah di sampingnya. Aku terus memandangi pemandangan di luar sana dengan mata berbinar dan senyum cerah, Hyun Soo melirikku dengan senyum cerah "apa kau sangat senang?" tanyanya santai. Aku menoleh menatapnya sambil mengangguk cepat memamerkan senyum lebarku, Hyun Soo tertawa kecil mengangkat tangannya ke suatu tombol

"kalau begitu kita buat hari ini semakin menyanangkan" timpalnya jahil lalu menekan tombol itu cepat.

Aku hanya terdiam dengan wajah kebingungan, menebak - nebak dalam hati apa maksud perkataannya tadi. Tak lama, kap atas mobil Hyun Soo terbuka dengan sendirinya dan angin segar lautan langsung menerjang menerbangkan rambutku acak. Tawaku semakin mengembang puas sambil menepuk tanganku keras, rambut Hyun Soo terlihat berterbangan acak dan ia mengenakan kaca mata hitam yang sejak tadi di kantong kemejanya. Aku menahan rambutku yang beterbangan menusuk mataku lalu menoleh ke arahnya, mataku melebar kaget melihat kemejanya yang tertiup angin dan memperlihatkan kulit tubuhnya yang mulus. Aku membalikkan kepalaku malu, lalu berdeham kecil

"he- hey, tidak kah kau harus mengkancing bajumu?" tanyaku gugup,

Hyun Soo menunduk kecil sejenak melihat kemejanya yang tampak berterbangan acak tertiup angin. Ia tersenyum kecil lalu melirikku jahil dari balik kaca mata hitamnya "kenapa? Apa aku mebuatmu tergoda?" godanya jahil, aku melepaskan tawa canggung "aniyo" bantahku cepat. Hyun Soo melepaskan tangan kirinya dari roda kemudi, mengusap bibirnya pelan, sementara aku menatapnya dengan wajah datar

"apa yang kau lakukan?" tanyaku

"menggodamu, aku terlihat sexy kan?" timpalnya percaya diri.

Tawaku pecah mendengar jawabannya itu, Hyun Soo menoleh cepat "hey, kenapa kau menertawakanku" protesnya. Aku hanya menunjuk ke depan cepat "lihat ke depann Hyun Soo -ssi.." perintahku sopan, Hyun Soo langsung memalingkan wajahnya ke depan "ne" jawabnya singkat. Aku mengeluarkan ponselku cepat mengarahkan ponselku pada Hyun Soo, tak lama terdengar suara potret kamera dan memmbuat Hyun Soo tersadar aku sedang mengambil gambarnya. Hyun Soo menggerakkan tangannya cepat

"hey, hapus foto itu" mintanya kesal sambil berusaha merampas ponselku

"silheo, ini ponselku.. aku bisa melakukan apapun sesuka hatiku" tolakku cepat,

"aku terlihat jelek" timpalnya.

Aku tertawa lepas mendengar alasannya itu, aku menyandarkan daguku pada pundak Hyun Soo lalu menunjukkan layar ponselku padanya "lihatlah, kau sangat keren waahh.." pujiku berlebihan. Hyun Soo tertawa sambil menggeleng kecil mendengar pujianku yang di buat - buat itu, ia meraih tanganku pelan lalu menggandengnya erat. Aku tersenyum lebar menggengam tangannya erat, membuat Hyun Soo melirikku jahil. Ia menggoyang kecil tanganku

"hey.. hey.. ayo foto bersama" mintanya antusias.

senyumku melebar mendengar permintaan tak terduganya itu "ayoo ayoo.." jawabku senang sambil kembali membuka kamera ponselku cepat.

Aku menggerakkan tanganku berusaha mendapat posisi kamera yang pas, mulai mengihitung sebelum mengetuk ponselku mengambil gambar. Setelah mengambil foto bersama, aku langsung menarik tubuhku duduk dengan baik sambil melihat hasil foto kami dengan senyum geli. Tanpa ku sadari ekspresi Hyun Soo berubah kesal dan bibirnya cemberut kesal, aku menoleh kecil menyadari perubahan ekspresinya itu

"wae?" tanyaku santai

"setelah foto bersama kau mencampakkanku" keluhnya.

Aku menahan tawaku yang hampir pecah melihat tingkahnya yang kekanakan itu, aku mengulurkan tanganku menggelitik kecil dagunya

"aigoo.. Hyun Soo sedang marah padaku.. aigoo.." godaku jahil.

Hyun Soo menghindar kecil sambil tertawa geli, ia menggengam tanganku erat "hey, kita akan berakhir dengan kecelakaan" tepisnya santai. Aku berhenti menggangunya lalu menghembuskan nafas lega sambil tersenyum menikmati sinar matahari yang menerpa kulitku, dengan tangan yang bergandengan erat, mobil Hyun Soo melaju melawan tiupan angin laut menuju tujuan kami.

000

"Chae Soo Kyung"

Eomma menoleh cepat mendengar suara pria yang familiar memanggil namanya gagah, mata mereka bertemu dan eomma menundukkan kepalanya kecil "Ji Yeol -ssi" panggil eomma sopan. Hubungan mereka terasa canggung sejak appa mengetahui rahasia Gyu Na ahjumma selama ini, penyesalan dan rasa bersalah terus mengikuti langkah appa setelah hari itu, tidak hanya padaku namun juga pada eomma. Appa berdiri di samping eomma yang duduk terdiam di kursi rodanya menatap guguran bunga sakura yang menghujani taman Gereja hari itu, eomma membuka tangannya di bawah guguran bunga sakura yang mengindahkan pemandangan hari itu. Tak lama satu kelopak kecil mendarat di tangan eomma, senyum eomma mengembang dan ia memejamkan matanya sejenak. Setelah terdiam beberapa detik dengan kelopak kecil di atas tangannya, eomma membuka matanya perlahan dengan senyum manis lalu meniup kelopak bunga itu dari tangannya, senyum eomma terus mengembang lebar melihat kelopak bunga yang terbang dari tangannya semakin tinggi, jauh melayang sampai akhirnya tak terlihat lagi. Eomma menghembuskan nafas berat sejenak, lalu menoleh menatap appa yang sejak tadi berdiam di sampingnya, ia memaksakan senyum kecilnya

"katakan, aku sudah siap mendengarkan permintaanmu hari ini" minta eomma seakan sudah mengetahui maksud tujuan appa datang menemuinya hati itu.

Appa menundukkan kepalanya dalam, ia terlihat sangat malu mengahdapi eomma saat itu "mianhae, Soo Kyung -ah" ungkapnya sangat bersalah,

"lupakan, aku sudah hidup dalam damai, mendengar Kyung Ji baik - baik saja membuatku merasa semakin damai" jawab eomma

"apa permohonanmu?" tanya appa tiba - tiba.

Eomma menoleh kaget menatap appa, ia tidak menyangka appa masih mengingat kebiasaannya yang selalu mengucapkan permohonan, saat ada guguran kelopak bunga yang jatuh ke tangannya tanpa berusaha menangkapnya. Appa terus menatap eomma dengan senyum canggung

"apa permohonanmu kali ini?" ulangnya

"kebahagiaan.." jawab eomma lembut, senyum eomma semakin melebar cerah "untuk Kyung Ji dan orang - orang yang ia sayangi" lanjutnya tulus.

Appa memalingkan wajahnya dari eomma dan mengangkat tangannya menadahi guguran bunga yang bertebaran acak, namun tak satu pun guguran kelopak itu mendarat di tangan appa. Melihat itu, eomma kembali membuka tangannya dan ia berhasil mendapat satu kelopak kecil di tangannya, eomma pun menyodorkannya pada appa

"katakan permohonanmu" perintah eomma lembut.

Appa tersenyum kecil melihat kelopak kecil di tangan eomma, ia berlutut cepat di hadapan eomma "aku harap kau mau menemui Kyung Ji bersamaku" minta appa penuh harap. Mendengar itu, mata eomma melebar kaget, angin bertiup halus membuat kelopak bunga yang terbaring di tangan eomma terbang begitu saja mengikuti kemana arah angin membawanya. Eomma menurunkan tangannya perlahan ke atas pangkuan, teridam menatap appa yang berlutut di hadapannya dengan tatapan memohon. Appa meraih tangan eomma pelan "aku mohon, Soo Kyung -ah.." minta appa sekali lagi.

000

Kami menginap di ruangan keluarga milik salah satu hotel mewah yang terletak dekat dengan pantai. Tentu saja ini hal yang sangat di sukai teman - temanku, mereka seakan merasa perjalanan kali ini untuk berlibur bukan untuk bekerja. Kami memiliki sedikit waktu bebas karena Hyun Soo sedang rapat kecil dengan clientnya, Do Hwan -ssi, dan seorang wanita yang menurutku sangat mencurigakan. Pikiranku di penuhi kegelisahan dan pertanyaan - pertanyaan tentang wanita itu. Ia memiliki rambut panjang sepunggung, tubuh tinggi yang langsing, serta kulih putih dan hidung mancung yang tampak seperti hasil operasi. Hal yang paling mengganguku bukanlah kecantikannya yang terlihat seperti dewi, tapi sikapnya saat bertemu dengan Hyun Soo ketika kami menyambutnya di depan ruang pertemuan. Ia terlihat seperti wanita yang tertarik dengan seorang pria, ia bahkan menggoda Hyun Soo dengan sikap centilnya, dan Hyun Soo terlihat sangat canggung berhadapan dengannya. Senggolan kecil membuyarkan pikiranku, Seo Rin duduk di sampingku dengan dua kaleng bir di tangannya dan senyum licik menghiasi wajahnya. Ia mengincar sekeliling memastikan tidak ada tanda - tanda kedatangan Hyun Soo, lalu menyodorkan satu kaleng di tangannya untukku.

Aku menariknya ke kamar kami cepat lalu mengunci kamar itu rapat - rapat, menjatuhkan diriku di atas kasur empuk kamar itu. Senyum cerah menghiasi bibirku bahagia melihat kaleng bir di tanganku. Aku membuka kaleng itu cepat, lalu menegak isinya seakan - akan aku anak yang baru pertama kali menegak bir. Seo Rin memukul kecil tanganku beberapa kali

"hey.. hey.. pelan - pelan, ada apa denganmu?" cegatnya panik,

aku menghembuskan nafas lega sambil mengusap bibirku cepat "wahh.. aku hampir lupa rasa ini" sahutku mengabaikan pertanyaan Seo Rin.

Tawa Seo Rin pecah mendengar perkataanku itu, ia menggeleng heran melihat sikap konyolku itu "kau harus mengendalikan kebiasaan minummu itu Kyung Ji -ah, kau bisa celaka suatu saat nanti" ceramahnya seperti biasa. Aku menghembuskan nafas besar lalu menjatuhkan diriku santai "aku sudah pernah celaka Seo Rin -ah" timpalku acuh sambil tertawa kecil. Dering ponsel Seo Rin menggangu perbincangan ringan kami, ia langsung membalikkan ponselnya cepat setelah mengetahui siapa yang menelfonnya itu. Mataku menyipit melihat hal mencurigakan dari gerakan Se Rin barusan. Tak lama ponselnya kembali berdering, aku menyunggingkan senyum licik dan langsung merampas ponselnya dengan gerakan cepat, tawaku pecah begitu saja melihat nama yang tertera pada layar ponsel Seo Rin. Tentu saja So Rin berusaha sekuat tenaga merebut kembali ponselnya, aku berdiri cepat berjalan menghidari tangan Seo Rin lalu mengetuk layar ponselnya

"aigoo.. Yoon Yoo Ki -ssi annyeonghaseyo" sapaku jahil,

"hey, Eun Kyung Ji, aku sudah bosan mendengar suara jelekmu bertahun - tahun, aku sedang ingin mendengar suara pemilik ponsel ini sekarang" timpalnya kesal.

Tawa geliku pecah begitu saja dan aku menunjuk Seo Rin jahil. Ia memukul lenganku keras lalu merampas ponselnya cepat, sementara aku mengelus lenganku kesakitan terkena pukulannya tadi. Aku tersenyum kecil lalu berjalan santai keluar dari kamar, sebelum menutup pintu kamar aku membuka mulutku usil "Seo Rin -ah, matikan rokokmu kamar ini jadi bau" teriakku keras membuat amarah Seo Rin semakin tersulut, ia kembali mengangkat tangannya sambil berjalan cepat ke arah pintu, dengan gerakan cepat aku menutup pintu dan berlari menjauh dari kamar. Seo Rin menempelkan ponselnya ke telinga lalu berdeham canggung

"Yoon seonsaeng.." panggilnya canggung

"ohh.. Seo Rin -ssi, apa pembuat masalahnya sudah pergi?" tanya Yoo Ki oppa santai,

Seo Rin melepaskan tawa kecilnya "sudah" timpalnya lalu kembali melirik kecil ke arah pintu dengan senyum kecil "dia menyenagkan meskipun suka membuat masalah" timpal Seo Rin kali ini lebih santai.

Yoo Ki oppa tertawa kecil mendengar jawaban Seo Rin barusan, ia menggeleng "Seo Rin -ssi, jika kau tinggal dengannya setiap hari sepertiku, kau tidak akan pernah mengatakan anak itu menyengkan, aku bisa jamin itu" sahut Yoo Ki oppa yakin. Seo Rin tertawa lepas mendengar jaawaban itu, ia terdiam menghembuskan nafas lega setelahnya. Yoo Ki oppa berdeham kecil "apa kau sibuk?" tanyanya. Seo Rin menggeleng cepat "tidak.. tidak.. kami sedang menikmati waktu bebas sekarang" tepisnya cepat, "apa Yoon seonsaeng sibuk?" tanya Seo Rin. Yoo Ki oppa menyunggingkan senyum miring di ujung bibirnya

"tidak, jam jagaku baru saja selesai, apa kau sudah makan?" tanya Yoo Ki oppa lagi

"sudah, tadi kami makan bersama, Kyung Ji juga makan bersamaku" jelas Seo Rin santai, ia tampak ragu "Yoo Ki -ssi sendiri? Apa kau sudah makan?" tanyanya

Yoo Ki oppa tampak menahan tawanya "aku akan makan bersama keluargaku, kami sengaja makan enak saat Kyung Ji tidak ada di rumah" jawabnya ceria.

Tawa lepas keluar dari mulut Seo Rin mendengar gurauan ringan Yoo Ki oppa barusan "akan ku sampaikan pada Kyung Ji kalau begitu" goda Seo Rin jahil, di sambut tawa lepas Yoo Ki oppa.

Seo Rin terseyum manis sambil memainkan jari kakinya geli selama berbincang dengan Yoo Ki oppa, mereka membicarakan banyak hal kecil dan saling melepar guarauan. Setelah perbincangan singkat itu, Seo Rin hendak menutup sambungan telfonnya, namun Yoo Ki oppa teringat sesuatu dan menahan gerakan Seo Rin.

"Seo Rin -ssi"

Seo Rin kembali menempelkan ponselnya ke telinga "ne, Yoon seonsaeng.." jawabnya tanggap

"jika sudah dalam perjalanan pulang, kabari aku" minta Yoo Ki oppa canggung, ia memutar matanya bingung "kita bisa makan bersama" tambahnya.

Seo Rin tampak menahan tawa girangnya sambil meremas erat bantal yang sejak tadi di peluknya, ia berdeham kecil mengendalikan dirinya "baiklah, sampai jumpa" jawabnya berusaha menyembunyikan rasa senangnya. Setelah sambungan telfon terputus, Seo Rin menutup wajahnya erat dengan bantal yang sejak tadi di remasnya sambil melonjak kegirangan. Ia kembali mengetuk kecil ponselnya cepat lalu menempelkan poselnya ketelinga.

000

Aku berjalan kecil di bibir pantai menikmati angin malam yang bertiup keras menerbangkan rambutku acak, suara desiran pasir pantai menjadi penenang otakku yang terus bertanya - tanya tentang wanita yang tidak ku kenali itu. Tiba - tiba dering ponselku membuyarkan segala pikiranku, aku mengeluarkan ponselku dari kantong jaket melihat nama Seo Rin terpajang di layar, senyum kecil tersungging di bibirku dan aku menggeleng heran sambil mengetuk layar ponselku cepat. Sebelum aku sempat mengatakan "hallo" Seo Rin sudah berteriak keras penuh kegirangan

"EUN KYUUUNGG JIIII!!!"

Aku langsung menjauhkan ponselku dari telinga mendengar teriakan anehnya itu, aku menatap ponselku dengan ekspresi aneh sambil menggeleng kecil, mendekatkan ponselku ke mulutku

"wae?" sahutku datar.

Aku kembali menempelkan ponselku ke telinga, mulai mendengarkan cerita setelah perbincangan mansinya dengan Yoo Ki oppa, senyumku mengembang kecil mendengar suara Seo Rin yang terdengar sangat senang. Setelah puas menceritakan semuanya, Seo Rin mengerutkan keningnya

"eodiya?" tanyanya penasaran

"aku ke pantai sembentar" jawabku sambil terus melanjutkan langkah kecilku.

Seo Rin tersenyum cerah "aku akan menyusulmu ayo kita jalan - jalan sembentar" sahutnya bersemangat. Aku tersenyum kecil lalu mengangguk "hmm.. baiklah, snacks, call?" tawarku, terdengar suara tawa Seo Rin dari seberang telfon "call!" jawabnya setuju. Setelah menutup telfonnya, Seo Rin langsung bergegas mengambil jaketnya dan berlari keluar dari kamar. Di saat yang bersamaan, Hyun Soo dan Do Hwan -ssi keluar lalu melambaikan tangan pada beberapa orang yang sejak tadi rapat kecil bersama mereka, Seo Rin langsung menghentikan langkahnya cepat lalu melipat tangan sopan menunduk pada Hyun Soo. Hyun Soo tampak tidak menghiraukan Seo Rin dan sibuk melemparkan pandangannya seakan mencari - cari seseorang. Seo Rin memutar matanya lalu membuka mulutnya

"apa tuan mencari Kyung Ji?" tanyanya langsung,

Hyun Soo mengusap hidungnya canggung sambil berdeham kecil, ia melirik Seo Rin sejenak "apa dia sudah tidur?" tanyanya terdengar sangat canggung. Seo Rin memalingkan wajahnya dari Hyun Soo berusaha menahan tawanya, ia menghela nafas kecil lalu kembali menatap Hyun Soo

"dia pergi ke pantai duluan tadi, sekarang kami akan makan snack bersama" jelas Seo Rin sopan.

Hyun Soo tampak ragu - ragu sejenak namun ia akhirnya memberanikan dirinya, membuka mulutnya canggung

"apa.. Kyung Ji tidak bercerita sesuatu padamu, rasa penasaran atau.. curiga?" tanyanya hati - hati.

Seo Rin langsung paham maksud pertanyaan Hyun Soo barusan, ia tersenyum miring memutuskan untuk membuat Hyun Soo penasaran semalam suntuk "tuan ingin saya menjawab sebagai bawahan tuan atau sebagai teman Kyung Ji?" pancingnya. Mata Hyun Soo sedikit melebar dan ia terdiam bingung sesaat, ia memiringkan kepalanya

"te.. man.." pilihnya ragu

"Kyung Ji mengatakan.." bukanya memancing rasa penasraan, "tidak ada" lanjut Seo Rin remeh.

Hyun Soo tampak menggeram kesal pada Seo Rin setelah mendengar jawaban main - main Seo Rin barusan, ia menghembuskan nafas dalam "Heo So Rin -ssi" panggilnya menahan amarahnya. Seo Rin hanya tersenyum puas

"ne" jawabnya santai

"kau boleh pergi" lanjutnya sambil terus berusaha menahan rasa kesalannya.

Seo Rin tersenyum lebar mendengar nada kesal Hyun Soo barusan, ia menunduk sopan sekali lagi lalu melangkahkan kakinya menghilang dari hadapan Hyun Soo secepat yang ia bisa.

000

Aku tertawa lepas mendengar cerita Seo Rin tentang kejadian itu, aku menegak sojuku santai "hey, bagaimana kalau dia memotong gajimu?" tanyaku jahil. Seo Rin mengangkat kedua bahunya cuek "biarkan saja, aku masih punya cukup tabungan" tepisnya. Aku mengeleng heran sambil mendencakkan lidahku melihat sikap cuek Seo Rin yang kali ini benar - benar berlebihan, aku menghembuskan nafas kecil lalu kembali menegak sojuku cepat. Dering panjang tiba - tiba terdengar dari ponselku, aku meletakkan gelasku pelan lalu meraih ponselku yang tergeletak di atas meja. Keningku berkerut melihat nama di layar ponselku aku mengetuk kecil ponselku lalu menempelkannya pada telinga

"hallo.." bukaku bingung

"oohh.. Kyung Ji -ya, apa kau sudah sampai Busan?" tanya appa santai,

aku teringat akan janjiku untuk menemuinya saat aku datang kali ini "oh.. aku sampai sore tadi" jawabku cepat.

Appa tertawa kecil sejenak "apa kau sibuk?"

Aku menggeleng cepat "hmm.. tidak.. tidak.. sekarang aku diberi waktu beristirahat karena besok jadwal pekerjaanku akan sangat padat" tepisku cepat

"besok kau akan sibuk rupanya, apa kau akan punya waktu untuk betemu appa?" tanyanya terdengar berharap.

Aku mengigit bibir bawahku bingung apa yang harus aku katakan pada appa, aku kembali teringat akan janjiku untuk menemuinya pada kunjunganku kali ini. Aku semakin merasa bersalah dan mengutuk diriku dalam hati 'kau bodoh sekali Eun Kyung Ji' ulangku menghina diriku sendiri. Nada suara appa barusan pun membuat beban hatiku semakin bertambah, aku memutuskan untuk menepati janjiku, menyempatkan diriku menemuinya "bagaimana jika besok rabu? Aku tidak yakin aku bisa menemui appa besok, jadwal sangat padat" tawarku canggung. Hembusan nafas lega terdengar dari seberang telfonku "baiklah, tentu saja appa bisa, appa bisa menemuimu kapanpun kau minta" jawab appa terdengar semangat. Aku menyunggingkan senyum miring setelah mendengar jawaban appa, tak lama sambungan telfon terputus dan aku kembali meletakkan ponselku diatas meja sambil menghembuskan nafas besar. Seo Rin yang sejak tadi mendengarkan percakapan canggung itu menatapku cemas "wae?" tanyanya, aku hanya memaksakan senyumku lalu menggeleng kecil padanya.

000

Pagi yang datang menjemput membuat kami sangat sibuk dalam sekejap, banyak persiapan yang kami lakukan dan harus kami pastikan semua persiapan itu beres. Suara bel pintu ruangan kami terdengar beberapa kali, aku menyuruh seorang anggota timku membuka pintunya, namun ia menyuruh anggota lainnya, hal itu terus terjadi hingga akhirnya aku memutuskan untuk membuka pintu itu sendiri. Wanita berambut panjang sepunggung dan hidung mancung mengetakan jaket cokelat panjang yang menutupi tubuhnya berdiri dengan tangan terlipat di depan dadanya angkuh, ia hanya diam menatapku sinis lalu menyerobot masuk begitu saja, aku langsung menghembsukan nafas kesalku lalu menutup pintu pelan berusaha menahan diri. Semua anggota timku menghentikan gerakannya melihat wanita itu, ia hanya berdiri berdiam di tempat dan menjadi pusat perhatian disana. Aku berjalan melewatinya sambil meliriknya sinis dari atas ke bawah, lalu menepuk tanganku membuyarkan pandangan seluruh anggota timku

"hey hey.. apa persiapannya sudah selesai?" tanyaku tegas.

Mereka kembali melanjutkan pekerjaannya cepat, lalu mengangkut semua barang yang kami perlukan keluar satu - persatu. Seo Rin menatapku dan wanita asing itu bergantian, tak lama senyum miring tersungging di bibirnya, ia menyikut lenganku pelan meninggalkan ruangan dengan tangan penuh barang. Setelah Seo Rin meninggalkan kami suasana menjadi tegang dalam hitungan detik, suara hak sepatu tedengar seiring langkah pelan wanita itu mendekatiku. Ia berjalan mengelilingiku sambil mengamatiku lurus - lurus dari kepala hingga kaki. Setelah menghabiskan satu putaran, wanita itu berdiri di hadapanku dengan sneyum licik "jika saingannya sepertimu aku yakin aku bisa merebutnya" ucapnya percaya diri. Aku pun mulai mengamatinya dari kepala sampai kaki 'rambut lurusnya terlihat indah, perawatan tubuh mahal bisa berjuta - juta, wajahnya terlihat sangat plastik dari dekat, itu berarti biaya opersi yang mahal, bajunya bermerk terkenal mungkin 100 juta, sepatunya edisi terbatas 400 juta, intinya dia hanya kaya' simpulku dalam hati. Aku memutar mataku cuek sambil menghembuskan nafas besar dari mulutku, memasukkan kedua tanganku kedalam saku celana

"saya tidak tahu apa yang anda biacarakan nona" sahutku santai

"kau tidak tahu siapa aku? Aku-" sahutnya terhenti kesal,

"ne.. aku tidak tahu" selaku langsung dengan nada remeh.

Aku tersenyum miring lalu membalikkan badanku mengangkat barang yang akan kami bawa dan berjalan santai hendak melewati wanita itu, namun ia mencengkram lenganku kuat dan menarikku kasar membuat barang yang di tanganku jatuh berserakan, ia melotot kesal menatapku yang hanya menatapnya biasa saja

"perhatikan sikapmu, kau hanya bodyguard biasa, biasa malah bukan hal yang sesuai untukmu, kau lebih sesuai di bilang rendahan seperti sikapmu" bisiknya sinis.

Aku memutar mataku kesal lalu meraih tangannya melepaskan lenganku, kali ini wajahnya tampak kesakitan merasakan cengkaraman ringan lenganku "apa dayamu yang kalah dengan bodyguard rendahan, nona" tekanku kesal. Kami terus saling menatap sinis sampai pintu kamar mandi terbuka kecil

"Kyung Ji -ah, tolong ambilkan handuk di tasku" teriak Hyun Soo pelan

"ne.." jawabku singkat.

Aku melepaskan genggamanku kasar membuatnya terhuyung kecil, masuk ke kamar Hyun Soo mengambilkan handuk sesuai permintaannya. Hyun Soo yang merasa menunggu terlalu lama kembali membuka mulutnya manja "Kyung Ji -ah, aku kedinginan" guraunya, aku berlari cepat keluar kamarnya dengan senyum kecil tersungging di bibirku. Aku menyerahkan handuk yang di mintanya namun ia malah menggodaku dengan menarik tanganku kuat, kami tertawa kecil lalu aku memegang daun pintu kuat berusaha mendorong pintunya agar terbuka lebar. Hyun Soo melepas tanganku cepat "baiklah.. baiklah.." sahutnya ringan mengaku kalah. Aku membalikkan badanku meninggalkan pintu kamar mandi, namun langkahu terhenti kaget melihat wanita yang tidak ku ketahui identitasnya itu sedang duduk di sofa santai dengan terusan pendek merah memperlihatkan lekukan tubuh, paha, dan belahan dadanya dengan jelas. Nafas tidak percayaku terhembus begitu saja, aku tercengang kesal melihat aksinya yang menurutku mengerikan itu. Hyun Soo yang tidak mengetahui kedatangan wanita aneh itu, keluar dari kamar mandi santai dengan handuk melingkar di pinggang tanpa mengenakan atasan apapun, ia mengusap rambutnya acak sambil berjalan santai

"apa semuanya su-" katanya terhenti saat matanya bertemu dengan mata wanita itu, "Na A Reum, apa yang kau-" sahutnya tercengang melihatku menatap tubuhnya tercengang.

Tawa kecilnya pecah melihat ekspresiku "tutup mulutmu, ini bukan yang pertama kali kau melihatnya" godanya jahil, aku langsung menutup mulutku lalu mengedipkan mataku beberapa kali. Hyun Soo menggeleng heran dengan sikapku lalu kembali mengarahkan pandangannya pada wanita yang di panggilnya Na A Reum itu, ia berdeham kecil mersa terganggu

"ada apa? Seingatku perjanjian kemarin kita langsung bertemu di studio foto" tanyanya sambil mengingat

"aku ingin berangkat bersamamu" jawabnya santai sambil melirikku.

Aku memutar mataku kesal namun aku berusaha menjaga sikapku dengan baik, Hyun Soo melirikku sejenak "aku akan berangkat bersama Kyung Ji, lagi pula mobilku hanya untuk 2 orang" jawabnya santai. Aku tertawa dalam hati mendengar jawaban menusuk Hyun Soo barusan, dia sangat terang - terangan dan itu membuatku senang mendengarnya. Bisa ku akui point kami 1 - 0 sekarang. Setelah bersiap diri, kami bertiga meninggalkan kamar dan menaiki lift menuju lobby hotel, mataku melebar cepat melihat gerombolan wartawan sudah memenuhi pintu masuk hotel dan teman - temanku juga sedang sibuk menghadang wartawan - wartawan itu menjauh. Senyum puas tersenyungging di bibir A Reum membuatku sadar kalau ini adalah permainannya, aku menoleh menatap Hyun Soo dan mengangguk kecil, Hyun Soo yang tampak memahami maksud anggukanku menahan lenganku lalu menggeleng kuat. Aku menghembuskan nafas besarku

"Soo -yah, jebal" mintaku mendesak.

Aku sudah memikirkan resikonya dalam otakku, jika Hyun Soo masih memaksaku untuk pergi dengannya akan ada gossip baru yang beredar, dan ini menjadi kesempatan A Reum untuk mengatakan hal aneh pada wartawan, itu sangat tidak baik. Aku melingkarkan tanganku mengusap tangan Hyun Soo "kali ini saja, oke" bujukku. Hyun Soo menghembuskan nafas beratnya "baiklah" jawabnya pasrah dan mengikuti arahanku menerobos gerombolan wartawan. Setelah mobil Hyun Soo pergi aku hanya menatap mobil itu menjauh di tempatku, lalu menghembuskan nafas kecil. Kedudukan berubah lebih cepat dan lebih licik dari dugaanku, aku mengakuinya 1 -1. Aku langsung mencari tahu lebih banyak tentang wanita bernama Na A Reum itu, banyak gossip - gossip miring yang beredar di internet tentangnya dengan Hyun Soo, bahkan saat Hyun Soo di Amerika gossip tentang mereka telah beredar. Hal yang membuatku merasa kedudukannya lebih unggul dariku 1 point lagi adalah, kenyataan bahwa dia bukan sembarang model wanita. Media memberitakan di adalah mantan pacar Hyun Soo dua tahun yang lalu, itu membuat perasaanku semakin aneh.

Aku benar - benar merasa tidak nyaman dengan konsep pemotretan kali ini, apa lagi setelah mengetahui siapa A Reum sebenarnya, aku sesekali melirik Hyun Soo dan ia juga menunjukkan ketidak nyamanan yang sama denganku. Ia tidak bisa mengendalikan ekspresi dan gerak tubuhnya di depan kamera, itu membuat fotografer yang mengambil gambar mereka merasa terganggu

"kita istirahat sejenak" putus fotografer terpaksa.

Ia mendekati Hyun Soo dan mengajaknya untuk berunding singkat bersama Do Hwan -ssi. Tak lama mereka selesai melakukan pembicaraan, Hyun Soo berlali kecil ke arahku sambil mengeluarkan dompetnya dari kantong celananya, ia menyodorkan kartu hitam padaku "belikan kopi untuk semua orang yang ada disini, kau juga bisa beli apa yang kau mau" perintahnya terdengar mengusirku. Aku pun hanya mengangguk kecil lalu menoleh pada Seo Rin memintanya menemaniku. Mau tidak mau, aku pergi dengan berat hati sambil berusaha menghilangkan rasa curigaku meskipun aku tahu perasaan itu tidak bisa hilang sampai aku mendengarkan alasan Hyun Soo. Setelah melakukan apa yang di perintahkannya, aku dan Seo Rin kembali dengan tangan penuh kopi ke studio. Saat aku kembali pemotretan sudah selesai dan mereka sedang melakukan sesi tanya jawab untuk artkel yang akan terbit di majalah.

Setelah membagikan kopi yang ku beli barusan, aku berdiri diam di dekat tempat mereka melakukan tanya jawab, sebenarnya tujuan utamaku berdiri disana untuk mendengar sesi tanya jawab itu. Aku berdiri tegap mamandang ke arah lain, namun telingaku fokus mendengarkan perbincangan mereka. Mereka tampak tertawa ringan lalu, penanya pun kembali membuka mulutnya

"A Reum -ssi, bagaimana perasaan anda sendiri saat ini kembali bertemu Hyun Soo -ssi setelah lama?"

A Reum tampak menutup mulutnya tertawa anggun "tentu saya senang sekali, saya sangat merindukannya, kami masih saling menghubungi, saat tahu saya melakukan projek ini bersama Hyun Soo oppa saya lebih tenang" jawabnya panjang lebar.

Aku tercengang medengar jawaban itu 'oppa?' ulangku dalam hati kesal. Aku hanya melirik Hyun Soo yang tampak memaksakan tawanya sambil mencuri - curi lirik ke arahku. Ia tampak kaget melihatku meliriknya kesal lalu memalingkan matanya menghindari tatapanku. Tentu saja sesi tanya jawab tidak berhenti sampai disitu, wawancara yang sesungguhnya pun akhirnya di mulai

"pemotretan kali ini mengusung tema romantis dan sexy, telah kita ketahui sebelumnya kalau kalian pernah menjalin hubungan. A Reum -ssi, apa ada hal romantis yang pernah Hyun Soo -ssi lakukan sampai anda tidak bisa melupakannya?"

A Reum tampak tersenyum lebar sambil memiringkan kepalanya mengingat, ia menoleh pada Hyun Soo "oppa melakukan banyak hal untukku waktu itu.." jawabnya santai, ia menyibak anggun rambutnya ke belakang "tapi aku paling ingat saat kami merayakan ulang tahunku waktu itu, kami tidak bisa mengadakan perayaan romantis berdua karena kesibukan kami saat itu, tiba - tiba oppa datang memberiku kejutan di studio foto" jelasnya. Hal itu semakin menarik perhatian penanya, ia pun berinisiatif menggali cerita itu lebih dalam "apa yang Hyun Soo -ssi lakukan saat itu?" tanyanya sesuai dugaanku. Hyun Soo membenarkan posisi duduknya cepat

"aku tidak melakukan apapun untuknya" tepis Hyun Soo cepat.

Penanya dan A Reum tertawa kecil mendengar jawaban cepat Hyun Soo barusan, mereka menganggap itu gurauan yang sengaja Hyun Soo lemparkan untuk keperluan dokumentasi, namun bagi Hyun Soo itu adalah cara menghentikan pembicaraan. A Reum memukul manja lengan Hyun Soo sambil tertawa manis "mwoya.." sahutnya di sela tawa, ia menatap ke kamera

"lihatlah, bagaimana aku tidak menyukainya, dia sangat lucu kan?" sahutnya santai.

A Reum membenarkan posisi duduknya lalu menarik kecil selimut yang menutupi kakinya "saat itu oppa datang dengan kue tart favoritku, ia membawa 100 tangkai bunga mawar dan boneka beruang yang sangat besar untukku. Tidak hanya itu, oppa juga menyanyi untukku hari itu, dia sangat romanis bukan?" ceritanya tampak bahagia.

Perasaan yang tidak ku pahami semakin membakar hatiku setelah mendengar kisah itu, aku tertawa kecil lalu menggaruk keningku sejenak 'apa yang kau lakukan disini? Membiarkan dirimu membusuk? Kau sangat bodoh Eun Kyung Ji..' kataku dalam hati. Aku membalikkan badanku cepat meninggalkan tempat itu, menyesal mendengarkan semua yang telah ku dengarkan disana. Aku tidak marah apalagi merasa tersaingi, aku hanya tidak tahu perasaan aneh apa ini, perasaan ini membuat hatiku menjadi tak terkendali melihat mereka duduk berdampingan membicarakan kisah masa lalu mereka.

***