webnovel

Obsession of Love

Thantopobia, membuat Vero terobsesinya pada seorang gadis bernama Kirana, bermula karena trauma yang dialaminya. Berawal dari cinta pada pandangan pertama, yang berubah menjadi obsesi dan overprotective. Akankah Vero berhasil membuat Kirana jatuh hati kepadanya? Dapatkah Kirana menerima kondisi Vero dengan segala keagresifannya?

Romansa_Universe · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
320 Chs

Kecewa

Vero berlari menuju kelas, karena dirinya kecewa melihat Kirana bersama dengan Levi dalam satu ruangan.

Sesampainya di kelas, Vero langsung menuju tempat duduknya, dan duduk dengan wajah kesalnya. Tangannya dilipat ke depan perut, dengan bibir yang cemberut, Vero duduk sendiri, karena murid lain sedang di lapangan olahraga.

Disaat Vero sedang duduk sendiri di dalam kelas, Sherin yang melihat momen itu pun, langsung memasuki kelas Vero.

Kini Sherin duduk di kursi Kirana, yaitu tepat di samping Vero. Sedangkan Vero yang melihat kedatangan Sherin pun, kesal, karena Sherin selalu berusaha mendekatinya, padahal Vero jelas-jelas tidak mau didekati oleh Sherin yang menurut Vero adalah seseorang yang sangat jahat.

Sherin tersenyum pada Vero yang menatapnya dengan tatapan kesal.

"Kenapa kamu selalu berusaha mendekatiku?" tanya Vero dengan nada tidak suka.

Sherin yang mendengar pertanyaan itu pun, menyeringai. Sherin berusaha tidak terpancing emosi oleh perkataan Vero yang sebenarnya memancing emosinya.

"Lalu, kenapa kamu selalu mendekati, Kirana?" Sherin balik bertanya pada Vero yang masih menatapnya dengan tatapan tidak suka.

Vero terdiam mendengar pertanyaan dari Sherin.

"Padahal aku lebih cantik, lebih kaya, lebih popular, dan lebih sempurna dari Kirana, bahkan jauh perbandingannya," ucap Sherin menyangkal.

Vero yang mendengar itu pun, merasa miris. Mengapa ada wanita seperti ini yang mendekatinya, dengan percaya diri, ia menyebutkan dirinya lebih sempurna, pikiran Vero melayang entah kemana, tanpa menghiraukan Sherin yang sedang menunggu jawaban darinya.

"Apa kamu tidak sadar, Vero? Kalau yang seharusnya kamu dekati itu aku," ucap Sherin dengan nada sedikit tinggi.

Vero yang sudah tidak mau peduli pada ucapan Sherin pun, hanya diam dan berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Sherin.

Sementara Sherin yang sejak tadi mengatakan rayuan demi rayuan sampai mulutnya berbusa, namun tetap tidak mendapat tanggapan dari Vero pun, akhirnya menghentikan ocehannya.

"Apa kamu mendengarkan aku, Vero?" tanya Sherin dengan wajah kesal, karena merasa tidak dihiraukan oleh Vero.

Vero yang sejak tadi tidak membuka mulutnya pun, memutuskan untuk tetap tidak membuka mulutnya, karena jika ia menanggapi Sherin, sama saja ia bunuh diri. Sehingga hingga akhir Sherin mengutarakan argument dan segala rayuan mautnya, Vero tetap saja terdiam.

"Kamu benar-benar keterlaluan, Vero!" pekik Sherin yang sudah mulai naik pitam karena tidak didengarkan.

Sementara Vero masih terdiam mematung, seperti tidak terjadi apa-apa disana.

"Vero kamu harus menjawab pertanyaanku!" sentak Sherin sambil menggoyang-goyangkan tubuh Vero.

Namun tetap saja, Vero masih terdiam. Sedangkan Sherin yang sudah kesal dengan sikap Vero pun, akhirnya beranjak pergi meninggalkan Vero.

Saat Sherin hendak keluar dari kelas Vero, Kirana juga memasuki kelas bersama Levi, sehingga Kirana dan Sherin berpapasan. Kirana hanya menundukkan kepalanya, tidak berani wajah Sherin yang terlihat sedang kesal itu.

"Lihat rencanaku selanjutnya!" ancam Sherin saat wajahnya dan wajah Kirana berpapasan.

Kirana yang mendengar itu pun, hanya terdiam dan memejamkan matanya sejenak, kemudian berjalan menuju tempat duduknya.

Sherin akhirnya meninggalkan kelas Vero, sementara Levi yang sejak tadi membuntuti Kirana pun, langkahnya terhenti saat Kirana duduk di kursinya, yaitu di samping Vero yang hanya terdiam, dan tidak merespon kedatanagan Kirana dan Levi.

"Vero … kenapa kamu tadi langsung pergi?" tanya Kirana pada Vero yang menundukkan kepalanya, sehingga ekspresi wajahnya tidak bisa dilihat oleh Kirana.

Vero masih terdiam, ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Kirana, karena ia masih kesal dengan kejadian tadi.

"Terima kasih untuk seragam sekolah yang kamu belikan, aku tidak tahu jika kamu pergi untuk membelikan ini," ucap Kirana sambil memperhatikan Vero yang masih terus menundukkan wajahnya.

"Vero … kenapa kamu diam saja? Apa kamu marah padaku?" tanya Kirana dengan wajah bingung.

Vero tetap tidak menjawab pertanyaan Kirana, sedangkan Levi hanya diam memperhatikan Kirana yang tampak sangat perhatian kepada Vero.

"Maafkan aku, Vero … aku tidak tahu jika kamu akan membelikanku seragam baru, terima kasih banyak untuk ini semua," ucap Kirana dengan sungguh-sungguh dan tulus.

Vero bisa merasakan jika Kirana sangat tulus, dari nada bicaranya. Namun ia tidak mau menatap wajah Kirana sebelum Levi pergi dari sana.

Sementara Levi masih setia berdiri di depan meja tempat duduk Vero dan Kirana.

Namun, tiba-tiba lonceng pertanda ganti pelajaran terdengar di telinga mereka, sehingga membuat Levi berpamitan dengan Kirana untuk kembali ke kelasnya.

"Aku harus kembali ke kelasku, Kirana," ucap Levi berpamitan.

Kirana menganggukan kepalanya sambil tersenyum pada Levi. "Iya, Levi … terima kasih atas bantuannya," jawab Kirana mempersilakan Levi untuk kembali ke kelasnya.

"Sama-sama, Kirana, kalau begitu aku pamit," ucap Levi, kini benar-benar melangkahkan kakinya keluar dari kelas Kirana, sebelum murid kelas Kirana kembali dari lapangan olahraga.

Setelah Levi sudah meninggalkan kelas, Kirana kembali memperhatikan Vero yang masih menundukkan kepalanya diam.

"Vero … apakah kamu benar-benar marah kepadaku?" tanya Kirana, melihat Vero yang masih mendiamkannya.

Vero sebenarnya tidak tahan untuk menjawab Kirana, namun dalam hati kecilnya, mengatakan untuk tidak menjawab Kirana. Sehingga Vero tidak menjawab Kirana sejak tadi.

Kirana yang sudah pasrah dengan sikap Vero yang mendiamkannya pun, hanya dapat pasrah.

Pelajaran selanjutnya segera dimulai, murid-murid yang habis berolahraga tadi pun, sebagian telah memasuki kelas, dengan seragam yang telah diganti.

Namun Vero hanya menyiapkan buku-buku pelajarannya, padahal itu adalah pelajaran yang gurunya memberikan tugas, lalu Vero dan Kirana mengerjakan bersama-sama di danau tempo hari.

"Vero … apa kamu masih ingat dengan yang aku ajarkan kepadamu kemarin?" tanya Kirana dengan berbisik, karena guru yang mengajar pelajaran itu telah masuk kelas.

Namun Vero tetap tidak menjawab Kirana, Kirana mengerucutkan bibirnya penuh kecewa, melihat Vero yang tetap mendiamkannya.

Kini Kirana hanya berusaha fokus kepada guru yang sedang menjelaskan pelajaran, sebab Vero benar-benar tidak mau berbicara dengannya.

"Kirana, ayo ke depan, kerjakan nomor 1, lalu kamu, Vero, kerjakan nomor 2," ucap guru yang sedang mengulas PR kemarin.

Seketika Vero dan Kirana pun, bertatapan dengan wajah yang begitu kaget. Namun tiga detik kemudian, Vero langsung mengalihkan pandangannya kepada gurunya.

"Baik, bu," jawab Vero kemudian maju ke depan lebih dulu dari pada Kirana.

Kirana pun, menghela napasnya. Kemudian mengikuti Vero ke depan untuk maju mengerjakan apa yang diperintahkan oleh gurunya.

Vero dan Kirana pun, menulis jawaban mereka yang sebenarnya mereka kerjakan bersama kemarin, Vero sama sekali tidak memberikan senyuman pada Kirana. Membuat Kirana merasa sangat bersalah pada Vero.

Saat Kirana menulis jawabannya di papan tulis, gurunya pun menyadarkan lamunannya tentang Vero.

"Kirana … bukankah itu jawaban nomor 2, yang harusnya ditulis oleh Vero?" tanya gurunya, menyadarkan lamunan Kirana.

Vero langsung mengalihkan pandangannya menuju papan tulis di depan Kirana, dimana sudah tertulis jawaban yang seharusnya Vero yang menulisnya.

Serentak seisi kelas langsung bersorak melihat itu, mereka menyoraki mereka sebagai pasangan yang serasi. Kirana yang sangat malu saat itu pun, menundukkan wajahnya.

Namun tiba-tiba Vero mengambil alih tempat Kirana, dan segera menulis jawaban yang seharusnya Kirana tuliskan.

Lagi-lagi, kejadian itu membuat kelas kembali riuh, karena Vero bersikap sangat romantis pada Kirana.

Kirana yang mendapat perlakuan itu pun, hanya dapat tersipu malu di depan teman-teman kelasnya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Vero bergegas meletakkan spidol yang ia pegang ke meja guru, kemudian kembali ke tempat duduknya tanpa ekspresi apa pun, meskipun teman-temannya bersorak padanya.

Sementara Kirana hanya membuntuti Vero yang sudah menuliskan jawaban di papan tulis Kirana.

"Mohon diam ya, ibu akan mengoreksi jawaban yang sudah ditulis oleh Vero," ucap guru pelajaran itu, meminta murid-murid untuk diam.

Setelah beberapa menit, guru tersebut selesai mengoreksi jawaban Vero.

"Vero … semua jawabanmu benar, padahal kamu baru saja masuk, apa kamu menyontek temanmu?" tanya guru itu.

Vero yang mendengar pertanyaan guru pun, bingung harus mengatakan apa.

"Vero tidak menyontek, bu. Vero kemarin belajar bersama saya," sahut Kirana, menanggapi pertanyaan yang ditujukan untuk Vero.

Seketika kelas kembali riuh dengan suara murid-murid. Sementara Kirana kembali tersipu malu karena semua teman-temannya menyorakinya.

Namun Vero hanya terdiam, dan hanya memperhatikan guru itu.