Pada malam yang sama saat regu patroli Elviet bertempur dengan kapal perang Martian dimana Attak berada, laporan hilangnya regu tersebut telah sampai pada kantor komando petugas Venusian.
"Sudah pasti mereka bertemu dengan kapal musuh. Tidak mungkin tim patroli siap untuk peperangan secara langsung."
Seorang [Ningyo] perempuan dengan rambut pirang bergelombang, berbicara sembari melihat peta hologram yang ada pada meja di tengah-tengah ruangan.
"Apa langkah selanjutnya, komandan?" yang berbicara dengannya di sisi lain berbeda. Ia bukan [Ningyo], alih-alih ia adalah sesosok mesin mekanik dengan sebuah modul kamera, sebuah modul tangan pencapit, serta tripod fleksibel untuk membantunya berjalan.
Sebuah angka produksi, dengan digit angka yang dicoret, menjadi nama panggilan mesin tersebut. R-01###. Lebih tua dari [Ningyo] ataupun Android, R-01 adalah robot.
Dalam sejarah perkembangan manusia, robot adalah ciptaan berteknologi tinggi yang pertama kali mereka ciptakan. Peran utama mereka adalah pelayan yang membantu manusia memajukan peradaban. Walau awalnya bermula dari logika sederhana, program kecerdasan buatan mereka pada akhirnya sampai pada taraf yang serupa dengan konsep 'jiwa'.
"Tentu saja aku harus segera mengirim tim pencari. Setidaknya menyelamatkan penyintas,"
"Perhitunganku mengatakan bahwa mengirim tim pencari akan menurunkan kapabilitas pertarungan kita sebesar tiga puluh persen. Terlebih, kita tidak tahu intel apa yang mereka temukan."
"Sayangnya aku tidak mungkin memperhitungkan hal tersebut ketika bawahanku terjebak dalam kemungkinan antara hidup dan mati."
"…aku mengerti."
"Oh benarkah?"
"Ini bukan pertama kalinya aku mendengar jawaban itu… rasanya sudah lama sekali, tapi aku pernah mendengar dua orang… berdebat tentang hal yang serupa. Saat itu aku mengumumkan pendapatku atas keputusan yang sepatutnya mereka ambil. Satu orang setuju, dan satu orang lagi tidak."
"Aku hanya seorang disini, apa berarti kita sedang berdebat sekarang?"
"Aku pikir… ya. Tapi toh itu sudah lama sekali…"
***
3 jam setelah operasi pencarian dikerahkan. Tim penyelamat menemukan dua anggota regu Elviet tanpa kapten mereka, Sonya dan Pravda. Sonya ternyata masih hidup dalam keadaan kritis, walau bilah pedang laser telah menembus dadanya, suhu air laut mampu meredam suhu luka tersebut dan menyelamatkan hidupnya. Nasib berbeda dialami oleh Pravda. Ia kini hanya tinggal potongan tubuh dan mesin.
Ketika Sonya membuka matanya, sosok komandan berambut pirang itu duduk mengawasi ranjang tempatnya dirawat.
Mata prajurit tersebut kosong, ia tidak sedikitpun bergerak selain menggelengkan kepala dan memutar bola matanya. Walaupun begitu, memorinya akan serangan pada malam itu masih jelas, seperti rekaman video.