webnovel

Hubungan Yang Indah

Gadis dengan paras yang cantik dan rambutnya yang sudah tersisir rapi itu hanya terdiam tidak melihat ke arah Noah. Noah mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya dan memberikan ke telapak tangan Nathali. Nathali hanya melihat benda yang sebenarnya selalu di bawa oleh Noah ke mana pun Noah pergi.

"Ini sapu tangan dengan coretan tangan Kakak yang Kakak buatkan untukku. Aku rindu dengan senyum dan jeweran telingan kamu, Nat." Noah memeluk kakaknya dari aarah samping dan Noah menyandarkan kepalanya pada pundak Nathalia.

Nathali hanya meremas saputangan di tangannya, tapin tetap tidak merespon apa yang Noah katakan.

***

Di dalam kamarnya, Lana tersentak kaget saat pintu kamarnya di ketuk oleh mamanya dari luar. Lana segera bangkit dan mencari di mana keberadaan Noah, karena dia tidak tau jika Noah sudah pergi dari dalam kamarnya.

"Lana, buka pintunya," teriak mamanya dari depan pintu.

"Sebentar, Ma." Lana mencari Noah di dalam kamar mandi, bahkan di bawah tempat tidur. "Apa dia sudah pergi?" Lana segera membuka pintunya dan melihat mamanya yang wajahnya sudah sangat kesal karena Lana lama sekali membuka pintu.

"Kenapa kamu lama sekali membuka pintu?"

"Aku barusan bangun, Ma. Tadi juga aku mau cuci muka dulu."

"Apa kamu tidak mau masuk sekolah? Kenapa kamu baru bangun?" Wanita itu bersedekap di depan putrinya.

"Aku masih pusing, Ma. Apa tidak boleh aku libur masuk sekolah hari ini?"

"Libur? Kamu tidak pernah meminta libur sekolah walaupun sedang tidak enak badan, kenapa sekarang kamu manja begini?"

"Iya, aku akan bersiap-siap." Lana tidak mau berdebat lebih lama dengan mamanya, dia akan mengikuti keinginan mamanya. Sebenaranya Lana memang masih kurang enak badan, apalagi ditambah sedikit shock dengan kedatangan Noah, tapi kemudian dia bisa tidur nyenyak.

Mamanya keluar dari kamar Lana, dan Lana bersiap-siap karena akan berangkat ke sekolah. "Kepalaku kenapa masih pusing?" Lana memegangi kepalanya. Kemudian dia mengambil tasnya dan turun ke lantai bawah untuk makan pagi dengan semuanya.

Lana berangkat ke sekolah di antar oleh supir, setelah mengantar adiknya Leon, supir Lana menuju sekolahan Lana. Lana masuk ke dalam kelasnya dan dia tidak melihat Mara. Sampai pelajaran di mulai pun Mara tidak masuk sekolah.

"Apa dia tidak masuk sekolah? Anak itu selalu saja bisa berbuat sesukanya." Lana mengikuti pelajaran dengan kepala yang masih terasa pusing.

Saat jam istirahat Lana memilih di dalam kelas, Lana duduk sendirian di bangkunya, sebuah buku yang pernah di bawa oleh Noah sedang dia bawa. Lana tersenyum menginat kejadian dia dan Noah, bahkan ciuman itu juga Lana masih mengingatnya.

Tidak lama ponsel Lana berdering dia melihat nomor yang tidai dia kenali. Kedua alis Lana mengkerut. "Halo."

"Hai, Lana. Bisakah kamu melihat di luar jendela?"

Lana agak kaget, ternyata yang menghubunginya adalah Noah. Lana segera beranjak dari bangkunya dan melihat di luar jendela. Dari atas Lana bisa melihat Noah yang tersenyum padanya. "Noah! Kamu kenapa bisa ada di sini?"

"Aku akan menunggu kamu pulang sekolah.

"Tapi bagaimana dengan supirku? Aku tidak bisa bertemu dengan kamu, aku tidak mau mendapat masalah lagi dengan keluargaku."

"Kamu tenang saja, aku akan mengaturnya."

Lana merasa sangat heran. Tidak lama bu guru Lana masuk ke dalam, dan Lana dengan cepat mematikan ponselnya dan segera kembali ke bangkunya. Lana benar-benar di buat berpikiir oleh Noah. Apa Noah akan mengajaknya pergi lagi? Tapi bagaimana caranya? Mara sedang tidak ada di sini, dia nanti alasan apa?

Tidak lama bel pulang pun berbunyi. Lana turun dari lantai kelasnya dengan malas, karena memang kepala Nala masih agak pusing. Lana melihat tidak ada mobilnya di sana. Dia tampak sangat bingung.

"Hai." Tiba-tiba Lana di peluk oleh Noah dari belakang. Lana tampak sangat kaget. Lana segera melepaskan pelukan Noah dan berbalik melihat Noah. "Noah? Kamu jangan memelukku seperti ini!" ucapnya pelan dan terkesan ketakukan.

"Kamu takut terlihat oleh supir kamu?"

"Iya, tapi di mana supirku? Apa sedang berada di kamar mandi?" Lana celingukan.

Tiba-tiba tangan Lana di tarik pergi oleh Noah dari sana. Lana di ajak ke arah motornya. Lana benaran sangat bingung.

Lana terlihat masih kebingungan, dia masih penasaran di mana supir pribadinya?

"Kamu kenapa? Apa mencari supir kamu?" Lana mengangguk beberapa kali. "Dia sudah aku suap dan aku suruh pergi dari sini."

"Apa?" Muka Lana tampak terkejut mendengar hal itu. "Maksud kamu? Kamu suap bagaimana?"

"Aku bilang saja kalau aku kekasih kamu, tapi orang tua kamu tidak boleh mengetahuinya. Supir kamu baik juga, dia pernah pacaran diam-diam karena orang tua ceweknya tidak merestuinya. Jadi dia bisa mengerti akan hal yang aku rasakan.

"Tapi, kita tidak sedang pacaran, Noah," ucap Lana lirih.

"Iya, kita tidak pacaran, tapi hanya dekat." Noah mendekatkan tubuhnya pada Lana. Sangat dekat, bahkan tidak ada jarak di antara mereka.

"Noah. Jangan terlalu dekat begini. Aku tidak mau di lihat oleh guru dan teman-temanku yang ada di sini."

Noah tersenyum. "Ya sudah! Kalau begitu kita pergi dari sini." Noah memakaikan jaketnya pada Lana, dan mengajak Lana pergi dari sana."

"Noah, aku tidak bisa pulang terlambat. Lagian aku juga masih tidak enak badan, aku agak pusing."

Noah menempelkan telapak tangannya pada dahi Lana. "Tidak panas, tapi wajah kamu agak pucat. Kamu ikut aku saja. Aku yakin setelah ini kamu akan baikkan."

Lana menurut saja apa kata Noah. Dia berharap dia akan baik-baik saja nantinya. Lagipula Lana mulai menyukai saat-saat bersama Noah. Bagi Lana, Noah adalah orang yang bisa membuatnya nyaman, dan merasa hidupnya berwarna sekarang.

"Noah, kenapa kita ke klinik?" tanya Lana heran saat motor Noah berhenti tepat di sebuah klinik.

"Memeriksakan keadaan kamu." Noah turun dan diikuti oleh Lana. Noah mendaftarkan Lana kw bagian pendaftaran, lalu mereka duduk dan menunggu untuk di panggil.

Beberapa orang yang ada di sana, melihati Noah dan Lana. Mereka seolah mencurigai Noah dan Lana yang saat itu masih menggunakan seragam sekolahnya.

"Kalian melihati apa? Adikku sedang sakit! Apa ada masalah!" bentak Noah kesal.

Lana memegang tangan Noah, mencoba menenangkan Noah. Tidak lama mereka di panggil. Noah masuk ke ruang periksa dan menunggu Lana yang sedang di periksa oleh seorang dokter yang cantik.

"Dia tidak apa-apa. Kamu istirahat dulu. Jangan sampai telat makan ya, Lana?" Lana mengangguk. Dokter itu memberikan resep yang nanti harus diambil oleh Lana.

"Terima kasih, ya, Dok."

"Sama-sama. Kalian ini--?"

"Dia adikku, Dok. Hanya dia yang aku miliki di dunia ini, aku sangat sayang sama dia." Kedua mata Lana mendelik, dan Noah malah mengedipkan salah satu matanya pada Lana.

Mereka segera pergi dari tempat itu setelah membeli obat untuk Lana. Noah berhenti di sebuah toko dan membeli beberapa roti untuk Lana. Setelah itu mereka pergi ke tempat di mana Lana tidak menyangka akan di bawa Noah ke sana.