webnovel

Apa Sekarang Kamu Tidak Berani Menatapku?

Editor: Wave Literature

Setelah Bai Yanshen masuk ke dalam ruangan, ia menelepon seseorang. "Tolong carikan perban untuk menghentikan pendarahan, kapas, dan revanol," kata Bai Yanshen. Lalu, ia menambahkan, "Secepat mungkin."

Su Xiqin masih berdiri di tengah ruangan sambil terus menutupi dahinya dengan tangannya karena rasa sakitnya begitu parah. Bai Yanshen pun memanggilnya, "Kenapa kamu masih berdiri? Cepat duduk."

Su Xiqin mengangkat kepalanya dan melirik Bai Yanshen. Saat Bai Yanshen berjalan ke arahnya, Su Xiqin segera duduk di sofa sebelum pria itu menghampirinya. Ia masih menundukkan kepala dan terus menekan tangannya dengan lembut ke luka di dahinya. Saat Su Xiqin menurunkan tangannya, ia melihat warna segar di tangannya yang menunjukkan bahwa darah terus keluar.

"Jangan ditekan," kata Bai Yanshen. Ia segera menghampiri Su Xiqin dan mencegah tangan wanita itu yang mau menekan lukanya lagi. Tangan Bai Yanshen begitu hangat dan kering. Sebaliknya, tangan Su Xiqin sangat dingin seperti es.

"Sebenarnya, ini tidak apa-apa karena kepalaKU sudah diperban," kata Su Xiqin.

Su Xiqin masih tidak berani menatap Bai Yanshen karena ia sudah menduga bahwa pasti saat ini ekspresi Bai Yanshen kurang baik. Meskipun ia tidak melihat pria itu, ternyata dugaannya benar Karena saat ini Bai Yanshen mengerutkan kening dengan ekspresi yang begitu dingin. Tidak ada sepatah katapun yang terucap. Beberapa saat kemudian, Su Xiqin melihat sepatu yang ada di depannya mulai bergerak. Su Xiqin mengangkat kepalanya dengan cemas. Namun, setelah ia melihat bahwa ternyata Bai Yanshen bergerak mundur, ia menjadi lega.

"Minumlah air ini terlebih dahulu," kata Bai Yanshen, lalu meletakkan air di meja kaca di depan Su Xiqin.

Su Xiqin mengangkat kepalanya dan menatap Bai Yanshen yang sedang menuangkan air dengan sopan. Ketika tatapan mereka bertemu, Bai Yanshen balik menatap Su Xiqin dengan tatapan yang sangat dalam. Bola matanya begitu bersinar dengan cerah hingga membuat Su Xiqin merasa seperti diserap oleh energi cahaya.

Melihat Su Xiqin yang tercengang menatapnya, tiba-tiba Bai Yanshen berjongkok di depan Su Xiqin dan bertanya, "Apa kamu barusan tidak berani menatapku?"

Suara lembut Bai Yanshen menyadarkan Su Xiqin dari ketertegunannya. Ia sempat lupa dengan rasa sakit di dahinya dan wajahnya pun merona merah. "Barusan saja dahi saya terasa sangat sakit. Terima kasih airnya," kata Su Xiqin. Ia merespons dengan sangat gugup. Meskipun wajahnya terlihat tidak biasa, ia tetap berusaha menanggapi dengan sewajar mungkin.

"Memangnya sekarang sudah tidak sakit?" tanya Bai Yanshen sambil menatap wajah Su Xiqin.

Su Xiqin sempat panik selama beberapa saat. Ia segera menunduk, melihat ke bawah, dan berkata dengan suara bergetar, "Tuan Bai, tolong lihat rancangan desainnya terlebih dahulu. Setelah Tuan selesai melihatnya, saya akan kembali."

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu dan beberapa saat kemudian pintu terbuka. Ternyata yang datang adalah Jiang Cunyu. Ia sangat terkejut saat melihat kedua orang yang berada di ruangan. Lalu, ia berkata dengan tenang, "Tuan, pesanan Tuan sudah datang."

Bai Yanshen memandang ke arah Su Xiqin, lalu mengalihkan pandangannya pada Jiang Cunyu dan berkata, "Berikan barang itu kepada Nona Su."

"Baik, Tuan," kata Jiang Cunyu. Kemudian, ia meletakkan barang yang ia bawa di meja kaca dan berkata pada Su Xiqin, "Nona, ini untuk Anda."

Setelah Bai Yanshen berjalan pergi, barulah Su Xiqin berani mengangkat wajahnya sehingga luka di dahinya terlihat jelas di mata Jiang Cunyu. "Nona Su, apakah Anda perlu pergi ke rumah sakit untuk membalut luka itu?" tanya Cunyu.

"Tidak perlu. Pihak rumah sakit sudah mengajari saya cara membalut luka," jawab Su Xiqin sambil menatap Jiang Cunyu dengan tatapan terima kasih.

Jiang Cunyu mengangguk, kemudian berjalan ke arah Bai Yanshen yang sedang duduk di kursi eksekutifnya dan bertanya, "Tuan Bai, Anda baru saja pulang dari luar negeri. Kenapa tidak istirahat dulu?"

"Aku akan pulang sebentar lagi. Kamu pergilah bekerja dulu," kata Bai Yanshen sambil mengambil dokumen yang berada di atas meja.

Jiang Cunyu segera keluar dari ruang kantor Bai Yanshen. Setelah keluar dari ruangan itu, seakan ada ribuan pertanyaan yang berlarian di otaknya. Presiden Bai menyukai Su Xiqin? pikirnya. Jiang Cunyu belum pernah melihat Bai Yanshen dekat dengan klien wanita maupun dengan wanita yang ada di sekitarnya. Terakhir kali, Jiang Cunyu melihat Bai Yanshen dekat dengan wanita itu di mobil. Sekarang, ia kembali melihat mereka di kantor. Hal seperti ini adalah suatu kelangkaan yang terjadi pada diri Bai Yanshen. Tapi, bukannya Su Xiqin sudah menjadi istri orang? pikir Jiang Cunyu lagi. Jiang Cunyu merasa situasi ini sama halnya seperti kapal yang harus kembali putar balik karena akan menabrak gunung es.

———

Setelah Jiang Cunyu meninggalkan ruangan Bai Yanshen, suasana dalam ruangan itu menjadi hening. Begitu hening, bahkan hingga suara Bai Yanshen membalik dokumen pun bisa terdengar. Setelah Su Xiqin meminum dua teguk air, ia mengerutkan kening ketika melihat perban yang berada di atas meja kaca. Sekarang ia tidak bisa mengganti perbannya sendiri karena tidak ada cermin. Ia pun melihat ke arah Bai Yanshen yang sedang serius mengecek lembaran naskah.

Wajah Bai Yanshen tampak begitu sempurna, seperti diukir dengan tangan. Setiap sudut wajahnya menampakkan keanggunan dan elegan, selain itu terlihat juga semangat heroik yang membuat pesonanya semakin terlihat. Pesona semacam ini tidak dimiliki oleh Mo Xigu, batin Su Xiqin. Namun, ia tidak tahu kenapa ia tiba-tiba membandingkan Bai Yanshen dengan Mo Xigu. Su Xiqin juga tidak tahu apakah Bai Yanshen bersikap seperti ini padanya karena ada alasan lain.

Saat Bai Yanshen mengangkat kepalanya, matanya bertemu dengan Su Xiqin yang sedang tertegun menatapnya. Su Xiqin langsung merasa terkejut karena ketahuan telah diam-diam menatap seseorang. Ia pun segera mengangkat tangannya dengan panik dan menyelipkan rambut ke belakang telinganya. Su Xiqin memiliki kebiasaan untuk menyentuh rambutnya dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga setiap kali ia panik.

Hari ini Su Xiqin mengurai rambutnya. Jari-jarinya yang lentik menempel pada telinganya. Entah mengapa, Su Xiqin selalu gugup tiap kali melihat Bai Yanshen. Karena tidak tahan melihat tatapan Bai Yanshen yang dalam, Su Xiqin membuka mulutnya untuk memecah keheningan, "Apakah desain yang sudah saya revisi telah memenuhi kriteria Tuan?"

Su Xiqin bertanya begitu untuk menghilangkan suasana canggung ini. Namun, pertanyaannya justru malah membuat Bai Yanshen mengernyit. Ia memandang Su Xiqin beberapa saat, lalu balik bertanya, "Apakah aku sudah sangat tua?"

Bibir Su Xiqin tersenyum dan tiba-tiba merasa tenggorokannya kering. "Ini sebagai suatu penghormatan."

Penjelasan Su Xiqin membuat Bai Yanshen memejamkan matanya. Ia pun mengambil rokok, lalu menyalakannya. Tidak lama kemudian, asap rokok mengepul di ruangan tersebut. Su Xiqin jadi bertanya-tanya, Ada dua penyebab seseorang merokok. Pertama, karena sedang ada pikiran dan kedua, karena sedang melampiaskan kekesalannya karena sesuatu. Yang mana yang sedang dialami Bai Yanshen sekarang? Sedang ada pikiran, atau sedang melampiaskan kekesalan?

Sementara Su Xiqin masih tenggelam dalam pikirannya, Bai Yanshen tiba-tiba bertanya, "Apakah desain ini dikeluarkan hari ini?"

"Benar. Saat Direktur Ji menelepon, saya langsung membenarkan desain tersebut."

"Desainmu ini belum memenuhi kriteriaku. Seperti yang telah kamu katakan, ini berkaitan dengan mimpi. Jika aku tidak tahu ada hubungannya dengan hal itu, aku tidak tahu bagaimana jadinya. Aku rasa ini terlalu kurang," terang Bai Yanshen.

Su Xiqin mengernyit sambil memandangi wajah Bai Yanshen yang tertutup oleh kepulan asap.