webnovel

Bab 6

Keenan Pov

4 tahun.

Yahhh, 4 tahun lalu aku meninggalkan negara ini dengan perasaan patah hati.

Apakah hatiku sudah baik?

Aku tak tahu... Kurasa sudah.

Atau belum? Karena sejak saat itu hatiku benar-benar tertutup untuk semua wanita.

Berkencan?

Beberapa kali aku berkencan tapi selalu kandas saat bayangan wajahnya mengusikku.

Menurut A dia...aku tak ingin menyebut namanya karena itu menyakitkan. Yahh, menurut A dia mengundurkan diri jadi pengacara A setelah empat atau lima bulan kemudian.

Well, kurasa suaminya... Ralat, kurasa tunangannya yang melarangnya bekerja.

Tunangan.

Aku baru tahu satu tahun lalu, tapi aku tak punya alasan untuk kembali. Aku yakin saat ini dia sudah benar-benar menikah dan sudah punya anak.

Anak?

Astaga... Forget it Kee!

Perintah otakku.

Aku segera mengangkat ranselku dan koporku dengan visi baru.

"Kee!!" jeritan histeris yang sangat kurindukan.

Abby.

Yeahh.. Adik kesayanganku melambai dan tersenyum lebar berdiri disamping mommy.

Daddy?

Jangan ditanya lagi. Dimana ada mommy disitu ada daddy.

Pria tua itu takut istrinya melirik brondong lain.

Hahaha...durhaka ngatain orang tua tapi begitulah candaanku dan El.

El selalu melaporkan keadaan daddy dan mommy.

Terakhir kabar yang kudengar daddy cemburu dengan tetangga baru disebelah yang sering berkunjung dan memberikan makanan kesukaan mommy.

Tetangga baru itu berumur diatasku tiga tahun dan daddy cemburu? Oh ayolah... Itu berlebihan sekali bukan.

Lihat posesifnya daddy yang melingkarkan tangannya dipinggang mommy.

Ampun... Aku heran bagaimana bisa daddy jatuh cinta pada mommy setiap hari? Padahal mommy orang yang galak.

Hiiii... Semoga istriku tidak segalak mommy.

Aku bergidik ngeri membayangkan istriku galak dan cerewet seperti mommy.

"hai... Mom... " sapaku pada mommy dan memberikan pelukan dan ciuman hangat.

"hai dad..." hal yang sama aku lakukam pada daddy.

"hai adik kecil..."

" Kee.... Gue udah gede kali dan udah kerja!" protes Abby.

"oh ya?" tanyaku tak percaya.

"aku bekerja di kantor daddy...." dia nyengir dan well, itulah dia.

"mana pacarmu? Tidak kau bawa pulang?!" celetuk Abby.

"kamu aja jadi pacarku ya?"

Aku nyengir melihat Abby yang bergidik dan melepaskan pelukannya dariku.

"dasar dokter sableng!"

"Abb...ga baik ahhh... Kee baru pulang... Jangan sampai dia balik lagi ke German..!" mommy menengahi.

"kamu juga Kee! Masak adiknya mau dijadikan pacar!"

See... Mommy ngomel lagi.

Itulah mommy ku tersayang.

"Kee becanda mi....." aku memeluk mommy.

"untung bukan mommy yang diajak pacaran! Daddy bisa kebakaran jenggot! Hahahhaa...." Abby tertawa dan berlari sebelum daddy bisa menjewer telinganya.

"dasar anak nakal...Abby...tunggu yaa...." daddy mengejar Abby yang tertawa menuju parkiran.

Namun beberapa langkah juga daddy udah mengeluh pinggangnya sakit.

"ahhh... Makanya sayang...udah tua ga usah banyak tingkah deh..." ucap mommy yang segera menghambur kearah daddy yang memegangi pinggangnya.

Aku tersenyum geli melihat kedua orang tuaku. Mereka saling mencintai dan apakah aku akan mendapatkan wanita yang juga mencintaiku seperti mommy mencintai daddy?

Kurasa jawabannya tidak.

Aku tidak ditakdirkan untuk menikah kurasa.

Yeahh...

Mungkin aku bisa mengadopsi anak saja untuk menjagaku saat aku tua nanti.

"perlu ku gendong dad??" candaku yang membuat daddy merengut kesal.

"Kee...." mommy memperingatkan supaya candaanku tidak dilanjutkan.

Aku hanya nyengir dan membantu mommy memapah daddy.

-

Makan malam

Ini yang paling aku rindukan dari keluargaku.

Kali ini aku membantu mommy memasak. Selama di German aku belajar memasak dan well kurasa masakan mommy semakin lezat atau aku saja yang sudah lama tidak makan masakan mommy ya?

"A... Jarang pulang mom??" tanyaku masih sambil mengaduk sup.

"dia selalu pulang malam dan mabuk!" mommy mendesah dan melepaskan celemeknya.

"Kee.." aku menoleh pada mommy yang kini menatapku tajam.

Woooo...apa ini?

Sidang dadakan?

Mommy melipat kedua tangannya didada dan menungguku merespon.

Oke, ini interogasi ala mommy. Tak seorangpun akan luput dari pengamatannya.

Daddypun akan tunduk pada mommy kalau mommy sudah mode serius begini.

Aku mematikan kompor setelah memastikan rasa sup itu sudah pas.

"ceritakan...." ucap mommy.

Duhh.. Mata mommy udah kaya mata superman aja. Seakan ada lasernya.

"a-apa mom?" see. Aku gugup.

Pasti ketahuan kalau bohong.

Padahal umurku sudah hampir tiga puluh tahun dan aku sudah jadi dokter spesialis anak ternama tapi mommy masih bisa mengintimidasiku dengan tatapannya.

"Keenan Smith......"

Fix.

Mommy akan segera jadi pengacara.

Pengacara?

Sonya...

Dimana dia sekarang?

Apa dia memikirkanku?

"ehm..."

"shit!" aku mengumpat saat tanganku menyenggol panci sup tadi karena suara mommy membuatku kaget.

"dengar... Mommy mengandung kalian berdua selama sembilan bulan jadi jangan katakan tidak ada apa-apa atau tidak tahu!"

Merinding.

Suer aku merinding mendengar mommy mengingatkan bahwa telah mengandung kami selama sembilan bulan.

"makan malam masih setengah jam lagi...dua puluh menit untuk menceritakan apa yang terjadi empat tahun lalu Keenan..." mommy mengambil kursi dan duduk dengan santai.

Ya...dengan santai sementara aku sudah berkeringat dingin.

"mom..."

"Keenan.... Mommy ga suka rahasia-rahasiaan ah..." mommy menepuk bangku disebelahnya supaya aku ikut duduk.

Dengan ragu aku duduk disamping mommy.

"nah sekarang ceritakan sama mommy..."

Aku menatap mommy. Sebegitu parahnya kah Arion?

El hanya mengatakan Arion sekarang berbeda dengan Arion empat tahun lalu.

"kamu pasti tahu bukan kenapa A jadi begitu?"

Aku melirik mommy.

"wanita?" yah. Tepat sasaran mom.

"um... aku tidak tahu pasti mom... Tap-"

"to the point Kee.. Mommy ga suka berbelit-belit!" tegas mommy.

Fiuhhh...

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal dan nyengir.

"kenapa kamu tiba-tiba ke German dan Arion tiba-tiba jadi playboy dan suka mabuk?!"

Mommy dah..main nembak aja.

"Gabby mom..." ucapku akhirnya.

"Gabby? Gabriella maksud kamu? Jadi kalian memperebutkan Gabby?" mommy geleng kepala.

"No mom...cuma A!" ucapku memotong sebelum mommy berfikiran aneh-aneh.

"Kee...bisa jelaskan ke mommy tanpa berputar-putar begitu?"

"gini mom...sebenarnya Gabby cinta mati sama A tapi mommy tahukan dia itu kaku sekali..."

Mommy mengangguk-angguk.

"hari itu saat kecelakaan Gabby mengajak A ke Singapore untuk liat konser Cold play tapi..."

"anak nakal itu menolaknya?" aku mengangguk.

"lalu kenapa A jadi begini? Bukankah dia tidak menyukai Gabby kalau dia menolak ajakan Gabby?"

"masalahnya.... Um... Kee rasa A suka pada Gabby tapi dia terlalu gengsi...hahhaha..."

Aku menoleh saat Abby berteriak histeris dan gembira.

"jadi??" mommy menarik perhatianku lagi.

"saat itu pesawat yang ditumpangi Gabby mengalami kecelakaan mom... Semua penumpangnya.."

"astaga...." mommy menutup mulutnya kaget.

Well, aku saja sampai sekarang masih berharap bisa bertemu dengannya.

"yeahhh... Semua penumpangnya dinyatakan meninggal mom..." aku menunduk.

Aku masih merindukan sahabatku itu.

"meninggal?" tanya mommy.

" jadi A seperti ini karena Gabby? Gabriella Fulston itu?"

Aku menatap mommy.

Apa mommy kurang jelas ya?

Memangnya ada berapa Gabby yang akrab denganku coba?

Hanya Gabriella Fulston yang aku kenalkan pada mommy dan akrab dengan mommy.

"astaga...." mommy geleng kepala.

"kalau mommy tahu dari dulu mommy jodohkan saja mereka berdua!"

Brak!

Mommy menggebrak meja yang membuatku terlonjak kaget.

"dijodohkan? Bagaimana bisa dijodohkan sih mom...Gabby kan sudah meninggal... Mommy ngawur deh..." aku tertawa kecil.

"kamu yakin Gabriella Fulston sahabatmu itu kan?" tanya mommy lagi.

"ihhh.... Mommy udah pikun ya? Kee kan dari tadi bilang iya.... Emang berapa banyak sih mom temen cewek Keenan?!"

Mulai kesal aku dibuatnya.

"perlu mommy sebutkan pacar-pacar kamu?"

What?

"Stella? Ana?Lola? Yunni?Febby?..."

Astaga...

Darimana mommy tahu?

Apa mereka mendatangi mommy saat aku di German?

"ummm... Sonya?"

Deg.

Deg.

Deg.

Nama terlarang itu....

Nama yang kukubur dalam-dalam selama empat tahun ini.

Ternyata aku masih belum baik-baik saja saat mendengar namanya disebut.

Jantungku masih berdebar tak beraturan.

Cinta ini...

Masih ada...

Ya... Cinta ini masih ada...

"ok! Sekarang mommy akan jodohkan Arion!!"

What?

Dijodohkan?

Arion??

Arion sodara kembarku?

Kakak yang lebih tua tujuh menit dariku?

Astaga....

Apa aku ga salah dengar ya?

Mommy mau jodohin Arion?

Dengan siapa coba?

"mommy becanda ya? Memang gadis mana yang mau mommy umpankan?"

Plakk!!

"dasar bocah nakal!" seru mommy.

"memangnya anak mommy ikan pakai dikasih umpan?!" aku meringis sambil menggosok kepalaku yang baru di jitak mommy.

"yaa... Habisnya zaman siti nurbaya aja mom..."

Mommy berfikir sejenak.

Nah... Pasti bingung anak gadis siapa yang akan dia jodohkan dengan Arion.

"udah ada ide mom Arion mo dijodohin sama siapa?"

"ummm...yah... Tentu saja sama Gabriella Fulston! Siapa lagi?!!"

"what?! Mom...are you kidding?!"

"no.." jawab mommy santai.

Mommy berdiri dari duduknya.

"mom...tapi Gabby sudah meninggal! Masak iya Arion mau jodohnya sama makhluk gaib?!"

Aku benerkan?

Mommy melotot padaku.

"saatnya makan Kee... Bawa sup nya ke meja makan..." ucap mommy sambil membawa perkedel dan ayam goreng.

Astaga!

Mommy...

Apa mommy kena alzheimer ya?

Benarkah?

Apakah mommy punya penyakit serius yang aku ga tahu?

Astaga...

Bagaimana kalau mommy...

Gila?

Bukan!

Bagaimana kalau mommy sedang sakit keras?

Bagaimana dengan daddy kalau mommy sakit parah?

Apa daddy tahu?

Apa semuanya tahu makanya semua terlihat menurut dengan mommy?

Arion.

Dia mabuk apa karena penyakit mommy?

Benarkah?

Jadi... Mommy sakit apa?

Mommy...

Mataku memerah membayangkan hidupku tanpa mommy.

God... Jangan ambil mommy ku...