webnovel

DID Bukanlah Kerasukan

Pagi hari telah tiba, Odette dan Anwen yang berjalan di koridor tidak sengaja berpapasan dengan Rion dan Trish.

Rion terkejut ketika Anwen berjalan melewatinya begitu saja seperti tidak melihatnya.

"Anwen …." Odette menatap sedih lalu segera menyusul Anwen sementara Rion hanya bisa menghembuskan napas lelah, dadanya terasa berat. Dia dan Anwen kembali berjauhan padahal dia baru saja merasa bahwa hubungan mereka akan segera kembali seperti dulu tetapi dia mengacaukan semuanya.

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" Trish bertanya dengan perasaan khawatir.

"Um." Rion menatap Trish lalu teringat dengan kejadian semalam saat Trish diam-diam mengobati lukanya. "Maaf dan terima kasih," ucapnya yang membuat Trish kebingungan.

Trish ingin bertanya kenapa Rion meminta maaf dan mengucapkan terima kasih kepadanya tetapi sang raja telah berjalan menuju ruangannya.

***

"Ini anggaran untuk pembangunan benteng di sebelah barat." Trish meletakkan sebuah dokumen di atas meja sang raja.

Beberapa waktu yang lalu benteng Green Castle di sebelah barat rusak parah karena bencana alam dan selagi Rion berada di Green Castle, dia akan mengawasi pembangunan tersebut.

Sekarang yang berada di tangan Rion adalah total jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk pembelian material beserta bayaran untuk para pekerja.

"Trish, sebenarnya apa kegunaan tembok itu?" Rion bertanya setelah beberapa saat. Dulu Raja Rolan membangun tembok itu untuk menghalau prajurit dari salah satu negara di barat namun saat ini negara itu sudah melakukan perjanjian damai dengan Panthera jadi Rion merasa tembok itu sudah tidak dibutuhkan lagi.

"Dari pada menggunakan uang ini untuk membangun tembok, aku lebih suka jika kita menggunakannya untuk mengubah gubuk-gubuk reok rakyat yang berada di balik tembok itu," ucap Rion dan Trish memiliki pendapat yang sama dengan sang raja.

Trish selalu kagum dengan keputusan yang dibuat sang raja untuk rakyat kerajaan. Sang raja selalu tahu apa yang lebih dibutuhkan oleh rakyatnya.

***

Anwen menangis di pelukan Odette, dia merasa sedih dengan kata-kata Rion saat menjadi Lucifer. Dia tahu dan sadar bahwa apa yang telah dilakukan oleh ibunya itu memang sangat fatal dan tidak bisa dimaafkan.

Dia juga tahu bahwa yang dikatakan oleh kakaknya itu tidak salah tetapi rasanya sangat menyakitkan ketika Rion mengatakan bahwa dia adalah anak ular dan pembawa bencana.

Setelah beberapa saat, Anwen akhirnya melepaskan pelukannya. Odette menghapus air mata gadis muda itu dan mengajaknya untuk duduk di bangku yang ada di bawah pohon.

"Anwen, jangan marah kepada Rion, dia mengatakan hal itu saat dia tidak sadar."

Anwen yang tidak tahu bahwa Rion memiliki gangguan DID merasa terkejut dengan ucapan Odette.

"Apa maksudmu tidak sadar?"

Odette menekuk alisnya. Ia baru menyadari bahwa Anwen tidak tahu soal ini. Itu artinya Rion merahasiakan kondisinya dari keluarganya.

Namun, bagaimana bisa dia melakukan hal itu dalam waktu yang sangat lama?

"Nona Ody, apa maksudmu dengan tidak sadar?" Anwen terlihat sangat terkejut dan penasaran ingin mendengar penjelasan Odette.

"Anwen, kau benar-benar tidak tahu?" Odette bertanya untuk memastikan dan Anwen menggeleng.

"Apa kau tidak pernah merasa bahwa ada yang berbeda dari kakakmu saat kalian tinggal bersama di istana?" Odette bertanya dan Anwen kembali menggeleng.

Anwen menjelaskan bahwa semenjak kematian Ratu Rose, kakaknya jarang pulang ke istana, dia selalu pergi berperang dan menyibukkan diri dengan melakukan berbagai kunjungan kerja ke berbagai wilayah kerajaan bahkan tidak jarang keluar negeri untuk mengurus hubungan regional dengan negara-negara yang telah melakukan perjanjian damai dengan Panthera.

"Tapi …." Anwen menekuk alisnya saat teringat sesuatu. "Setelah mengeksekusi kakak ipar, Kak Rion jatuh sakit selama satu minggu."

Anwen bercerita sambil mengingat kejadian di suatu malam saat dia menjenguk Rion.

"Malam itu aku datang ke kamar kakak untuk melihat keadaannya tetapi dia menatapku sangat dingin dan berkata bahwa aku adalah anak ular." Kedua mata Anwen tertunduk sedih.

Sekarang Odette mengerti alasan kenapa Anwen sampai tidak tahu bahwa Rion memiliki gangguan mental. Mereka jarang melakukan interaksi. Selain itu Odette juga memperoleh informasi bahwa mungkin malam itu adalah kali pertama Lucifer muncul.

Saat itu Anwen pasti sangat sedih dan sepertinya Luciferlah penyebab hubungan Anwen dan Rion merenggang.

"Nona Ody belum menjawab pertanyaanku." Anwen mengangkat pandangannya, menunggu Odette memberikan jawaban atas pertanyaannya.

"Aku masih perlu waktu untuk memastikan tetapi kemungkinan besar Rion terkena gangguan identitas disosiatif."

Sama seperti Rion dan Trish, Anwen pun tidak mengerti apa itu DID dan Odette mulai menjelaskan namun kali ini Odette menjelaskan lebih banyak kepada Anwen tentang DID dibandingkan dengan yang dia jelaskan kepada Rion dan Trish. Dia sebisa mungkin menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh Anwen.

Pertama-tama Odette berusaha membuat Anwen mengerti keadaan yang dialami oleh seseorang yang memiliki gangguan identitas disosiatif melalui sebuah pertanyaan.

Dia bertanya kepada Anwen apa jadinya jika sebuah kereta memiliki dua kusir, tiga kusir, empat atau lebih banyak dari jumlah yang dibayangkan dan setiap kusir itu silih berganti mengendalikan kereta. Semua kusir memiliki tujuan yang berbeda-beda dan masing-masing dari mereka berebut giliran untuk mengambil alih kendali kereta?

Anwen sebenarnya tidak mengerti kenapa Odette malah menanyakan hal seperti itu tetapi dia tetap menjawab. "Kereta itu akan sangat kacau."

Odette mengangguk. "Itulah yang dialami oleh Rion saat ini."

Anwen terkejut dan matanya terbuka lebar.

Odette memberi tahu Anwen bahwa gangguan identitas disosiatif biasanya timbul karena kekerasan fisik atau pelecehan dan berbagai kejadian traumatis yang dialami oleh pengidapnya.

Odette menatap Anwen yang terdiam dengan mata memandang lurus ke arahnya. Gadis muda itu menyimak setiap hal yang disampaikan oleh Odette dengan seksama.

"Jangan sakit hati dengan perkataan Rion. Dia mengatakan itu di saat dia diambil alih oleh alternya," jelas Odette masih berusaha membuat Anwen mengerti.

"Alter?" Anwen tidak mengerti. "Apa itu nama roh jahat yang mengambil alih kesadaran kakakku?"

Mulut Odette sedikit terbuka. Dia terkejut karena sepertinya Anwen mengartikan DID sebagai kasus kesurupan. "Roh jahat? Anwen, ini tidak seperti itu. Rion seperti itu bukan karena dirasuki roh jahat."

"Bukan?"

Odette mengangguk. Odette pun memberitahu tentang DiD yang merupakan kondisi ketika satu orang memiliki dua kepribadian, tiga, empat dan seterusnya yang berbeda di dalam dirinya. Kepribadian lain itu disebut alter dan kepribadian utama disebut host.

"Jadi alter bukan roh jahat?" Anwen mengingat bahwa beberapa tahun yang lalu, neneknya mendatangkan orang suci ke istana.

Anwen melihat orang suci itu memasuki kamar kakaknya dan dia tidak sengaja mendengar obrolan pelayan yang mengatakan bahwa Yang Mulia Cristela mendatangkan orang suci tersebut untuk mengusir roh jahat yang mendiami tubuh sang raja.

"Anwen, saat ini Rion sangat membutuhkan dukungan. Dia merasa sangat sedih saat dia tahu bahwa dia telah menyakitimu saat diambil alih. Dia mungkin ingin meminta maaf tetapi dia tidak memiliki penjelasan kenapa dia mengatakan hal seperti itu kepadamu. Anwen, Rion itu sangat menyayangimu."

"Kakak …." Anwen menatap sendu.

Sementara itu dari jendela ruang kerjanya, Rion melihat ke arah taman, atau tepatnya ke arah kedua gadis yang sedang duduk berhadapan di bangku yang berada di bawah salah satu pohon.

"Tuan putri terlihat sangat dekat dengan Nona Odette," ucap Trish, ikut memperhatikan. Rion menanggapi hanya dengan suara dehaman. Dia fokus melihat ke arah Anwen.

Dia mengingat saat-saat kebersamaannya dengan Anwen ketika mereka masih kecil.

Mereka berdua sangat dekat, tetapi Ratu Helen yang tidak suka Anwen dekat-dekat dengan Rion mengirim Anwen ke Kerajaan Arawn untuk belajar.

Rion merindukan Anwen setiap saat dan kadang ingin mengunjungi Anwen namun dia tidak bisa karena latihan ketat yang diberikan oleh sang kakek kepadanya. Rion sama sekali tidak diberi waktu untuk bersenang-senang atau sekadar bermain.

Anwen baru kembali ke Panthera satu hari menjelang pernikahan Rion dan Rose, itupun karena Rion yang datang menjemput Anwen. Rion tahu persis bahwa tindakannya membawa Anwen pulang ke Panthera membuat Ratu Helen tidak senang.

Rion menghembuskan napas lelah. Dadanya terasa berat.

"Apakah Yang Mulia baik-baik saja?" Trish bertanya.

"Aku tidak pernah baik-baik saja. Kau tahu itu, kan?"

Trish menatap prihatin.

"Aku menyakitimu dan Anwen saat aku tidak sadar karena itu maafkan aku, Trish." Rion menatap Trish dengan lurus lalu menepuk pelan pundak Trish yang terluka dan hal itu seketika membuat Trish sedikit mendesah kesakitan.

"Lain kali kalau kita bertarung kau harus menang. Jangan sampai kalah apalagi sampai terbunuh oleh Lucifer," ucap Rion lalu kembali duduk ke kursinya. "Trish, aku tidak pernah mengatakan ini. Bagiku kau adalah teman yang sangat berharga. Jadi jaga hidupmu baik-baik."

Napas Trish sedikit terhentak lalu menatap nanar ke arah sang raja yang terlihat sedang membaca sebuah dokumen.