webnovel

Ji Yi, Maukah Kau Mempercayaiku? (9)

Editor: Wave Literature

Sebelum He Jichen sempat maju dua langkah, Ji Yi mendadak memanggilnya, "He Jichen!"

Dia memanggilku dengan nada yang sama ketika kami masih di sekolah dulu...

Hanya Tuhan yang tahu berapa kali dia memimpikan Ji Yi memanggil namanya seperti itu selama beberapa tahun terakhir.

Dan setiap kali, dia akan berhenti untuk mencari gadis itu di antara wajah-wajah asing, tanpa hasil.

Jemari He Jichen bergetar, namun ia tidak berhenti melangkah.

Dia khawatir bahwa kali ini ia juga hanya berhalusinasi seperti sebelumnya, meskipun gadis itu memang berada di belakangnya.

Ji Yi menatap He Jichen yang berjalan semakin menjauh. Gadis itu pun berteriak lebih keras lagi, "He Jichen!"

Chen Bai, yang hanya berada dua langkah di belakang He Jichen, mendengar dua panggilan Ji Yi yang berturut-turut. Karena melihat He Jichen tidak berhenti, Chen Bai mengira pemuda itu tidak mendengar panggilan tersebut. Ia pun menyenggolnya. "Tuan He, Nona Ji sedang memanggil anda."

Mendengar suara Chen Bai, aliran listrik seolah menyengatnya sehingga sekujur tubuhnya bergetar hebat untuk sesaat. Pemuda itu mendadak menghentikan langkahnya.

Jadi rupanya ini bukan ilusi. Ini kenyataan. Dia benar-benar memanggilku...

Waktu berlalu, beberapa hal tetap sama, tapi orang bisa berubah seiring bergulirnya tahun. Dia tidak bisa mempercayai bahwa akhirnya akan menjumpai hari di mana dia dapat mendengar Ji Yi memanggilnya dengan nada seperti itu lagi. "He Jichen!"

Chen Bai melihat He Jichen berhenti, tetapi tidak berbalik. Dengan penasaran sang asisten memajukan kepala untuk mengintip ekspresi di wajah tuannya. Chen Bai melihat ekspresi wajah pemuda itu terlihat kosong, seakan sedang tertegun.

Chen Bai yang bingung kembali mengingatkan He Jichen dengan berkata, "Tuan He?"

Bulu mata He Jichen yang panjang dan melengkung bergetar perlahan, ekspresi wajahnya kembali tenang seperti biasa.

Tanpa memandang Chen Bai, dengan tenang ia menoleh pada Ji Yi.

Pemuda itu diam-diam mengepalkan tangan tanpa kentara, menandakan bahwa ia sedikit gugup.

Ketika pandangan mereka bertemu, Ji Yi tersentak sadar.

Gadis itu memanggil He Jichen secara refleks sehingga ia bahkan belum memikirkan apa yang hendak ia katakan pada pria itu.

Ji Yi buru-buru menundukkan wajah sambil berpikir bagaimana harus memulai. Ia sendiri tak habis mengerti mengapa bisa sampai kehilangan kata-kata. Namun tiba-tiba, percakapan antara He Jichen dan Fatty yang tak sengaja didengarnya malam itu di Lou Wailou memenuhi benaknya.

"Sampai hari ini, aku ingat bagaimana aku melakukan hal yang paling kusesali dalam hidupku pada jam sepuluh lebih dua puluh empat malam itu."

"Kalau saja aku tahu semua hal yang akan terjadi setelah itu, kalau saja aku tahu akan rasa bersalah dan rasa malu yang kurasakan sekarang…maka aku tidak akan pernah melakukan apa yang kulakukan malam itu"

Dia bilang, dia menyesalinya... Dia bilang, dia selalu didera perasaan bersalah…

Pikiran Ji Yi menjadi kacau lagi.

Karena gadis itu sama sekali belum bersuara, He Jichen mengambil inisiatif dan bertanya, "Apa kau perlu sesuatu?"

Gadis itu lalu mengangkat wajahnya dan menatap He Jichen lekat-lekat, tetapi tidak mendengar apa yang dikatakan pria itu.

Kata-kata yang diucapkan pemuda itu kepada Fatty semalam masih terngiang di telinganya: "Kalau kau mengalami betapa indahnya masa-masa di Sucheng Yizhong waktu itu... Kau tidak tahu betapa aku sangat merindukan saat-saat itu. Akhir-akhir ini, aku selalu bermimpi tentangnya setiap malam".

Bukankah masa-masa yang kami lewatkan di Sucheng Yizhong juga merupakan masa paling indah dalam hidupku?

Dia merindukan aku yang dulu, akan tetapi- kapan aku tidak merindukan "dirinya" yang dulu?

Bahkan setelah begitu banyak hal buruk yang terjadi di antara kita, He Jichen yang ini masih sama dengan He Jichen yang dulu di Sucheng Yizhong