webnovel

Bab.9. Menjadi Bahan Gunjingan

Mataku terbelalak melihat Mas Fatir tepat di depan mataku. 'Apa Mas Fatir benar-benar melupakan aku dan anak-anak???' ucapku dalam hati tanpa mengalihkan pandanganku pada ke enam orang yang tak jauh dari tempat Aku dan Pak Zulfikar duduk. Hingga Pak Zulfikar mengejutkanku.

"Ada apa Bu Viana???" tanya Pak Zulfikar. Karena aku tak merespon, Ia pun mengikuti arah pandang ku. "Lho...bukannya itu Pak Fatir???" ucapnya sedikit terkejut.

"Bapak kenal sama suamiku???" tanya Viana. Sontak membuat Pak Zulfikar terkejut.

"Apa...!!!! Dia... suami Bu Viana?" Pak Zulfikar semakin terkejut saat ku katakan jika Mas Fatir suamiku.

" Iya Pak...!!! Ya sudahlah...buat apa di bahas...!! terusin aja pak makannya." pintaku pada Pak Zulfikar. Aku tak mau jika Pak Zulfikar tau masalah rumah tanggaku.

"Waaaaaaaaah...makin mesra aja ni!!! Kapan sih di resmikan???" tanya salah seorang teman Mas Fatir.

"Gimana mau nikah bro...lah si Fatir belum ceraikan istri nya...!!! " timpal salah satu teman Mas Fatir.

"Tenang aja...Aku Uda ajukan surat cerai ke pengadilan.. bentar lagi aku akan pisah dari Viana dan aku akan meresmikan hubunganku dan Rani.." ujar Mas Fatir percaya diri.

"Wahhh kamu serius Fatir...???" tanya teman wanita Mas Fatir.

"Serius dong...lagian, siapa juga yang tahan sama wanita yang bau, hanya pakai daster tiap hari, trus ngga pernah dandan...gimana suami mau betah!!! Mending sama Rani...cantik, merawat diri pokoknya.....ngga salah pilih... " sarkas Mas Fatir.

"Gimana anak Kamu???" tanya teman Mas Fatir.

"Anak Mas Fatir akan tetap sama ibunya, lagian aku ngga mau di repotin sama bocah...Aku mau nikmatin berdua aja sama Mas Fatir..!!! iya kan Mas. Ucapan Rani dijawab anggukan oleh Mas Fatir.

"Iya dong...masa tinggal sama kita...biarin aja Viana tang rawat anak-anak, Aku kan mau senang-senang sama kamu Ram...!!! Lagian ai Viana tu suka banget ngomel-ngomel, boros pula.... di kasih jatah bulanan aja masih suka ngeluh..ngga pernah ada syukur-syukurnya jadi istri....Apalagi soal di ranjang....beeeeh...ngga bisa muasin...hahahahahahah" jelas Mas Fatir membuat mereka yang ada di meja makan tertawa bersama.

"Waaahhhj bener-bener ya....!!!" ucap salah satu teman wanita Mas Fatir sambil geleng-geleng kepala tak percaya mendengar penuturan Mas Fatir.

"Ayo... silahkan pesan apapun yang kalian suka... Aku yang traktir....anggaplah ini perayaan untuk peresmian hubunganku dan Rani...!!!" Ucap Mas Fatir terlihat begitu bahagia.

Mendengar ucapan orang-orang yang tak berguna itu membuat darahku panas, aku tak terima mereka menghinaku seperti ini. Kuhentikan acara makan ku. lalu aku berdiri menuju meja Mas Fatir. Hal itu membuat Pak Zulfikar ikut merespon.

"Bu Viana....tunggu dulu...tenang dulu....jangan di ladeni..!!" ucap Pak Zulfikar mencoba menenangkan diriku. Namun karena amarah yang sudah memuncak sampai ubun-ubun, Aku tak perduli dengan perkataan Pak Zulfikar.

Byuuuuuuur....

Segelas jus jeruk tandas tersiram di kepala Mas Fatir.

"Apa-apaan ini siapa yang...." ucapan Mas Fatir terhenti saat melihat diriku tepat berdiri di sampingnya.

"Vi..!!!!" Mas Fatir tergelak ketika melihatku.

"Sudah bangga menceritakan semua keburukan istri Mas???? Tanyaku penuh emosi pada Mas Fatir. Namun tak ada jawaban darinya.

"Apa Mas tak tau malu sudah membicarakan keburukan Mas Sendiri???? Dengar ya kalian semua, Aku akan berkata sejujur-jujurnya dan aku bersumpah demi anakku. Kalian tau kenapa aku tak berdandan dan hanya menggunakan daster lusuh di rumah???? Kalian ingin tau mengapa Mas Fatir mengatakan Aku tak cantik seperti selingkuhannya???" tanyaku pada orang-orang yang ada di meja bersama, dan sengaja menekankan kata selingkuhannya di akhir kalimat.

"Dengar, Selama ini Mas Fatir hanya memberikan Aku nafkah satu juta sebulan. Dia pun menyuruhku tetap berhemat. Kalian tahu kan berapa gaji seorang Mandor yang bekerja di perusahaan sawit..!!!!?? Apa Dia fikir uang satu juta itu cukup untuk kebutuhan Aku dan kedua anakku??? bagaimna aku bisa membeli baju baru sedangkan Mas Fatir tak mencukupi jatahku sebulan??? Bagaimna mungkin aku bisa tampil cantik dan harum jika Mas Fatir tak memenuhi tanggung jawabnya memberikanku uang lebih!!!!??? Bagaimana bisa aku memuaskan dia si ranjang sedangkan sudah setahun dia sudah di puaskan oleh si pelakor yang tak tau diri ini.!!!!!! sengaja Aku menyudutkan Rani agar wanita itu tahu posisinya. Biar Ia mendapat hukuman sosial dari lingkungannya. "Dia bilang Aku boros???? sedangkan uang Satu juta itu hanya cukup dua Minggu. Dia lebih mementingkan orang tuanya dan selingkuhannya daripada Aku istri sahnya dan kedua Anaknya!!!! Apa Kalian tahu tugas suami itu???? memberi nafkah, dan mencukupi kebutuhan anak dan Istri. Uang suami uang istri!!!!!!" Aku sengaja menegaskan pada Mas Fatir uang suami adalah uang istri, karena selama ini Ia lebih mementingkan orang tua nya.

"Apa kalian tau bagaimana aku harus memutar otak agar kebutuhan kedua anakku terpenuhi????" Aku tak mau lagi menutup-nutupi semua keburukan Mas Fatir, biarkan semua orang tau. Apalagi kafe saat ini sedang ramai, pasti Mas Fatir malu.

"Bangga sekali Mas menceritakan kepada rekan-rekan Mas tentang aibku. Apa Mas tak sadar sudah menceritakan aib Mas Sendiri.?????" Dan kalian, apa kalian sadar telah melakukan dosa dengan menggunjing???" Coba kalian yang di posisiku saat ini?? bagaimana sakitnya digunjingkan oleh pasangan kita sendiri???? tanyaku semakin geram melihat Mas Fatir yang hanya tertunduk mendengar ucapan ku

"Tenang saja Mas, Aku tidak akan bermohon dan bersimpuh apalagi tergila-gila ingin kembali padamu. Dan kamu tenang saja, Aku masih bisa memenuhi kebutuhan Anak-anakku, bila Mas tak menginginkan mereka. Simpan saja uangmu untuk memuaskan selingkuhanmu Mas!!!" ucapku dengan tegas sambil menunjuk ke arah Rani.

"Satu hal yang Aku minta Mas, segera ceraikan Aku!!!! agar aku bisa bebas dari dirimu dan keluargamu...!!!! Aku tunggu Mas!!!" Ucapku dengan sangat tegas pada Mas Fatir. Wajahnya terlihat memerah menahan amarah sekaligus malu secara bersamaan. Dia pikir aku akan takut dengannya???? Heh....jangan harap!!!!

Akupun kembali ke meja dimana Pak Zulfikar berada. Aku yakin Pak Zulfikar sudah melihat semuanya, entah apa penilaiannya terhadapku??? Terserahlah...!!!

"Maaf Pak...atas ketidaknyamanan ini...!!! saya harus pulang, kasian anak-anak di rumah sudah menunggu.." ucapku pada Pak Zulfikar. Tak ada jawaban. Pria itu hanya menatapku tanpa ekspresi dan tanpa berkedip.

"Assalamualaikum Pak....permisi..."!!!!ucapku memberi salam kemudian berlalu meninggalkannya.

Semua mata pengunjung kafe tertuju padaku. Entah apa penilaian mereka terhadap diriku yang bersikap sedikit bar-bar. Aku tak perdui. Yang penting saat ini beban pikiranku sedikit berkurang. Ku tinggalkan Kafe Melati dengan mengendarai motor matic ku, untuk kembali ke rumah menemui anak-anak ku yang menjadi alasanku agar tetap kuat menjalani hidup.