Secara perlahan, api Brajamusti telah padam lalu Fadil dan Ayahnya berjalan kembali masuk ke dalam rumah. Sang Ayah memegang pundak Fadil, sambil memuji kehebatan anaknya. Fadil sangat senang, mendapatkan pujian dari Ayahnya. Sebab, selama ini beliau sangat sibuk dengan pekerjaannya. Berbincang berdua, merupakan suatu yang langka bagi Fadil. Kemudian, mereka berdua duduk kembali di ruang tengah sambil memandang televisi. Sedangkan Luna dan Sarah, duduk di samping Fadil dalam wujud tidak terlihat.
"Fadil kamu harus ingat, seberapa saktinya dirimu. Jangan pernah kamu gunakan untuk kejahatan, melainkan untuk kebaikan. Kekuatan yang besar, membutuhkan tanggung jawab yang sangat besar. Kamu harus ingat itu," pesan Sang Ayah kepada anaknya.
"Iya Ayah," timbal Fadil mendengar dan mengerti dengan pesannya.
"Oh iya, Ayah dengar dari ibumu. Sebelum kakekmu meninggal, kamu sempat bilang ingin jadi orang kaya dan punya istri dua?"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com