webnovel

MISJUDGED

Menikah karena sebuah kesalahan yang hampir saja menyiksa Clara seumur hidupnya. kesalahan yang awalnya hampir membuat Clara menggila namun pada akhirnya semua baik baik saja, menurut Clara. tapi hidup tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, Clara pun mulai mendapati sesuatu yang janggal setelah pernikahannya.

beachybucks Β· Masa Muda
Peringkat tidak cukup
6 Chs

#6 Happy day with you

Kini kami sudah resmi menikah. Sikap yang Zei tunjukkan sekarang berkali-kali lipat lebih sweet dibandingkan saat kami berpacaran.

Setiap malam disela-sela waktu tidurku, Zei selalu menyempatkan diri untuk bangun dari tidurnya dan mengecup pipi kananku, pipi kiriku, lalu keningku.

Setelah menciumku, Zei baru bisa tidur senyenyak-nyenyaknya. Bahkan saat tertidur, Zei selalu memelukku. Peluknya begitu erat, dan hangat.

Setiap bangun tidur, aku selalu terbangun lebih dulu dibandingkan Zei. Dan saat membuka mata, hal yang pertama aku lihat adalah wajah manis Zei.

"Kenapa kamu bisa semanis ini, padahal kamu sedang tertidur pulas sekarang." ucapku. Dan sambil membicarakan hal tersebut dalam hati, tanganku mulai bergerak mengelus rambut tebalnya dari puncak kepala sampai ke dekat telinga.

Setelah memuji Zei dalam hati, aku beranjak bangun dari ranjang menuju balkon untuk mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah aku selesai mandi, aku mulai membuka pintu kamar mandi dan keluar dari sana. Saat berdiri di depan pintu kamar mandi, aku tidak mendapati tubuh Zei di atas ranjang.

Aku mulai mencium wangi panekuk cokelat kesukaanku. Dengan handuk putih yang menutupi tubuhku, aku mulai berjalan menuju dapur dan menemukan Zei sedang memasak panekuk, dengan bertelanjang dada.

Akupun berjalan terus mendekati Zei, dan sekarang aku sudah sangat dekat dengan tubuh bagian belakang Zei. Lalu aku memeluknya dengan erat dari belakang.

"Ra.. Buat aku kaget aja," ucap Zei. Saat mengatakan itu, Zei mulai memutar tubuhnya kearahku dan memberikan ekspresi kaget diwajahnya.

"Hahaha, lucu banget." ucapku. Aku mengatakan itu sambil mencubit pipinya dan sedikit tertawa.

"Kamu mau menggodaku pagi-pagi begini?" tanya Zei dengan nada meledek.

"Menggoda apanya?" jawabku dengan nada kebingungan.

"Lihat, ini masih pagi dan kamu sudah memelukku hanya dengan menggunakam handuk?" ucap Zei. Nadanya benar-benar meledek.

Tak cukup meledekku dengan ucapannya itu saja, kini Zei malah berjalan maju ke arahku, dan membuatku terjebak di antara meja makan dan tubuhnya.

Melihat tubuhku sudah terjebak, kini Zei mulai mendekatkan bibirnya ke arah bibirku, lalu melumatnya.

Tapi tak cukup sampai disitu, dengan ekspresi meledek tangannya mulai menuju kebagian belakang tubuhku, memegang lipatan luar handuk yang aku kenakan lalu menariknya.

Merasakan tangan jahilnya itu, aku mulai mendorong sedikit tubuhnya dan melarikan diri dari jebakkan Zei menuju ruang walking closet.

Melihat aku melarikan diri darinya, bukan berhenti dia malah mengejarku, dan saat aku sudah memasukki kamar kami, Zei malah berhasil menangkapku dan menggendong tubuhku lalu meletakkanya ke atas rajang.

Setelah melihat aku tak berdaya di atas kasur, Zei sekarang mulai melepaskan haduk ditubuhku secara keseluruhan dan membuangnya ke arah kiri ranjang kami. Kini tubuhnya sudah berada diatas tubuhku.

"Kamu pikir aku akan berhenti mengerjarmu ya?" tanya Zei dengan senyum mengejek diwajahnya.

"Jail bang-" ucapku. Belum selesai dengan ucapanku, bibir Zei kini mulai bermain dengan bibirku se agresif mungkin.

Menyadari matahari terus menyinari unit apartment kami, aku pun memaksa melepaskan diri dari tubuh Zei.

Setelah berhasil melarikan diri dari Zei dan memasuki walking closet, aku bergerak dengan cepat mengenakan jogger pants abu-abu dengan crop top berwarna senada.

Setelah selesai menggunakan pakaian, aku berjalan menuju balkon untuk menjemur handuk, dan baru setengah jalan menuju balkon, tiba-tiba Zei menggendongku dari belakang dan membawaku ke atas ranjang lagi.

Kini aku tidak mau kalah dari Zei, aku bersumpah membuatnya kalah telak dariku sekarang.

Saat wajah Zei mulai mendekat ke wajahku, kakiku mulai melingkar ke pinggul Zei dan langsung memutar posisi tubuh kami.

Kini tubuhnya yang ada dibawah tubuhku. Aku mulai mengelus dadanya hingga kebagian perut, lalu mencium bibirnya seagresif mungkin.

Namun lagi-lagi aku kalah telak darinya. Saat aku ingin melepaskan tubuhku dari tubuhnya, tangan Zei dengan sigap langsung meraih tubuhku dan mendekapnya seerat mungkin.

Ya sekarang aku hanya pasrah, kini aku terus berada di tubuhnya dengan kepalaku yang berada didada bidangnya, bahkan sekarang aku bisa mendengar degub jantungnya.

πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©

Sudah satu jam kami dalam posisi ini, dan Zei mulai tertidur sekarang. Aku tahu Zei sangat lelah, aku beranjak bangun dari posisi tidurku ke dapur. Aku benar-benar lapar, rasanya benar-benar tak tertahan.

"Wehehe kenapa gue bisa selaper ini ya? Ga kaya biasanya, hamil apa gue ya?" ucapku dalam hati sambil tertawa sendiri. Sambil mengucapkan itu dalam hatiku, aku mulai menduduki kursi meja makan, dan memakan dua tumpuk panekuk di piringku.

Setelah selesai makan aku berjalan menuju kulkas, mengambil kotak susu lalu meminumnya, kini aku beranjak menuju tempat cuci piring. Aku mulai mencuci teflon bekas Zei memaskan panekuk, piring bekas aku makan, dan gelas bekas aku meminum susu.

Setelah selesai dengan itu, aku beranjak menuju kamar, dan mulai duduk di pinggir kasur.

Setelah aku duduk dipinggir kasur, aku mulai menumpuk dua batal dan meletakkannya ke bagian kepala kasur.

Setelah bantal itu tersusun, aku pun mulai membaringkan kepalaku diatas bantal dan mengangkat kepala Zei ke atas pahaku, lalu mengelus rambutnya dengan lembut.

Merasakan tanganku yang mengangkat kepalanya, kini Zei membuka matanya sebentar lalu berkata "Kamu udah makan panekuknya?". Setelah mendengar pertanyaan dari Zei, akupun menjawab "Iya, udah kok makasih sayang," sambil mencium pipinya.

Setelah mendengar jawabanku, Zeipun tersenyum kearahku dan kembali tertidur.

πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©

Waktu sudah mulai siang, kini matahari sudah mulai berada tepat diatas kepala semua orang.

Zei mulai terbangun dari tidurnya, karena merasakan tanganku yang berada dikepalanya terjatuh, akupun ikut terbangun.

"Kamu udah bangun?" tanyaku melihat ke arah Zei.

"Pantes aja tidur aku nyenyak banget, bantalnya paha kamu," ucap Zei sambil tersenyum.

Senyumnya sangat manis, benar-benar manis. Rasanya jantungku mulai memisahkan diri dengan pembuluh penyangganya.

"Jangan senyum kaya gitu ah," ucapku dengan nada merengek. Tanpa aku sadar ternyata wajahku menunjukkan senyum malu dan pipi yang memerah.

"Ih malu, ah kamu juga jangan kasih aku muka manis kamu kaya gitu," ucap Zei dan kini wajahnya yang mulai memerah.

Kini Zei kembali tertidur dipahaku, dan matanya terarah ke wajahku, matanya tidak berhanti memandangku, dan tangannya tidak berhenti menggenggam tanganku.

Zei selalu begitu, banyak cara untuknya menunjukkan rasa cinta yang dia milikki untukku.

Bahkan dalam diamnya saja aku sudah bisa merasakan curahan cintanya untukku.

Dia benar-benar laki-laki penuh cinta dan perhatian, dan aku berharap Zei tidak pernah berubah dari dirinya yang sekarang

πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©πŸ‘©β€β€οΈβ€πŸ’‹β€πŸ‘©

Sekarang semua hari yang kami lewati bersama terasa sangat indah dan menyenangkan, tak ada lagi tangis selain tangis bahagia.

Namun dalam beberapa minggu ini, aku menemukan sesuatu yang tak pernah hadir sebelumnya.