webnovel

Disturber

Bugh!

Terdengar suara tas yang di lemparkan ke atas ranjang, mengejutkan seorang pria yang adalah Julian yang tengah tidur di atasnya.

"Kau sudah kembali?" tanya pria itu pada seorang wanita yang kini menatap dirinya lewat cermin di hadapannya.

"Ini yang kau lakukan selama aku menunggumu? Kau datang dan malah bersantai?" omelnya sembari melepaskan aksesorinya di depan meja rias.

"Kau terlalu terburu-buru, aku datang ketika kau baru saja pergi," elak Julian.

"Alasan!" wanita itu adalah Isabel.

"Aku bermain dengan Ken, Ia cukup rewel dan badannya sedikit hangat, ku rasa dia demam. Kau pergilah dan antar Ken menemui dokter."

"Kalau begitu kau saja atau suruh nanny untuk membawanya ke dokter, apa bedanya?" jawab Isabel santai.

Tak mau berdebat, Julian langsung saja menghubungi dokter kepercayaannya dan memintanya untuk segera datang.

"Kau bahkan malu membawanya menemui dokter," ejek Isabel seraya menyeringai.

"Jangan bicara yang tidak-tidak," ucap Julian.

Wanita itu tampak menghela nafas.

"Aku sudah mendapatkan kontrak kerja sama tanpa bantuanmu, lagi pula aku lupa jika mungkin hotelmu akan menjadi sainganku nantinya," jelas Isabel dengan rasa bangga.

"Baguslah, toh jika kau meminta Hotel Signiel sekalipun aku akan memberinya."

Isabel hanya menyeringai.

"Ku tebak kau memiliki hubungan khusus dengan pemiliknya? Kurasa aku ingat namanya," ungkap Julian membuat Isabel sedikit melirik ke arahnya.

"Kau tahu apa? Jangan mengada-ngada!" wanita itu tampak kesal dengan pernyataan Julian, sedangkan pria itu hanya tertawa.

"Apa Ibu sudah menjenguk Ken?"

"Dia tidak pernah menyukaiku, jadi untuk apa dia kemari."

"Kalau begitu mengapa kau tidak menemuinya?"

"Jika Ibumu ingin bertemu dengan Ken, mengapa tidak dia saja yang datang," sergah Isabel sedikit kesal.

Julian hanya menggeleng, sejak lama ibunya memang tidak pernah akur dengan Isabel.

"Keberadaanmu di sini hanya membuatku merasa tidak nyaman, sebaiknya pergi saja," usir Isabel terang-terangan.

Tampaknya ucapan kasar Isabel sudah biasa Ia dengar hingga Julian tampak tak tersinggung dan malah bersiap untuk pergi.

"Aku bahkan melupakan sesuatu jika aku harus menjemput kekasihku, terimakasih sudah mengingatkan." Julian seolah begitu santai mengatakannya dan bergegas keluar tanpa memperdulikan tatapan sinis dari Isabel.

"Tidak waras!" gerutu Isabel.

**

Rose baru saja menghabiskan makanannya, namun suara bel pintu terdengar, Ia beranjak untuk membukakan pintu, dan ternyata Josh lah yang datang.

"Josh?" sapa Rose, Ia sedikit terkejut mendapati pria itu datang ke apartemennya.

Setelah mempersilahkan pria itu masuk dan sedikit berbasa-basi, Josh mengajak Rose untuk pergi berjalan-jalan di sekitaran. Rose menerima tawaran pria itu karena merasa tak enak untuk menolaknya.

"Jadi mengapa kau tidak pergi bekerja?" tanya Rose.

"Bukankah kau juga mengambil cuti?" jawab pria itu.

"Lalu apa hubungannya denganku?" tanya Rose tak paham.

Josh tertawa lirih, Ia tak tahu apakah Rose berpura-pura tak mengerti atau benar-benar tak mengerti.

"Bagaimana jika menikmati minuman hangat?" tawar Josh.

"Boleh, ada sebuah cafe di pertigaan, aku tak sering datang tapi pernah sesekali dan tempatnya begitu nyaman," ujar Rose kemudian di iyakan oleh Josh, keduanya lalu berjalan menuju sebuah cafe yang Rose maksudkan.

Sementara Julian tak dapat menghubungi Rose karena gadis itu tak sengaja meninggalkan ponselnya di apartemen. Tanpa berpikir panjang Julian langsung saja mendatangi apartemen Rose dan menemukan mobil Josh terparkir di sana, tentu pria itu masih sangat mengingat mobil yang Josh kendarai, tapi pria itu tak menemukan keduanya di apartemen Rose.

Julian yang sejak awal cemburu pada Josh merasa begitu kesal, bahkan sudah Ia katakan pada Rose untuk menjauhi semua pria terutama pria yang saat ini tengah bersamanya. Segera Ia lajukan mobilnya untuk mencari di mana keberadaan Rose dan pria itu, jika tebakannya benar keduanya pergi dengan berjalan kaki, tentu tidak akan terlalu jauh.

Dengan mata elang dan perasaannya yang bergemuruh karena cenburu, Julian berhasil menemukan Rose dan Josh yang tengah berbincang di sebuah cafe. Tanpa berpikir Julian memarkirkan mobilnya dan segera masuk ke dalam untuk menghampiri keduanya.

Tentu betapa terkejutnya Rose dengan kedatangan Julian yang tiba-tiba, begitu pula dengan Josh, bahkan Rose sama sekali tak mengatakan di mana Ia sekarang. Tanpa berkata Julian menggenggam tangan Rose dan menariknya keluar dengan sedikit kasar membuat Rose sedikit kesakitan.

"Julian- lepas!" kesal Rose menarik tangannya.

"Kau tidak ingat ucapanku?" pria itu selalu bersikap tenang meski dalam kondisi marah sekalipun.

"Apa? Bukankah sudah ku katakan jika aku tak suka siapapun mengatur hidupku!" jawab Rose dengan nada tinggi.

"Aku akan mengantarmu pulang," ucap Julian dengan berniat meraih tangan Rose kembali, tampaknya Josh yang berada di sana menyingkirkan tangan Julian dengan kasar.

"Jangan memaksa jika dia tidak menginginkannya," ujar Josh membuat Julian semakin marah.

Julian yang tak bisa lagi meredam amarahnya, tanpa berpikir melayangkan satu pukulan di wajah Josh hingga membuat pria itu tersungkur. Rose begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Julian, segera Ia berlutut untuk melihat kondisi Josh.

Julian hanya menyeringai, baginya begitu lucu melihat pemandangan itu, kembali Ia meraih tangan Rose untuk membawanya pergi, namun lagi-lagi Rose menolaknya.

"Cukup Julian! Kau tidak sadar jika sudah melukainya? Aku dan Josh tidak melakukan apapun yang melewati batas jadi berhentilah bersikap konyol!" teriak Rose membuat banyak orang yang lewat memperhatikan mereka.

Julian sadari jika sikapnya itu memang berlebihan, tapi apa salahnya jika Ia merasa begitu cemburu melihat Rose bersama dengan mantan kekasihnya Josh, belum lagi Josh yang terlihat begitu mengkhawatirkan untuk berada di dekat Rose. Walau jika di ingat bagaimana hubungan Julian dengan wanita-wanitanya jauh lebih parah daripada sekedar hubungan Rose dan Josh yang hanya mantan kekasih saja, tak dapat Julian bayangkan bagaimana kecewanya Rose jika mengetahui semalam Ia bertemu dengan Ivy.

"Baiklah, bawa dia ke mobilku." Julian hendak melangkah menuju mobilnya namun Rose memintanya untuk meminta maaf lebih dulu. Awalnya Julian menolak, namun jika Ia tak mau meminta maaf pada Josh, Rose tidak akan mau pulang bersamanya sehingga dengan terpaksa Julian akhirnya meminta maaf.

Meski Rose tahu jika Julian tidak benar-benar tulus melakukannya, tapi hal itu membuat emosi Rose mereda, Ia tahu pria seperti Julian akan begitu sulit untuk mengucapkan kata maaf, apalagi pada pria yang tidak Ia suka.

"Josh, ikutlah ke apartemen dengan mobil Julian, aku akan segera mengobati luka di bibirmu." gadis itu tampak memegang tangan Josh dan menuntunnya berdiri.

Julian menganga, itu tidak ada di dalam permintaan Rose, Ia pikir hanya akan memberi tumpangan pada Josh dan membiarkan pria itu pergi, tapi mengapa harus ada tahapan kesabaran lain yang harus Ia lalui, yaitu melihat Rose mengobati luka Josh, setidaknya Julian dapat memantau keduanya.

*

"Ahk!" Josh meringis ketika Rose membubuhkan obat oles di bibir yang terluka.

"Apakah masih sakit?" Rose mencoba mengoles obat kembali tetapi tangan Julian menepisnya.

"Haruskah ku bawa kau ke dokter? Aku bisa saja mengantarmu sekarang," geram Julian membuat Josh dan Rose menengadah bersamaan pada pria itu.

Julian menarik tangan Josh untuk berdiri, "Kau bisa pergi, aku sudah meminta maaf dan kekasihku sudah mengobati lukamu," ucap Julian terang-terangan membuat Josh dan Rose saling menatap.

"Josh-" Rose hendak menyangkal ucapan Julian tapi tentu itu akan membuat Julian semakin marah.

"Tidakkah dia tahu kau adalah kekasihku, Rose?" tanya Julian membuat Rose kesulitan menjawab.

"Maaf Rose, sebaiknya aku pergi sekarang, dan untukmu, sekalipun kau adalah kekasihnya, kau tak boleh bersikap sekasar itu padanya." Josh dengan sengaja menghardik perilaku Julian, sekaligus membuat pria itu tampak buruk di mata Rose, karena memang Josh bukanlah pria yang kasar ataupun berani meninggikan suara di hadapan seorang wanita, dan itu terbukti ketika Ia menjalin hubungan dengan Rose.

Rose hanya menelan ludah, Ia yakin Julian akan begitu tersindir dengan ucapan Josh.

Dan seperti tebakannya, Julian sedikit tersinggung, kemudian meminta Josh untuk diam dan segera pergi.

"Tahu apa dia tentang mengasari wanita." Julian menggerutu setelah Josh pergi dari apartemen Rose.

"Karena dia tidak pernah bersikap sekasar itu padaku." Rose seolah membela Josh dan itu membuat Julian sedikit malu meski pria itu masih menunjukkan rasa percaya dirinya.

"Apa pantas kecemburuanku di katakan mengasari kekasihku? Aku hanya mengekspresikan kekesalanku saja." Julian masih mencoba mengelak.

"Tapi tidak dengan menarikku begitu saja," sela Rose.

"Apa dia tidak pernah merasa cemburu selama kalian berhubungan? Lalu bagaimana dia menunjukkan rasa cemburunya? Apa dia hanya akan bicara lembut seperti pria cengeng? Kau salah jika menilaiku kasar dan dia tidak, semua yang ku lakukan adalah bentuk rasa sayangku bukan hanya amarahku saja," jelas Julian kemudian melangkahkan kakinya keluar dari apartemen Rose.

Rose menautkan alisnya, kali ini Julian begitu menegaskan jika dirinya sangat cemburu melihat Rose dan Josh bersama, mungkin memang tidak ada apapun diantara dirinya dan Josh, tapi bukankah Rose akan merasakan hal yang sama jika dia ada di posisi Julian. Pria itu memang tidak salah karena begitulah cara mengekspresikan rasa cemburunya, hanya Rose saja yang tidak paham dan tidak menghargai perasaannya.

***