webnovel

4. Kecelakaan 2

POV ADITYA

Lima tahun sudah berlalu. Aku tidak bisa menemui wanita yang aku cintai. Setiap akhir pekan aku diharuskan untuk menghadiri kencan buta yang ayahku-Retno- rencanakan. Entah berapa kali aku menolak mereka. Karena yang aku inginkan untuk aku nikahi hanya satu, yaitu Kayla. Hanya karena dia bekerja sebagai karyawan di kafe ayah melarang hubungan kami dan membuat acara tunangan tanpa sepengetahuanku dan setelah itu Kayla menghilang dan memblokir kontak denganku.

Hari ini aku sangat marah karena disuruh untuk menikahi wanita itu. Wanita yang bernama Sherlin yang sudah merusak hubunganku dengan Kayla.

"Aku tidak mau menikahi dia!" tolakku.

"Usiamu sudah tidak muda lagi! Ayah tahu yang terbaik untukmu, menikah saja dengan dia! Toh kakakmu dia bahagia dengan lelaki pilihan ayah," jelas Ayah.

"Bahagiaku, aku yang menentukan. Aku yang berhak memilih siapa yang akan menjadi pendamping hidupku karena aku yang akan menjalani rumah tangganya bukan ayah!"

"Siapa memang yang mau menikah denganmu? Usiamu saja sudah tua, sudah tiga puluh dua tahun. Tidak ada yang mau menerima bujang lapuk sepertimu!"

"Aku akan membawa wanita yang aku pilih untuk menjadi istriku ke sini. Ingat! Aku anakmu bukan bonekamu yang bisa kamu lakukan seenaknya saja."

Aku beranjak dari kursi dengan rasa kesal.

"Wanita rendahan itu? Jelas dia mau karena kamu memiliki banyak uang, dia hanya akan menghabiskan uangmu saja nanti. Dia tidak pantas untuk menjadi menantu keluarga kita karena dia wanita rendahan! Bisa saja dia menjual dirinya karena membutuhkan uang sudah ditiduri oleh banyak pria," celoteh ayah.

"Jangan hina dia! Dia tidak seburuk yang ayah pikirkan," bentakku yang sudah tidak tahan menahan emosi.

Aku meninggalkan ruang kerjaku dan bergegas pulang untuk mengganti pakaianku. Aku yakin hari ini aku akan bertemu dengan dia dan membawa dia ke rumah, pikirku. Sesampainya di rumah, aku langsung mengganti pakaian. Aku dikagetkan oleh ibu yang tiba-tiba menyentuh bahu kiriku setelah selesai memakai jaket.

"Turuti saja kata ayahmu, nak!" ucap ibu dengan lembut.

"Aku yang akan menikah dengan pilihan ayah, bu. biarkan aku yang memilih dengan siapa aku menikah. Mengertilah, bu! Beritahu ayah kalau aku tidak suka dia bersikap seperti itu," kataku sambil menaikkan resleting.

"Mau pergi ke mana? Kamu tidak mau menemani ibu?"

"Aku mau menjemput menantu ibu. Tolong ibu jangan halangi aku."

Aku pun pergi setelah memakai masker. Di tengah perjalanan. HP bergetar. Aku menepi dan membuka benda pipih itu. Terlihat nama kak Sintha. Aku memasang headset lalu melanjutkan perjalanannya.

"Kata ibu kamu pergi. Mau pergi ke mana kamu?"

"Aku akan membawa Kayla ke rumah."

"Jangan bersikap kekanak-kanakan begitu, kamu sudah dewasa."

"Aku tidak mau dijodohkan, kak!"

"Terima saja! Itu pilihan terbaik. Mana ada orang tua memulihkan calon yang salah untuk anaknya."

"Tidak! Aku tidak mau!"

Perdebatan mereka terus berlangsung hingga akhirnya Sintha menyerah dan membiarkanku untuk menyelesaikan masalahku sendiri. Entah kenapa keluargaku suka sekali ikut campur urusan pribadiku.

Melihat diujung seberang jalan sana melihat seseorang yang tak asing dari lekuk tubuhnya. Hantaman keras yang membuatku terpental. Tangan kananku menahan benturan hingga terdengar suara seperti patah. Aku tak sadarkan diri.

Setengah sadar aku mendengar suara yang sudah lama aku rindukan, "Cepat panggil ambulans! Dia temanku. Cepat!"

Membuka mata lalu mengamati sekitar. Aku di rumah sakit dan mendengar suaranya apakah bukan mimpi? Aku mencoba mengingat kembali. Terasa mimpi bertemu lagi dengannya. Hanya saja aku tidak tahu sudah berapa lama aku terbaring di sini.

Beberapa menit kemudian. Terdengar kegaduhan di luar kamar, aku pura-pura tidur. Mendengar percakapan dua orang yang samar-samar yang entah membicarakan apa. Pintu pun terbuka.

"Terima kasih sudah mengantar makanan," kata wanita itu.

Ingin aku langsung memeluknya, karena aku yakin suara itu milik Kayla. Jantungku berdegup kencang ketika mendengar suara sesuatu yang diletakkan di atas meja dengan perlahan. Sepertinya takut menggangguku.

Usapan tangan, kecupan di kening serta wanginya membuatku yakin bahwa ini Kayla. Orang yang aku rindukan lima tahun yang lalu.

"Bukan pertemuan seperti ini yang aku inginkan," gumamnya.

Aku perlahan membuka mata. Mataku langsung tertuju ke arah suara itu. Aku tersenyum lalu menggenggam tangannya. Terlihat konyol saat aku memintanya untuk memelukku. Meskipun dia sembunyikan wajahnya yang merona, melihatnya salah tingkah seperti itu yang aku rindukan. Mengemaskan.

"Yang kamu butuhkan makan, bukan peluk!" ucap Kayla ketus.

Aku tersenyum. Mengingat dulu dia selalu cerewet dan marah jika aku sakit, karena dia tidak bisa menjengukku. Dan sekarang aku senang, dia menghabiskan waktunya untuk menemaniku.

"Baiklah, aku akan makan jika kamu yang menyuapiku," kataku.

"Minta saja sama istrimu yang menyuapimu!" imbuh Kayla.

"Aku minta kamu yang suapi aku, calon istriku."

"Tidak lucu. Selalu saja menyebalkan kalau kamu lagi sakit, tidak ada yang berubah."

"Kamu juga tidak berubah, selalu terlihat cantik."

Pipinya merona lagi. Dia memalingkan wajahnya.

"Ya sudah makan sekarang, Jangan kebanyakan ngomong!" ketus Kayla.

Aku pun makan sampai habis. Dia memberikan gelas dan menyuruhku untuk minum. Aku hanya tersenyum lalu menerima gelasnya. Dia mengambil gelas setelah selesai aku meminumnya. Dia mengambil tasnya lalu berdiri.

"Mau ke mana kamu?"

"Aku mau pulang saja, toh kamu juga sudah membaik, 'kan? Lagi pula aku juga sudah memberitahu kepada keluargamu, sepertinya besok mereka datang untuk menjemputmu," jelas Kayla.

"Bagaimana kamu memberitahu orang tuaku?"

"Sebenarnya aku memberitahu Rival, tetapi dia malah memberikan pasword HP-mu, maaf aku sudah lancang membuka HP orang tanpa ijin dari pemiliknya," katanya lalu menundukkan kepalanya.

"Berarti kamu membuka wysapp?"

Kayla hanya menganggukkan kepalanya. Aku memintanya untuk duduk kembali. Lalu aku bercerita bahwa pernikahan lima tahun lalu dibatalkan.

"Kenapa dibatalkan? Bukankah dia perempuan yang lebih cantik dari aku? Itu juga akan menguntungkan untuk perusahaan keluargamu?"

"Aku tidak mau menikahi wanita yang tidak aku cintai. Bukan hanya chat kamu yang aku sematkan, tapi di hatiku juga hanya ada kamu. Tidak akan ada orang yang bisa ganti kamu."

"Jijik tahu mendengarnya. Kamu itu bukan anak muda yang baru jatuh cinta lagi."

HP Kayla berdering. Entah siapa yang meneleponnya di tengah malam seperti ini. Apa mungkin suaminya? Tapi tidak mungkin menemaniku jika dia sudah menikah, lalu apa itu pacarnya? Aku tidak memikirkan itu. Aku mengambil HP-ku. Terlihat sudah pukul sepuluh malam. Membuka aplikasi wysapp lalu melihat riwayat panggilan. Memang terakhir yang dihubungi adalah ibuku. Dan kecelakaan itu terjadi sekitar pukul dua siang. Aku tersadar saat matahari sudah gelap, karena terlihat dari jendela yang sedikit terbuka gordennya.

Kayla masuk kembali. Terlihat seperti orang yang sedang bingung. Kayla duduk lalu menatapku sendu.

"Temani aku malam ini, please!" pintaku.

"Aku harus pulang," jawabnya dengan menundukkan kepalanya.

"Siapa yang menyuruhmu untuk pulang di malam hari seperti ini? Pacarmu? Atau suamimu?"

"Kenapa ingin tahu siapa yang menyuruhku untuk pulang, memangnya aku siapanya kamu?" tanya Kayla balik.

"Masih sama ternyata, ditanya malah balik tanya."

Kayla terdiam. Teringat dulu ketika ribut selalu seperti ini. Aku tersenyum mengingatnya. Aku memang belum tahu status dia apa sekarang karena dia masih belum menceritakan kisahnya semenjak kejadian itu.

"Adnan menyuruhku untuk pulang," ucap Kayla setelah terdiam beberapa saat.

"Apa statusnya kalian sekarang?"

Aku selalu kesal mendengar mana Adnan keluar dari mulutnya. Laki-laki yang dekat dengan Kayla semenjak sekolah menengah. Kesal karena aku tidak mengenalnya lebih dulu. Karena aku tidak mau Kayla ku dekat dengan pria lain.

"Dia pernah melamarku dulu setelah aku menceritakan kalau kamu menikah dengan wanita itu. Tetapi aku menolaknya. Aku tidak mau menikah dengan orang yang aku anggap sebagai kakakku sendiri, tapi lain dengan pikirannya yang mengira aku akan menerimanya. Dan semenjak kejadian itu, aku jadi bahan gosip ibu-ibu. Kalau aku hanya memanfaatkannya untuk mengantar jemputku dan menghabiskan uangnya saja tanpa mau jadi pasangannya," jelas Kayla dengan air mata yang mulai berjatuhan.

Aku memegang pipinya mengarahkan pandangannya kepadaku lalu menghapus air matanya.