webnovel

MISJUDGED

Menikah karena sebuah kesalahan yang hampir saja menyiksa Clara seumur hidupnya. kesalahan yang awalnya hampir membuat Clara menggila namun pada akhirnya semua baik baik saja, menurut Clara. tapi hidup tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, Clara pun mulai mendapati sesuatu yang janggal setelah pernikahannya.

beachybucks · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
6 Chs

#4 Apa aku mulai menerima?

Setelah kejadian semalam, milikku masih merasa sedikit perih, ya tentu saja itu karena hal yang terjadi semalam baru aku lakukan untuk pertama kalinya.

Setelah tadi aku selesai mandi dan menggunakan kemeja milik Zei, aku pun menyurhnya untuk mandi dan mengenakan pakaian, lalu sekarang aku menuju dapur untuk masak, sementara Zei mandi.

Saat aku sedang berada didepan kompor, tiba-tiba saja ada sesuatu yang membuatku terkejut, dari belakang Zei memelukku dan meletakkan dagunya tepat dipundakku, aku tidak melepaskan pelukannya itu karena aku tidak munafik, aku juga nyaman dengan peluknya itu.

"Apa itu masih terasa sakit?" Bisiknya tepat ditelingaku dengan posisi tangannya berada dibagian perutku

"Sedikit," ucapku.

"Apa aku terlalu menakutkan semalam?" tanya Zei.

"Sejujurnya iya, bagaimana mungkin kamu melakukan itu semua di hari yang sama dan waktu yang tidak jauh berbeda dengan pelecehan yang baru saja aku dapatkan," ucapku

Dan sejak aku membicarakan itu, aku merasakan tangan Zei kini mulai melepaskan dekapannya pada tubuhku. Dan tiba-tiba saja tedengar pukulan hebat disertai pecahan kaca.

Saat aku menoleh ke belakang, ternyata Zei memukul kaca yang ada di samping pintu kamar mandi dengan tangan kanannya. Melihat hal itu aku pun langsung mematikan kompor dan lari ke arah Zei berdiri saat ini.

Aku pun buru-buru menyeretnya ke sofa ruang tamu untuk duduk, darah segar tidak berhenti mengalir dari tangannya mengenai ubin kayu dan karpet abu-abu di sana. Aku berlari mencari kotak P3K dan mengambil air dengan wadah serta memasukkan handuk kecil kedalamnya, dan aku berlari ke arah Zei duduk sekarang.

Aku duduk disampingnya, lalu mengambil tangan Zei dan meletakkan tangnnya yang berlumur darah itu di pahaku.

"Kamu kenapa si?" Tanyaku dengan nada kebingungan sambil terus membersihkan serpihan kaca dari tangannya

"Aku kesal setiap mengingat si bajingan itu melecehkanmu," ucapnya dengan raut wajah marah

"Kamu sudah menolongku Zei, jangan siksa dirimu," ucapku lalu memeluk tubuhnya dan diapun membalas dengan tangan bebasnya membelai lembut rambutku.

"Aku mohon Zei, jangan menunjukkan sikap ini lagi dihadapan ku, aku benar-benar ketakutan," ucapku sambil menaikkan kepalaku dan menemukan mataku dengan mata Zei

"Maafkan aku Ra, aku tak bermaksud menakutimu," ucap Zei lalu mengecup keningku.

Akupun memerban tangan Zei dan bergegas menaruh kembali kotak P3K dan meletakkan wadah yang berisi air bercampur darah itu ke wastafel. Dan mengangkat masakan yang sedari tadi aku buat untuk Zei sarapan, lalu akupun menghidangkan makanan tersebut.

Sekarang setelah makanan itu terhidang aku mulai menaruhnya dinampan dan meletakkan segelas susu di nampan tersebut tepat di samping makuk berisi bubur, lalu berjalan menuju sofa tempat Zei duduk, dan duduk tepat disampingnya.

"Sekarang makan ya, aku udah masak ini buat kamu," ucapku sambil menyendok bubur hasil masakanku, Zei pun membuka mulutnya dan melahap bubur yang aku buat.

"Zei..." panggilku sambil menatap wajahnya, Zei pun memalingkan wajahnya, dan kini kami saling bertatapan

"Ada apa Ra?" Tanyanya lembut

"Kamu ingatkan dengan apa yang kita lakukan semalam?" Tanyaku sambil menggenggam tangan Zei

"Iya aku ingat, kita melakukan semua permainan gila itu kan semalam?" Ucapnya dengan nada memastikan

"Aku bahkan tidak meminum pil apapun sebelum kita melakukannya, bahkan kaupun tidak menggunakan kondom," ucapku dengan nada khawatir

"Raa, jikalau nantinya kamu hamil, aku pasti akan bertanggung jawab, aku tidak mungkin meninggalkanmu Ra," jawab Zei dengan tangannya yang kini menyentuh pipiku

"Zei.." belum aku selesai dengan ucapanku, tangan Zei yang tadinya berada di pipiku kini menyentuh bibirku dan membuatku terdiam.

"Sudah jangan pikirkan apapun, ayo lanjut suapi aku bubur buatanmu," pinta Zei lalu menarik tanganku yang sedang memegang sendok

Akupun lanjut menyuapi Zei bubur sampai habis, lalu memintanya menghabiskan susu yang sudah aku sediakan di nampan yang ada di pangkuanku. Zeipun mengambil gelas susu dan menghabiskan susu tersebut, lalu meletakkan gelas kosong bekas susu tersebut di nampan yang masih ada di pangkuanku.

Aku pun bergegas berdiri dan membawa nampan yang ada dipangkuanku, dan berjalan menuju dapur, meletakkan nampan berisi piring dan gelas kotor di wastafel lalu mencucinya.

Saat aku sedang mencuci piring tiba-tiba Zei kembali memelukku dan meletakkan kepalanya di bahuku, namun kali ini lebih erat, dan sesekali iya mengecup leherku.

Setelah aku selesai mencuci piring dan meletakkannya di tempat pengering piring, tiba-tiba Zei memutarku dan kini kami saling berhadapan lalu Zei pun menggendongku dan mendudukkanku di wastafel lalu kami saling berciuman.

Setelah cukup lama berciuman, Zei lalu menggendongku ala bridal style dan membawaku ke kasur king size miliknya, meletakkan badan ku sampai aku bisa merasakan betapa nyamannya kasur itu, ya kasur itu, kasur yang semalam kami gunakan untuk bercinta.

Setelah neletakkanku di atas kasur Zei pun kembali seperti semalam dia mulai menduduki pahaku, dan mulai membungkukkan badannya lalu mencium bibirku seintensif mungkin dan sebergairah mungkin, sedikit kasar memang namun aku menikmatinya, ya aku akui Zei cukup handal untuk melakukan itu semua.

Kini Zei benar-benar membawaku kembali pada kejadian semalam, setelah menciumku kini tangannya mulai membuka satu persatu kancing kemeja miliknya yang aku kenakan. Kembali membuat aku berada posisi duduk sambil terus menciumku dan tangannya kini mulai membuka kemeja yang aku gunakan lalu melemparnya ke sembarang arah, dengan terus mencium bibirku dengan semakin intensif, kini tangannya mulai menyelinap masuk kebagian belakang tubuhku dan mulai melepaskan pengkait bra milikku, membukanya, lalu melemparnya lagi ke sembarang arah.

Dia benar-benar memabawa ku kembali pada kejadian semalam, kini dia mulai melepas bajunya, celananya, dan pakaian dalamnya, lalu membuka pakaian dalam ku dan kini dia terus mencium bibirku, dan memasukkan sesuatu yang menegang miliknya ke dalam badanku, dan sialnya aku mengeluarkan suara itu lagi "arghh.. mhhh.." ucapku sambil memegang erat tubuh Zei dan sesekali menjambak rambutnya untuk meredakan rasa perih yang sedang aku rasakan.

Aku sekarang merasa ada cairan hangat yang masuk kedalam tubuhku, dan gerakan sesuatu milik Zei yang menegang kini makin kencang dan agresif, Zei memang handal membuatku mengeluarkan suara sialan itu lagi. "argh.. Zei.. per-..ih," ucapku sambil menjambak rambutnya.

Dan kini Zei mulai menjauhkan tubuhnya dari diriku dan berhenti sejenak dari gerakkan benda menegangnya, tangan Zei meraih tanganku yang menjambak rambutnya dan meletakkannya ke arah kasur membntuk huruf V dikedua sisinya. Ia menahan tanganku erat dan melanjutkan gerak dari bagian tubuhnya yang  menengang lalu kini bibirnya mulai meninggalkan bibirku dan terarah ke bagian leherku, bibir Zei mulai menghisapnya lalu sesekali mencoba menggitnya, dan kini perbuatannya meninggalkan bekas dimana-mana.

Setelah hampir 2 jam kami melakukan itu, kini Zei mengeluarkan bagian tubuhnya yang menengang dan mulai berbaring di sebelahku lalu memiringkan tubuhnya dan memandangiku. Aku pun memiringkan tubuhku, dan kini mata kami saling bertemu.

Zei menggerakkan tangannya ke arahku, dan aku mengangkat kepalaku, menjadikan tangan Zei sebagai bantalku menggantikan bantal yang empuk sebelumnya. Tangan bebas Zei kini mulai menyentuh panggulku sampai ke bokong, lalu menarikku maju, dan kini kami semakin dekat.

Setelah kulit kami mulai bersentuhan seperti sekarang, Zei mengarahkan tangannya ke arah wajahku lalu merapihkan rambutku, memasukkannya ke bagian belakang telinga. Dan kini Zei mulai mengatakan hal yang tak pernah kuduga sebelumnya, tidak pernah kusangka kata-kata itu bisa keluar dari mulut Zei.