Meski samar, Ginnan mendegar alunan biola mendayu-dayu dari seberang sana. Jika diteliti lebih lagi, ada dentingan gelas-gelas wine juga. Oh... Renji mungkin sedang menghadiri pesta sekarang. Mengagumkan. Jika perkiraannya memang benar, pesta macam apa yang membuat pria itu tak mengajaknya?
"Tidak kok. Tidak ada..." Tenggorokan Ginnan terasa kering seketika. "Tapi disini memang indah..." katanya dengan senyum yang ditahan. "Aku tak tahu apa nama gedungnya, tapi tadi sudah ada satu foto yang kuambil. Jadi, mau lihat?"
Secara ajaib, Renji justru mendecih. "Tunggu disana," katanya. Mendadak kembali jadi sosok Renji otoriter. "Cari kursi, duduk, dan jangan bergerak kemana pun. Cukup sepuluh menit."
"Hah?"
"Lakukan saja kataku."
Setelah itu, sambungan telpon pun terputus.
Ginnan memandang layar ponselnya. Diam. Ini bukan pertama kali Renji berlaku sangat aneh. Ginnan tahu pria itu pasti punya alasan, tapi semakin mengenalnya... rasanya semakin sulit.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com