webnovel

Ch. 169

Sehun rasanya lelah sekali, sungguh. Ia hanya lelah, bukan menyerah, okey? Niat awalnya Sehun akan menitipkan Jinyoung dan Haowen pada si Tua bangka atau si Kris tonggos. Hanya saja niat itu ia urungkan karena bagaimanapun, ia tidak ingin membuat dua anaknya itu lebih sedih lagi dari ini.

Meraih ponselnya, Sehun menelfon Suho, si sekretaris paling berguna sepanjang masa. Masa bodoh dengan ini yang sudah masuk tengah malam. Sehun tak peduli.

"Halo?"

"Jajan-"

"Tak usah bicara kau! Aku tau apa yang harus aku lakukan. Selamat malam."

Pip.

Sambungan di putus sepihak oleh si kecil Suho. Kurang ajar sekali memang. Menatap layar ponselnya cukup lama, setelah itu baru kembali lagi menelfon Suho. Ia harus mengatakan sesuatu!

"Apa lagi?!" Suho terdengar kesal dari seberang sana. Ini sudah lewat jam tidurnya dan si pria sialan itu terus saja merecoki malam tenang miliknya.

"Harus aku yang mematikan telfon. Tak peduli apapun itu! Bye!"

Ajaib memang, anaknya sedang mendekam dalam kedinginan malam di balik jeruji besi, dan ia sibuk mempermasalahkan siapa yang harus memutus sambungan telfon? Dan anaknya masih mencintainya? Anaknya lebih ajaib lagi ternyata!

Lama terdiam dalam gelapnya malam, Sehun mulai mengacak-ngacak lagi ponselnya. Siapapun yang akan ia telfon setelah ini, dia harus mengangkatnya dan harus Sehun yang memutus sambungan.

Sehun memiliki komplikasi tertentu dengan kata 'di putuskan'. Dia alergi!

"Apa kau tak bisa sabar menunggu pagi sebentar lagi?!" Suara berat di ujung sana membuat Sehun mendecih kesal. Memang dia akan peduli? Tidak! Maaf-maaf saja.

"Mari tetapkan dua tersangka!" Ujar Sehun tanpa beban. Ini masalah anaknya dan itu harus diutamakan. Tak peduli apapun!

"Siapa?" Kris, pria bersuara berat di ujung sana mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia terlalu malas berpikir di pagi-pagi buta begini. Otaknya masih membeku.

"Choi Seungcheol dan ayahnya. Bahkan Lucas dan Xukun juga berpikiran begitu." Jelas Sehun. Teman dekat anaknya itu baru saja mengirim pesan sekitar tiga puluh menit yang lalu. Dan Sehun mengamini ucapan dua anak itu.

"Kenapa?" Tanya Kris yang sudah sepenuhnya sadar. Tidur bisa ia lanjutkan nanti sepertinya.

"Hanya dua Undur-undur itu yang mencari masalah dengan Jasper terakhir kali."

Kris membenarkan, tapi sepertinya itu ada yang kurang. Bahkan setengah dari diri Kris tidak mendukung pemikiran adiknya itu kali ini. Terlalu mudah di tebak jika seperti itu.

"Kita bicarakan nanti siang. Otakmu terlalu bodoh saat ini." Kris berujar santai. Membiarkan Sehun dengan geraman tertahannya yang Kris abaikan. Masa bodoh saja ya.

"Aku tidak ingin masalah anakku di tunda-tunda dan aku harap, tidak! Aku mewajibkan kalian untuk benar-benar ada nanti siang. Bye!"

Pip.

Kris hampir saja membangsatkan adiknya jika tidak ingat akan ada Jiyeon yang akan dengan penuh suka cita memelintir pusarnya sekeras yang wanita itu bisa.

Tidak akan Kris biarkan! Kris masih menyayangi dan mencintai pusarnya yang berharga itu dengan sepenuh hati.

**

Jasper hanya menatap malas pada penghuni yang saat ini satu sel dengannya menggunakan raut tak bersahabat miliknya.

Jasper kira hanya dirinya yang mendapat masalah hari ini, ternyata masih banyak juga yang bernasib sama dengannya.

Bisik-bisik masih terdengar jelas di telinga Jasper. Bagaimana mereka memperkirakan semua harga dari apa yang ia gunakan saat ini. Padahal Jasper hanya mengenakan baju kaos biasa, tak lebih.

"Dia pasti anak orang kaya."

"Wajahnya menggambarkan semuanya."

Jasper hampir saja tertawa terpingkal-pingkal saat mendengar bisikan mereka. Apa katanya? Wajahnya menggambarkan semuanya? Sungguh? Bodoh sekali.

"Aku yakin jika dia juga melakukan perawatan mahal, lihat saja kulitnya yang terlihat lembut dan bercahaya."

Ini lebih menggelikan! Perawatan?! Perawatan macam apa? Yang benar saja! Jasper cukup percaya diri dengan wajah tanpa polesan make up ataupun bedak tipis di kulit selembut bayi miliknya.

Setidaknya itu yang dikatakan Lucas dan Xukun tentang wajahnya.

Ah, ngomong-ngomong... Xukun dan Lucas? Bagaimana reaksi anak itu ya? Jasper lumayan penasaran.

"Hei."

Jasper melirik dengan tatapan datarnya, seperti biasa. Siapa yang mereka maksud ini?

Melihat semua orang yang menatap padanya, Jasper tau. Objek 'hei' yang tadi adalah dirinya.

"Kau masuk kesini karena apa?"

Jasper berpikir sebentar, benar juga. Dia ada di balik jeruji ini saat ini karena apa? Ia juga tak tau.

"Entahlah." Singkat, seperti biasa ya.

Hening kembali menyapa, tak ada lagi yang bersuara. Bahkan tak ada lagi bisik-bisik yang terdengar. Sudah cukup lelah hanya dengan melihat wajah Jasper mungkin?

"Anak kecil di ujung sana, kenapa bisa ada di sini?" Tanya Jasper seraya menunjuk pada bocah yang hanya memeluk lututnya dengan kepala yang terbenam diantara tekukan lututnya.

"Karena bertahan hidup." Tiga kata yang membuat Jasper langsung berpikir bahwa setelah ia keluar dari sini, itu juga jika memang ia bisa, ia juga harus mengeluarkan anak kecil yang menyendiri itu.

"Lebih rinci?"

"Mencuri sedikit makanan untuk perutnya."

Jasper mengangguk pelan. Hidup memang sesulit itu ternyata, apa belas kasih antar manusia sudah tidak ada? Terkikis oleh kesombongan dan pangkat tinggi yang menggantung indah di bahunya?

Tidak semua memang, tapi kebanyakan.

**

Yoojung memandang hampa layar ponselnya. Mengusap lembut foto pria yang beberapa bulan ini sudah mengganggu kinerja otaknya.

Ya.

Jasper.

Yoojung yakin jika masalah yang saat ini menimpa Jasper pasti karena adu hantamnya dengan Suengcheol waktu itu.

"Jasper, aku mohon maafkan aku." Bisik Yoojung dengan tangan kanan yang mulai meremat pelan dada kirinya. Sungguh, rasanya sakit sekali.

"Jika tau seperti ini, aku tidak akan membiarkan hal seperti waktu lalu terjadi. Aku... aku benar-benar minta maaf." Bisik Yoojung.

Awalnya bertemu dengan Jasper memang bukan sesuatu yang bisa di sebut spesial atau romantis. Hanya hal-hal biasa.

Namun semakin kesini, Yoojung rasanya memiliki ketergantungan sendiri dengan sosok Jasper. Hingga tanpa sadar membuatnya tak ingin kehilangan sosok tersebut.

Klise memang, pangeran kampus seperti Jasper yang dikabarkan akan memulai kencan dengan Mahasiswi biasa seperti Yoojung. Kisah-kisah negri dongeng itu biasanya selalu berakhir bahagia, tapi entahlah dengan kisahnya kali ini.

Kehidupannya sekarang bukan berada di negri dongeng, ia hidup di realita dunia yang sungguh benar-benar kejam.

Drrt... drrt... drrt...

"Jika kau ingin bertemu dengannya, temui kami di depan gerbang kampus. Sekarang."

TBC

SEE U NEXT CHAP

THANK U

HABE A NICE DAY

DNDYP