webnovel

Ikut Kerja

Keesokan harinya. Melihat Aditya yang masih tertidur lelap adalah kesenangan tersendiri bagiku. Aku menatapnya dengan senyum terukir di wajah. Saat menatapnya, terlihat begitu indah dan juga tampan. Tangan Aditya berpindah ke atas kepala sehingga ketiaknya terekspos bebas. Aku tidur kembali sambil memeluknya entah kenapa aku suka sekali dengan bau tubuhnya. Karena aku terus mengendus baunya, dia pun terbangun.

"Good morning sayang," kataku.

"Apa sih cium-cium begitu, mengganggu saja," kata Aditya lalu memosisikan tangannya seperti semula hingga ketiaknya tertutup lagi.

"Ih sayang, sudah seperti tadi lagi tangannya," kataku merengek.

"Apa sih, kan kamu juga punya sendiri," ketus Aditya lalu membalikkan badannya.

"Sayang ..."

"Ribet ah!"

Aditya terlihat kesal karena tidurnya aku ganggu. Dia pergi ke kamar mandi. Aku pun duduk menatapnya yang tengah berjalan menunu kamar mandi dengan kesal. Selesai mandi, aku masih duduk sambil bersandar pada bahu ranjang melihat gerak-geriknya.

"Apa lihat-lihat?" katanya ketus.

Mendengar ucapannya, aku semakin cemberut dengan kedua tangan menyilang di dada. Bak anak kecil, aku mengalihkan pandanganku. Dia menghampiriku lalu dia menciumku dengan kasar kemudian lembut.

"Aku heran sama kamu, kamu tuh kenapa dari bangun tidur sudah bikin aku kesal? Malah dari kemarin," kata Aditya begitu melepaskan ciumannya.

"Aku kan mau cium baumu sayang, aku suka baunya," rengekku seperti anak kecil.

"Enggak ada hal lain memangnya gitu?"

Aku hanya menggelengkan kepala saja. Dia menghela napas lalu mengajakku untuk makan. Seperti biasa, Clarisa sudah duduk terlebih dulu di sana. Aku menyapanya. Kemudian, kita pun makan bersama.

"Hari ini jadwal untuk ke luar?" tanyaku pada Aditya.

"Tidak ada acara untuk keluar sih, jadi ada di kantor. Kenapa?"

"Aku mau ke sana."

"Mommy mau ke kantornya daddy?" tanya Clarisa.

Aku hanya mengangguk menjawabnya.

"Mau apa kamu ke sana?" ujar Aditya.

"Istrinya ikut kok gak di bolehkan sih?"

Aditya hanya menghela napas sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku tersenyum merasa senang karena dia tidak menolak keinginanku sama sekali. Bi Laras mengantarkan Clarisa berangkat sekolah. Dan Aditya tengah menungguku yang sedang bersiap. Keluar dari kamar, aku langsung mengajaknya pergi.

"Kenapa ikut segala sih?" tanya Aditya.

"Mau ikut pokoknya, mau ikut," kataku merengek seperti anak kecil.

"Ya sudah iya. Tapi nanti kamu jangan ganggu saat aku sedang kerja," seru Aditya.

Aku mengangguk dengan antusias. Sampai di kantor. Aku menggandeng tangannya begitu turun dari mobil. Hari ini aku enggak mau jauh darinya, maka dari itu aku ikut dia kerja dan ikut ke mana pun dia pergi. Tetapi, kebetulan ada rapat mendadak jadi aku tidak bisa ikut ke sana.

"Sayang," panggil Aditya.

Membuka mata perlahan, ternyata aku tertidur saat membaca buku. Membenarkan posisi duduk, lalu melihat ke arah wajahnya dengan senyum terukir di wajahku.

"Kalau mau tidur pulang saja, ya?" ujar Aditya.

"Gak mau! Aku mau di sini sama kamu," sahutku.

"Kenapa sih ngebantah terus? Kamu gak pikir anak yang ada di kandunganmu? Ribet amat jadi cewek."

Mendengar ucapan darinya, aku jadi merasa kesal. Dengan bibir yang cemberut, tangan disilangkan, aku melemparkan pandanganku darinya. Terdengar helaan napas. Dia duduk di kursi samping, lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Sayang," panggilku.

Aditya tidak menghiraukannya. Dia masih fokus pada pekerjaannya.

"Yang, aku panggil loh!" pekikku karena dia tidak mendengarku.

"Kamu gak liat aku lagi kerja, ada apa sih?" sahutnya.

"Aku mau pipis dulu," kataku pelan.

"Ya ...," jawab Aditya.

Setelah keluar dari kamar mandi, tampak beberapa makanan sudah ada di meja. Aku duduk di tempat semula. Aditya mengajakku untuk makan siang bersama. Tapi dia masih bersikap cuek. Menghela napas, lalu membuka pembicaraan.

"Maaf, harusnya aku enggak membantah kamu, harusnya aku juga memperhatikan bayiku," kataku.

"Bagus kalau kamu menyadarinya," ujar Aditya.

Aku cemberut lagi melihatnya cuek seperti itu. Karena aku tidak mau didiamkan olehnya seperti ini. Setelah selesai makan, aku membereskan mejanya. Aditya melanjutkan pekerjaannya.

"Mom, dad, ..."

Terdengar suara nyaring di luar ruangan. Aku menoleh ke arah pintu begitu pintu dibuka. Senyum semringah terlihat jelas pada wajah Clarisa yang masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Pulang sekolah langsung ke sini? Kenapa gak pulang dulu, ganti baju dulu," kataku.

"Pulang kok, bibi bawa baju gantinya ke sini," jawab Clarisa.

"Ya sudah sana ganti baju dulu," timpas Aditya dengan pandangan yang masih tertuju pada laptopnya.

Clarisa mengangguk lalu mengambil tas yang di bawa oleh bi Laras. Aku menyuruhnya untuk duduk di sofa saat terlihat akan duduk di lantai yang beralaskan karpet. Dia pun menurut dan duduk di sampingku.

"Itu yang di keresek apa, bi?" tanyaku saat melihat kantung plastik yang diletakannya di atas meja.

"Oh, ini nasi sama ayam buat Ica makan," jawabnya.

"Loh kan saya gak masak, terus itu uangnya dari bibi? Habis berapa?"

"Enggak kok, ini tadi mampir dulu ke om Dika."

"Oh, aku kira beli. Bibi ambil juga enggak makanannya di sana?"

"Enggak, non."

"Padahal ambil saja enggak apa-apa."

Aku mengambil kantung keresek itu lalu mengambil piring dan menyiapkannya untuk Clarisa makan. Setelah selesai makan, Aditya mengajak kami untuk pulang. Aku merasa senang karena bisa bersama suamiku.

Tak ada kendala selama perjalanan. Hingga tibalah di rumah.

"Kamu sama bibi dulu ya?" kataku pada Clarisa.

"Oke mom," jawab Clarisa.

Aku menggandeng tangan Aditya hingga kamar. Menyiapkan pakaiannya karena Aditya sedang membersihkan dirinya. Tak lama kemudian Aditya selesai memakai baju lalu bersandar di bahu tempat tidur. Aku pun duduk lalu memeluknya dari samping.

"Kamu ini kenapa?" tanya Aditya.

"Aku maunya sama kamu, nempel terus sama kamu. Enggak apa-apa kan?" jawabku sambil mengusap perutnya yang agak buncit.

"Suka banget sama perutku."

"Iya, enak, hangat."

"Nanti mau olahraga lagi biar perutnya gak buncit lagi."

"Ih, jangan! Aku suka perutnya. Bikin istrinya senang rugi amat."

"Iyalah, masa kamu saja yang merasa senang aku enggak."

"Ya sudah, lakukan apa saja yang ingin kamu lakukan sayang," kataku dengan nada menggoda.

Aditya pun bangun dari duduknya. Dia mengunci pintu kamar. Kami pun saling memuaskan satu sama lain.

Pintu diketuk. Terdengar suara Clarisa memanggil kami. Terlihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Aditya mengencangkan pelukannya saat aku hendak beranjak.

"Sayang ayolah kita pakai pakaian kita dulu," kataku.

"Mengganggu saja," gumamnya.

Aditya pun mau melepaskan pelukannya dan mengenakan pakaiannya. Aku pun membuka pintu. Terlihat Clarisa masih berada di depan pintu. Dengan membawa boneka kesayangannya.

"Mom, Ica mau tidur sama mom and dad," n ujar Clarisa.

"Loh, kenapa?"

"Ica lagi enggak mau tidur sendiri dan mau tidur sama mom and dad."

Aku pun mengiyakan. Clarisa langsung berlari ke arah ranjang. Dia pun tersenyum pada Daddy-nya.

"Dad?" Kata Clarisa.

"Ya?"

"Kenapa di sini ada bau, bau apa ini dad?"