webnovel

Ch. 162

Sehun memarkirkan mobil hitam mengkilatnya di area parkir restoran keluarga yang baru saja ia datangi.

Ceklek.

Blam.

"Dad, boleh pesan apa saja?" Tanya Jinyoung tanpa mau repot-repot mengalihkan pandangannya pada Sehun.

"Boleh. Asal perut kecilmu mampu menghabiskannya." Ujar Sehun seraya membuka sabuk pengamannya.

"Perutku elastis, Dad."

Ceklek.

Blam.

Menerjang pintu mobil lalu berlari dengan jurus seribu bayangan untuk memasuki restoran. Surga bagi mulut kelaparannya.

Ceklek.

Blam.

Nah, yang ini Jasper. Berlalu santai meninggalkan Sehun dan juga gadisnya di dalam mobil.

"Yoojung, tak ikut keluar?" Tanya Sehun melirik ke kursi belakang. Dua penumpang yang lainnya malah sudah mengambil meja dan duduk tenang menunggu makanan.

"Apa aku bisa menunggu di sini saja, Paman?" Tanya Yoojung dengan mata bulatnya yang jernih.

Paman? Sehun membathin tak percaya. Xukun dan Lucas saja langsung memanggil 'Daddy' padanya. Gadis ini? Paman? Hell!

"Tidak. Dua manusia itu," menunjuk Jasper dan Jinyoung yang tengah perang sumpit di dalam Restoran sana, "tidak akan memakan waktu yang singkat untuk makan." Jelas Sehun seraya membukakan pintu mobil untuk Yoojung.

Kurang baik apa lagi Sehun?

"Aku tidak enak, sungguh." Tolak Yoojung dengan wajah yang memelas meminta belas kasihan.

"Tak perlu merasa tak enak, ayo." Tersenyum manis pada Yoojung yang hanya mengangguk pelan dan perlahan keluar dari mobil di ikuti Sehun yang berjalan di sisi

**

Tak...

Tak...

Tak...

"Aku sudah menandai udang ini jauh di lubuk hatiku yang terdalam!" Sungut Jasper seraya menyingkirkan sumpit Jinyoung yang mencoba melarikan udang miliknya.

"Udang ini sudah di gariskan Tuhan untukku." Balas Jinyoung sengit. Enak saja! Sumpitnya juga sudah semangat 45 menancapkan dirinya pada daging udang.

"Pantatmu!" Sungut Jesper seraya menendang kecil tulang kering Jinyoung.

"Berbagi saja." Ujar Sehun menengahi. Pusing Sehun jika setiap makan di luar anak-anaknya ini selalu saja memperebutkan hal yang sama.

"Dad..." Jinyoung memulai jurus 'mata kaca anti tolak' miliknya. Biasanya berfungsi pada Sehun. Entahlah untuk sekarang ini.

"Nah, Yoojung. Makanlah." Menyodorkan Steak yang baru saja ia potong-potong tepat kehadapan Yoojung yang hanya mengangguk kaku padanya.

Tak.

"Hyuung!!" Jinyoung menjerit tertahan. Sudah Sehun tidak mengacuhkannya di tambah lagi udang miliknya yang sudah mendarat lancar di mulut Jasper.

"Sudahlah, makan saja." Ujar Sehun seraya menunjuk menu launnya yang masih belum tersentuh dihadapan mereka.

Iya, mereka memang di restoran keluarga. Hanya saja jika ingin memesan menu lain masih bisa. Bisa di katakan ini restoran khusus terlengkap. Dari hidangan keluarga hingga hidangan artis ternama lengkap!

Sehun mengamati dalam diam, Jasper yang terlihat acuh diam-diam masih melirik pada Yoojung yang hanya tertunduk malu.

Perasaanku mengatakan jika mereka tidak pacaran, bathin Sehun. Mau bagaimanapun Sehun masih hafal bagaimana tabiat anak-anaknya. Yang macam ubin kayu seperti Jasper ini terlebihnya. Sangat mudah Sehun baca.

Sret.

Sret.

Jasper dan Jinyoung saling pandang. Barusan beberapa waktu lalu mereka berebut untuk memakan udang, sekarang? Lihatlah! Mereka malah mengopernya pada piring milik Yoojung yang bahkan belum bersuara sedari tadi.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jasper dengan mata memicing tajam. Ada yang aneh di sini.

"Apa yang Hyung lakukan?" Jinyoung balik bertanya. Ada sefruit hubungan apa mereka berdua? Hmm mencurigakan.

"Dia teman satu angkatanku." Ujar Jasper dengan delikan matanya.

"Dia seniorku yang baru saja mendapat keterkejutan beberapa waktu lalu." Balas Jinyoung tak mau kalah.

Jika hanya teman kenapa kau jadi begitu beringas tadi? Macan kumbang bunting saja lewat jika berhadapan denganmu! Bathin Jinyoung dengan mata menyipit tajam.

Jasper berteman dengan perempuan?! Hell no! Jinyoung berani bertaruh dengan wajah kecilnya jika itu tidak akan pernah terjadi. Pengecualian untuk teman hidup tentu saja.

Sehun kembali mengamati dalam diam. Teman? Hmm... Menarik juga. Pikir Sehun seraya terus mengunyah daging steak pesanannya.

Teman yang seperti apa? Pasti ada sefruit hubungan lain mereka. Lagi, Sehun bermonolog dengan dirinya sendiri.

Sehun juga pernah muda sebelum dia menjadi duda, Teman.

"Kalian masih lama? Cepat habiskan. Yoojung pasti bingung dengan tingkah aneh kalian."

"Biar aneh, yang terpenting kami tampan."

Sombong sekali kalian, Ferguso sayang. Lelah bathin Sehun jika terus seperti ini. Punya anak kenapa jiplakan dia semua?

**

Ceklek.

"Daddy rasa ada yang harus kalian jelaskan pada, Daddy."

Baru saja pintu utama terbuka, Sehun sudah menagih penjelasan yang membuat bahu Jinyoung langsung merosot turun. Bukannya apa-apa, awal penjelasan pasti dari dirinya bukan?

"Daddy tunggu di ruang kerja."

"Aduuuh, aku akan bersemedi di toilet. Perutku sakit aduuuh."

"Jangan banyak alasan, Baejin."

"Oke, Dad."

Akting pura-pura sembelit, diare, atau apalah itu namanya harus gagal karena Sehun sudah mulai serius. Jinyoung yang awalnya membungkuk dengan tangan yang memeluk perutnya langsung saja berdiri tegap dan permisi pamit undur diri menuju kamarnya.

"Selamat berjuang." Bisik Jasper pada Jinyoung.

"Kau juga, Jas."

"Oke, Dad."

Diam mereka berdua, buru-buru menaiki tangga untuk menuju kamar dan bersemedi sebentar di kamar mandi untuk menghadapi si penguasa rimba.

"Ini karena, Hyung." Tuduh Jinyoung dengan telunjuk yang sudah mengarah pada wajah Jasper.

"Kenapa karena aku?" Tanya Jasper tak terima. Enak saja si kepala kacang polong ini menuduhnya.

"Jika saja tadi Hyung tidak menjadi atlet UFC, Daddy tidak akan menampakan batang hidungnya." Jelas Jinyoung menggebu-gebu. Masih teringat jelas jika tadi Jasper sudah membabi buta memporak-porandakan wajah Sekop-sekop siapa namanya itu tadi.

"Itu karena kau! Badan kecil berlagak melawan senior. Habis kau!" Balas Jasper tak mau kalah. Yang tau hanya cara memegang sendok makan dan mengetik pesan segala berlagak menantang kakak tingkat. "Suka lupa diri jika berkodrat tubuh pendek." Sinis Jasper kesal.

"Aku mana tega melihat perempuan di perlakukan seperti tadi." Jinyoung membela diri tentu saja! Bagaimanapun juga dia itu adalah laki-laki. "Dan aku tidak pendek dasar kelebihan kalsium!" Sungut Jinyoung makin kesal.

"Aku juga mana tega melihat kau! Yang adikku dan juga perempuan di perlakukan seperti tadi."

Blam.

Membanting pintu kamar, Jasper masih saja menyumpahi Jinyoung yang sudah membuat darahnya meroket naik hingga ujung kepala.

"Jika khawatir bilang saja! Dasar tsundere!"

Blam.

Jinyoung ikut membanting pintu kamar. Kesal juga dia, belum lagi yang akan di panggil pertama nanti adalah dirinya. Jinyoung dugeun-dugeun tentu saja.

**

Ceklek.

"Thelalu thaja! Thelalu!"

Sehun berjengit kaget. Baru saja membuka pintu kamar dan sudah di hadiahi omelan oleh putra bungsunya. Belum lagi posisi Haowen yang sudah bagai Tuan Besar bersandar di kepala ranjang dengan tangan berlipat di depan dada.

"Kenapa Daddy thelalu thaja meninggalkan Haowen?" Kesal Haowen dengan mata mendelik tajam.

"Daddy tadi ada urusan, tidak tega membangunkan Haowen." Sehun mencoba memberi penjelasan.

"Huh! Alathan!" Sungut Haowen seraya membaringkan tubuhnya membelakangi Sehun. Sekarang saja membelakangi, nanti lihat saja siapa yang akan melesak-lesak ke dada bidang Sehun.

"Haowen sudah makan?" Tanya Sehun menahan tawanya. Wajah saja yang garang ini, hati Hello Panda.

"Tidak uthah bicara dengan Haowen. Haowen kethal!"

"Baiklah, Daddy ada sosis bakar padahal di meja makan."

Sret.

Tap.

Tap.

Tap.

"Haowen mathih kethal dengan, Daddy." Beringsut turun dari ranjang dan berjalan cepat menuju meja makan. Bagaimanapun juga Haowen masih masa pertumbuhan. Lelah dengan godaan berat seperti itu.

"Don't mess up my tempo~." Senandung Sehun dengan tangan yang mulai membuka ikatan dasi yang sudah mencekiknya sedari tadi.

"DADDY THOTHITH HAOWEN DIMANA?"

Ya Sehun hanya tertawa saja.

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

DAP.