***
BRAK!
Trish terkaget saat pintu kamarnya dibuka dan ditutup dengan keras. "A-ada apa?" Trish yang ingin membuka baju untuk mengobati lukanya membatalkan niat dan menatap Anwen dan Odette dengan wajah kebingungan.
Anwen melihat Trish dengan tajam seolah dia baru saja tahu bahwa Trish telah mencuri barang berharganya.
"Trish, kita perlu bicara," ucap Anwen serius. Walau merasa bingung tetapi Trish mengajak kedua gadis itu untuk duduk di sofa.
"Aku akan langsung ke intinya," ucap Anwen sesaat setelah ia duduk berhadapan dengan Trish. "Apa kau tahu tentang kakakku yang memiliki DID?"
Trish terkejut. Dia melihat ke arah Odette dan teringat pembicaraannya dengan gadis berambut coklat itu saat mereka dalam perjalanan pulang. Dia tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Odette.
"Mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain itu tidak baik," ucap Trish dengan nada tidak senang kepada Odette. Menurutnya Odette sedang mencoba mengorek luka sang raja untuk pulang ke eranya.
Odette yang mengerti maksud ucapan Trish segera mengakui bahwa dia memang ingin pulang tetapi dia tidak pernah berniat untuk mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain. Dia ingin membantu karena dia tahu dia bisa membantu.
"Aku adalah seorang dokter jiwa dan aku mengerti apa yang dialami oleh Rion. Dia tidak sedang dikutuk ataupun dirasuki roh jahat. Dia hanya sedang sakit dan butuh perawatan."
Trish memandang Odette dengan intens. Dia masih terlihat tidak mempercayai gadis itu.
"Trishy, aku mohon beri tahu apa saja yang kau tahu. Kau yang selalu bersama kakak setiap saat jadi tidak mungkin kalau kau tidak tahu tentang ini," Anwen membuka suara.
"Aku tidak tahu." Trish masih belum ingin memberi tahu.
"Bohong! Kau selalu bersama kakak setiap saat, kalian hanya terpisah ketika kalian mandi, tidur dan buang air! Jadi jangan berbohong!" desak Anwen sambil menatap Trish dengan tajam.
Trish diam, dia terlihat sedang tenggelam dalam pemikiran sendiri dan Odette bisa melihat ada keraguan di wajah pria itu.
"Aku mengerti. Kau tidak akan percaya begitu saja kepadaku karena aku adalah orang asing. Kau percaya atau tidak tetapi aku benar-benar ingin membantu Rion."
"Kenapa kau ingin membantu raja? Kalau bukan karena kau ingin pulang apa alasanmu ingin membantu Yang Mulia Raja?" Trish menunjukkan perannya sebagai pelindung sang raja.
"Karena aku dokter dan kewajibanku adalah merawat yang sakit," jawab Odette dengan yakin.
Trish menatap kedua mata biru Odette secara mendalam dan kedua mata itu terlihat sangat meyakinkan.
Anwen meminta Trish untuk berhenti merasa ragu dan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi kepada Rion.
Trish memejamkan mata dan menghembuskan napas lelah.
"Maaf, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan," ucapnya. Walau Odette terlihat tulus tetapi Trish tidak ingin lengah. Selama ini yang mengetahui soal keadaan raja hanya dia dan Yang Mulia Cristela serta beberapa dokter kerajaan dan beberapa orang suci yang pernah menangani sang raja.
Kondisi mental sang raja sangat dirahasiakan karena jika musuh mengtahui hsl itu maka mereka akan memanfaatkan hal tersebut untuk menjatuhkan sang raja.
Trish tidak bisa mengambil risiko sebesar itu dengan memberitahu Odette hanya karena Anwen memintanya dan karena dia merasa Odette bisa dipercaya dari melihat mata gadis itu.
"Kalau kalian sudah selesai, apa kalian bisa meninggalkan ruanganku sekarang?"
Anwen terlihat kesal namun Odette segera menyentuh pundak gadis muda itu lalu memberi tatapan yang mengisyaratkan kepada Anwen agar tetap tenang.
Setelah itu Odette berdiri, disusul oleh Anwen. Sebelum pergi Odette kembali menatap Trish yang masih duduk.
"Rion beruntung memiliki teman sepertimu, kau bisa menemuiku saat kau merasa aku bisa dipercaya," ucapnya lalu berjalan keluar bersama Anwen.
Saat kedua gadis itu sudah pergi, Trish sama sekali tidak beranjak dari duduknya. Dia bertanya-tanya apakah Odette benar-benar bisa membantu sang raja.
Jika itu benar maka sang raja memiliki kesempatan untuk menjalani hidup dengan normal kembali. Apakah dia harus membicarakan hal ini kepada sang raja?
***
Waktu terus berjalan dan tanpa terasa Odette sudah berada di Green Castle selama dua minggu. Dia sudah beradaptasi dengan dunianya yang baru. Karena sikapnya yang ramah dia mudah akrab dengan para penghuni kastil.
Dia hidup dengan nyaman di sana tetapi dia merasa tidak enak hati karena dia makan dan tinggal di tempa itu tanpa membayar apapun dan tanpa mengerjakan apapun. Sekarang dia adalah seorang pengangguran.
Odette merasa perlu mencari pekerjaan dan mendapatkan uang lalu menjalani kehidupannya, dia tidak mungkin terus berada di kastil itu bukan? Tetapi pekerjaan apa yang bisa dia lakukan dan di mana dia harus mencari pekerjaan?
"Nona Ody." Anwen menyelonong masuk ke kamar Odette. Setelah dua minggu bersama, mereka menjadi sangat dekat.
Anwen duduk di sebelah Odette.
"Nona Ody, hari ini kakak akan pulang," ucapnya. Yah sudah satu minggu Rion meninggalkan kastil, katanya dia pergi ke bagian barat kastil untuk ikut serta dalam perencanaan bedah rumah warga.
"Setelah kakak pulang, kita bisa mencari tahu lagi tentang DID kakak." Sejak Anwen mengtahui bahwa Rion memiliki DID dia tidak pernah bosan untuk mengingatkan Odette agar mereka terus mencari tahu penyebab Rion terkena DID. Anwen sangat ingin kakaknya sembuh.
"Nona Ody, ada apa?" Anwen bertanya sambil menyentuh pundak Odette dan hal itu membuat Odette tersadar dari lamunannya.
Odette melihat Anwen yang duduk di sebelahnya dengan ekspresi sedikit terkejut dan bingung. Karena begitu serius memikirkan tentang pekerjaan yang harus dia lakukan dan juga keberlangsungan hidupnya di dunia yang baru, dia jadi tidak sadar kapan Anwen datang dan duduk di sebelahnya.
"Nona Ody, apa yang kau pikirkan?"
Odette menghembuskan napas lelah. "Maaf Anwen, aku melamun. Aku sedang berpikir untuk mencari pekerjaan."
"Ha? Pekerjaan? Kenapa?"
"Aku tidak bisa tinggal di sini teruskan? Aku harus mencari pekerjaan, mengumpulkan uang, membeli rumah dan melanjutkan hidup."
"Nona Ody, kenapa kau harus memikirkan soal pekerjaan kau bisa tinggal disini selamanya atau kita bisa pergi ke istana dan tinggal di sana. Eum …."
Anwen memiringkan kepalanya saat menyadari sesuatu.
"Ah, tidak. Kita tinggal di sini saja," ucapnya setelah sadar bahwa dia masih belum bisa pulang ke istana karena teror pernikahan masih mengikutinya.
Odette menjelaskan kepada gadis muda itu bahwa dia tidak bisa terus menerus hidup di bawah tanggungan orang lain dan dia sangat tidak nyaman karena tidak melakukan apa pun dan dia mendapatkan tempat tinggal yang nyaman serta makanan gratis setiap harinya sementara yang lain harus bekerja untuk mendapatkan semua hal itu.
Ibunya telah mengajarkan Odette untuk tidak hidup dengan pemberian atau belas kasihan orang lain. Tuhan telah menganugerahi manusia dengan akal, selama akal itu sehat dan manusia bisa menggunakannya dengan baik maka semuanya akan baik-baik saja.
Selain itu, tubuh Odette juga sehat jadi dia optimis bahwa dia akan mendapatkan pekerjaan dan mampu bertahan hidup di dunia itu dengan baik.