"Ih, ngeselin banget!!" gerutu Kanaya sambil melemparkan handphonenya ke tempat tidur. Tapi beberapa detik kemudian, dia jadi teringat lagi akan perizinannya. Jika dia tidak izin maka pasti Devan akan mempunyai peluang lebiih besar untuk bisa mengusilinya.
"Ayok, Nay. Lo pasti bisa, ini Cuma sekedar urusan kerjaan aja. Gue telpon juga bukan buat urusan pribadi kan? Jadi buat apa juga gue ngerasa malu atau gengsi," ucap Kanaya.
"Oke, ayok. Gue bisa," tekadnya.
Dia kembali mengambil handphone yang tadi dia lemparkan ke atas tempat tidur. Tanpa berpikir panjang lagi dia segera membuka blokiran nomor Devan. Tapi kini dia kembali merasa dilema karena dia bingung harus menelpon Devan sekarang atau nanti?
"Sekarang aja deh, lebih cepet lebih baik," gumam Kanaya.
Sebelum itu Kanaya menarik napas panjang terlebih dahulu untuk mengusir rasa gugupnya. Dia harus bisa berbicara senetral mungkin dan seprofesional mungkin agar Devan tidak mengira kalau dia gugup.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com