Sehun duduk tenang dengan tangan yang bersedekap di depan dada dan juga punggung yang bersandar nyaman di sandaran kursi kebesarannya. Bunyi ketukan mulai terdengar saat ujung kaki jenjangnya mengetuk lantai karena bosan.
Seperti yang beberapa saat lalu Sehun katakan, dia akan menunggu dua anaknya untuk penjelasan atas insiden tadi siang. Entah siapa yang akan datang pertama kali, Sehun tak masalah.
"Kau yang masuk duluan."
"Tidak! Hyung duluan! Dahulukan yang tua."
Sehun hanya memejamkan matanya tenang saat suara ribut-ribut dari luar ruang kerjanya terdengar. Sudah pasti itu suara Jasper si sulung dan Baejin si tengah.
"Untuk kali ini saja, aku akan mengalah dengan suka rela pada manusia biji ketumbar macam dirimu!"
"Cuprum Iodine Hydrogen. CuIH! Aku tak mau. Hyung saja."
Menganggukan kepalanya sesuai dengan irama ketukan kakinya yang bahkan terdengar lebih merdu jika dibandingkan dengan suara anaknya yang tengah meribut di depan sana.
Tinggal masuk saja apa susahnya?
Tok... tok... tok...
Ceklek.
"Yang kecil duluan!"
"Aku tak m-"
Sret.
"Hehehe, selamat malam, Dad." Cengiran tanpa dosa Jinyoung berikan saat tatapan matanya bertemu dengan manik sekelam malam milik Sehun.
Jasper sialan memang! Bisik Jinyoung dalam hatinya. Belum selesai dia menolak, Jasper malah sudah lebih dahulu mendorong punggungnya begitu saja. Jinyoung belum mempersiapkan kata-kata. Dan lagi, dirinya sendiri juga belum siap.
"Malam, Dad." Sapa Jasper tanpa rasa bersalah setelah mendorong adiknya.
Sret.
"Aakh!"
Sehun menatap Jasper dan Jinyoung secara bergantian. Senyuman Jinyoung yang tak luntur-luntur dan wajah memerah Jasper dengan tangannya yang bersemayam di belakang tubuh.
"Hehehehe."
"Sialan kau!" Bisik Jesper kesal. Pantat Sucinya sudah ternoda karena remasan luar biasa Jinyoung. Untung saja Jasper tidak mendesah kawan-kawan.
Ya Tuhan, pantat Jasper nyut-nyuan.
"Jadi, siapa yang akan menjelaskan pertama kali?" Tanya Sehun seraya berjalan menuju sofa di sudut ruangannya. Tentunya diikuti oleh si duo ubur-ubur.
"Jasper hyung, Dad." Tunjuk Jinyoung langsung mengarah pada Jasper yang hanya duduk diam. Antara masih kesal dan terlalu malas untuk bicara.
"Aku mulai karena melihat Jinyoung dan Yoojung yang dari gelagatnya akan di hajar habis-habisan oleh Sekop tadi." Jawab Jasper langsung to the point. Lihat saja siapa yang akan menjelaskan pertama kali nanti.
"Nah, Jinyoung. What are you doing?" Tanya Sehun. Menatap Jinyoung yang hanya mendesah lelah dan mulai mengambil nafas panjang.
"Jadi..."
Jinyoung tengah berjalan santai dengan pandangan yang berkeliaran kesana-kemari. Mengenal kampus lebih dekat katanya. Kelasnya baru saja selesai beberapa waktu yang lalu dan niat awalnya ingin menunggu si balok es berjalan.
Pulang bersama.
Jasper sudah mau membawa mobil sendiri teman-teman.
Iya, itu hanya niat awalnya saja sebelum melihat si pria berahang kotak menyudutkan wanita kecil dan mungil di ujung sana.
Dalam pikiran Jinyoung mungkin saja mereka sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Jinyoung nalas ikut campur tentu saja.
Awalnya.
Saat akan kembali melanjutkan langkahnya, Jinyoung tak sengaja mendengar kata-kata kotor yang sungguh tak pantas di ucapkan jika kepada seorang wanita. Terlebih ajaran Sehun bahwa kata-kata kotor itu haram sudah menjadi motto hidup Jinyoung saja rasanya.
"Kau... jalang tak tau diri."
"Waah, bajingan memang itu si Kotak!" Rutuk Jinyoung dalam hati. Memang pria itu tidak memiliki ibu? Kurang ajar sekali itu mulut!
"Tak ada pembelaan? Atau kau memang jalangnya Jasper?"
"Nama si tembok raksasa China itu." Ujar Jinyoung. Berjalan mendekat dengan modal badan kecil miliknya.
"Tak bisa bicara lebih sopan pada perempuan?!" Tanya Jinyoung yang sudah berdiri di depan senior perempuannya itu. Senior? Iya, senior. Jinyoung tidak melihat perempuan itu saat masa orientasi mahasiswa baru kemarin.
"Ah, kau adik pungutnya si anak pungut Jasper bukan?" Tangan Jinyoung langsung mengepal kesal karena kata-kata laknat barusan.
"Yang satu jalangnya dan yang satu adik pungutnya. Wah, wah, saling melindungi?"
Telinga Jinyoung sudah panas sungguh. Terlebih saat pria di depannya ini malah mendorong-dorong dahinya dengan telunjuk menjijikan miliknya.
"Aku tak peduli kau senior dari fakultas mana. Yang terpenting jauhkan jemari busukmu itu dari wajahku." Jinyoung mendesis kesal. Sehun dan Jesper saja yang keluarganya tidak pernah seperti itu padanya.
"Mau ap-"
Bugh.
Dan ya, Jinyoung bersorak dalam hati saat kepalan tangan Jasper memberi salam pada si pria kotak di depannya itu.
"Dan ya, itu yang terjadi, Dad." Sesak nafas Jinyoung saat sudah selesai berdongeng sepanjang rel kereta api tadi.
Sehun mengangguk pelan, jadi kesimpulannya adalah Jasper yang tak terima melihat Jinyoung dan Yoojung yang entah apa statusnya di sudutkan oleh si Sekop apa itu namanya.
"Yoojung..."
Jantung Jasper sudah berdegub tak karuan menunggu ucapan Sehun yang belum selesai. Kenapa bisa membahas si Yoojung? Harus Jasper yang menjawab jika sudah seperti itu kisahnya.
"Siapa atau apa hubungannya denganmu, Jasper." Tanya Sehun dengan senyum tipisnya.
"Just friend." Jawab Jasper tak mau ambil pusing. Mereka memang teman, tidak lebih dan tidak kurang.
"Just friend? Really? Are you try to lie?" Tanya Sehun lagi. Teman ya? Teman apa yang bisa membuatmu baku hantam dengan teman lainnya?
"Come on Dad, you know me." Mengerang frustasi. Jasper hampir saja merajuk karena ulah pria yang berstatus sebagai ayahnya itu.
"Teman hingga waktu yang tak ditentukan, Dad. On the way official itu, Dad." Jinyoung dan mulutnya memang bangsat terkadang.
"Jinyoung!"
**
"Akh! Hyung! Don't remas-remas my bottom!" Pekik Jinyoung saat telapak tangan Jasper sudah mendarat sempurna di pantat kenyalnya.
"It's not squishy? Skuisi? Squishi? Apa itu namanya yang lembut-lembut?" Heran Jinyoung. Rasanya Jinyoung pernah bertanya pada Baekhyun, hanya saja ia lupa.
Sret.
Sret.
"Akh!"
Plak.
"Shh. HYUNG!"
Bahagianya Jasper, sudah meremas pantat Jinyoung kiri-kanan dan di tambah juga dengan menepuk keras pantat adiknya itu.
Sekali lagi.
Bahagia Jasper is simple.
"DADDY! SELAMAT HARI IBU!" Teriak Jasper dari ruang makan. Bayangkan saja! Ruang makan berada tepat di sebelah dapur lantai bawah dan ruang kerja Sehun berada tepat si ujung lorong lantai dua! Keras itu teriakan Jasper.
Jasper itu... terkadang kalem, stay cool, dan tidak bobrok macam Lucas dan Xukun.
Terkadang.
Aslinya... lebih bobrok Jasper jika dibandingkan antara mereka bertiga.
"SelAMAAAT MOTHER'S DAY JUGA, DAD!" Di tambah dengan juga dengan teriakan Jinyoung yang mengikuti jejak kakaknya itu.
"AKU BUKAN IBU KALIAN!" Nah ini, si duda tua juga mengikuti jejak dua anaknya yang memang tidak ada warasnya itu.
Ada sebenarnya, hanya seujung sendok nyam-nyam, itu juga terkadang.
"By the way, pantatmu kenyal dan lembut, Jin. Aww."
"DAAAAAADDY! JASPER HYUNG CABUUUUUL!"
TBC.
THANK U.
SEE U NEXT CHAP.
DAP.