webnovel

Terima kasih atas Keramahanmu (9)

Editor: Wave Literature

Reaksinya begitu menggila—apakah dia takut jika semua orang mendengar apa yang dikatakannya kemudian?

Ji Yi bukannya sok adil. Dia tidak akan mengganggu siapapun jika mereka tidak mengganggunya. Karena Lin Ya sendiri yang mencari masalah, Ji Yi tidak akan tinggal diam!

Di saat keributan itu terjadi, rekaman telah selesai diputar. Tapi Ji Yi belum puas. Dia mengulang rekaman itu sedikit, lalu kembali memperdengarkannya.

"...Aku hampir lupa Xiao Yi. Aku tidak lagi menginap di sebelah kamarmu—Aku sudah pindah ke kamar 1808...."

Ji Yi menunggu sampai ucapan Lin Ya selesai diputar sebelum akhirnya memakai jam tangan itu kembali. Kemudian dengan acuh tak acuh ia mendongak dan menatap dingin ke arah Lin Ya. "Aku telah memberimu kesempatan, tapi kau menolaknya!"

Wajah Lin Ya pucat pasi, gadis itu menggigit bibirnya begitu keras hingga membiru. Meski demikian, Ji Yi tidak menahan diri. Ia justru semakin diplomatis dan galak layaknya seorang Ratu yang menyombongkan diri. "Karena kau sudah tahu bahwa Ji Yi yang bergabung dengan B-Film empat tahun yang lalu sangatlah berbakat dan bukan orang sembarangan, akan kuberi kau sebuah nasehat: Jangan macam-macam denganku!"

Ji Yi lantas berbalik dan melangkah pergi dengan sepatu hak tingginya.

Bo He dan Tang Huahua baru tersadar setelah Ji Yi masuk ke dalam lift.

Keduanya menoleh ke Lin Ya, lalu pamit pergi.

Dan tiba-tiba, hanya tinggal mereka berdua—Lin Ya dan He Jichen—yang tertinggal di lorong itu.

Lin Ya menundukkan kepala, agak takut untuk melihat He Jichen.

Sebenarnya, dia tidak pernah ingin menjebak Ji Yi; dia hanya merencanakan sandiwara malam ini demi He Jichen.

Lin Ya sangat populer karena dia adalah gadis paling cantik di B-film. Ada begitu banyak pria yang ingin memilikinya, hingga mereka bisa membentuk dua lingkaran besar mengelilingi jalanan kampus, tetapi standar Lin Ya terlalu tinggi. Tidak ada satu pun dari mereka yang menarik perhatian Lin Ya sampai ketika ia bertemu He Jichen.

Lin Ya punya seorang teman yang berasal dari kota yang sama, yang mengambil jurusan Penyutradaraan. Karena teman itulah Lin Ya bisa bertemu dengan He Jichen. Sejak saat itu, Lin Ya sering berkumpul dengan temannya hanya agar dia bisa mencuri perhatian He Jichen, namun pemuda itu tidak pernah menghiraukannya. Baru satu bulan yang lalu ketika ia menjawab telepon dari Ji Yi saat sedang mengobrol dengan temannya itulah—semuanya dimulai.

Hari itu, mereka sedang makan di kantin. Lin Ya sengaja duduk di samping He Jichen, dan ketika ia menyebut nama "Ji Yi", He Jichen menoleh ke arahnya.

Saat itu, ia mengira He Jichen memandang ke arahnya karena ia berbicara terlalu keras. Tapi setelah kejadian itu, pemuda itu mulai sering tampak dalam kesehariannya. Lin Ya merasa bahwa akhirnya ia berhasil mencuri perhatian He Jichen, dan hal itu membuatnya sangat bahagia.

Kemudian, yang membuatnya lebih bahagia adalah saat ia pergi membersihkan piringnya, He Jichen menghampirinya untuk bertanya, "Hey, kawan, boleh aku minta nomormu?"

Saat itu, Lin Ya senang bukan kepalang.

Ia berusaha keras untuk menahan kegembiraannya dan mencoba terlihat biasa saja saat bertukar nomor dengan He Jichen.

Lin Ya seringkali menghubunginya terlebih dulu. Pemuda itu jarang membalasnya sehingga Lin Ya mengira bahwa memang sifat He Jichen agak tertutup.

Meskipun He Jichen tidak pernah mengatakan bahwa ia ingin menjadi pacar Lin Ya, gadis itu tidak berusaha menyangkal ketika Tang Huahua dan Bo He salah sangka dan menganggap mereka berpacaran.

Karena gadis itu merasa mereka sudah jadi pasangan.

Jika tidak, mengapa He Jichen selalu mengundangnya untuk pergi makan malam dan menghadiri pesta?

Oh tunggu dulu—dia memang tidak pernah hanya mengundangku. Setiap kali, dia selalu mengucap empat kata itu, "Kau dan teman sekamarmu"...

Tetapi ketika itu Lin Ya sudah terlalu senang bisa lebih dekat dengan He Jichen sehingga dia tidak merasa ada yang aneh dengan kata-kata itu.

Sampai di malam pesta outdoor itu... Ketika dia kembali dari pesta, Ji Yi mengatakan padanya bahwa He Jichen telah menelepon nomor kamar asrama mereka untuk mencarinya.