webnovel

Dia Melindunginya

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Su Xiqin memandang Bai Yanshen sambil berpikir, Bagaimana caranya menjelaskan tentang mimpi itu? Namun, ia melihat Bai Yanshen yang sedang menunggu jawabannya. Setelah berpikir beberapa saat, ia pun menjawab, "Sebenarnya, ini ada hubungannya dengan masalahku dan suamiku."

Su Xiqin tidak pernah membicarakan hal ini dengan orang lain. Namun, karena Bai Yanshen menyuruh menjelaskan, mau tidak mau ia harus mengatakannya. "Mimpi terbesarku adalah memberikan dua orang anak untuknya. Sekarang, aku baru memberikannya satu anak sehingga setengah dari mimpi itu belum terwujud. Karenanya, aku merancang desain kalung setengah bagian tersebut," jawab Su Xiqin dengan singkat. Ia berpikir, Sepertinya ini akan mengubah pikiran Bai Yanshen mengenai desain itu.

"Apa kamu memiliki hubungan yang baik dengan suamimu?" tanya Bai Yanshen tanpa sungkan.

Su Xiqin tahu bahwa di hari kecelakaan itu, Bai Yanshen melihat perselisihan antara dirinya dan Mo Xigu. Ia bingung harus menjawab apa. Jika ia menjawab iya, ada kemungkinan ia akan diinterogasi lebih lanjut. Tapi, jika ia menjawab tidak, maka itu akan lebih tidak pantas. Ia langsung berpikir keras untuk segera mencari jawaban untuk pertanyaan Bai Yanshen.

Saat Su Xiqin akan membuka bibirnya, pria dibalik kepulan asap itu bersuara, "Setengah kalungmu ini menunjukkan makna kesedihan, sehingga jawabannya sudah jelas."

Su Xiqin mengerutkan kening dan terus menatap Bai Yanshen yang berada dibalik kepulan asap rokok itu. Bai Yanshen kembali menghisap rokoknya, lalu melanjutkan, "Kamu membandingkan anakmu dengan setengah kalung ini. Itu menunjukkan bahwa kamu begitu mencintai anakmu dan kamu ingin menunjukkan bahwa dia adalah harapan hidupmu. Begitukah maksudnya?" Bai Yanshen langsung mengajukan pertanyaan itu ke arah Mo Jintian.

Su Xiqin tidak menyangkal dan langsung mengangguk. "Iya, putraku adalah setengah kalungku," kata Su Xiqin. Namun, ia tidak mau mengakui jawaban untuk pertanyaan Bai Yanshen yang satu lagi.

Bai Yanshen terus menatap Su Xiqin melalui kepulan asap rokoknya. Lalu, ia menekankan putung rokoknya ke asbak kaca hingga baranya padam. "Tidak sabar mau melihat sisi lain dari kalung ini," kata Bai Yanshen dengan penuh arti.

Su Xiqin mengerutkan kening sambil berpikir, Apa dia punya maksud lain yang ingin disampaikan? Bukannya sisi lain itu berarti punya anak lagi?

"Draft sudah selesai," kata Bai Yanshen.

Sudah selesai? Itu berarti dia sudah selesai memeriksa draftnya? Lupakan saja. Tidak tahu kapan dia selesai memeriksa. Jika menurutnya sudah beres, berarti sudah beres, pikir Su Xiqin. Lalu, ia bangkit dari duduknya dan pamit, "Tuan Bai, karena ini sudah selesai, saya kembali dulu."

Bai Yanshen ikut bangkit dari duduknya dan berkata pada Su Xiqin, "Rawat dahimu di rumah sakit dulu."

"Tidak perlu. Saya akan membersihkannya sendiri di rumah," kata Su Xiqin. Ia benar-benar tidak mau memiliki terlalu banyak hubungan dengan Bai Yanshen.

"Dahimu terkena punggungku sehingga sebagian menjadi kesalahanku. Aku juga harus bertanggung jawab. Jika kamu tidak mau pergi, apa kamu berniat membuatku berhutang padamu?" tanya Bai Yanshen hingga membuat Su Xiqin terdiam.

———

Setengah jam kemudian, Bai Yanshen melajukan mobilnya menuju rumah sakit kota. Setelah sampai, mereka turun dari mobil. Otak Su Xiqin seakan tersadar tentang sesuatu saat melihat gedung itu dan ia pun berpikir dengan agak kesal, Kenapa dia membawaku ke sini? Rasa malu kembali menghinggapi Su Xiqin ketika ia menyadari bahwa mereka sedang berdua sehingga ia mengetuk-ngetuk kepalanya.

"Pusing?" Suara berat datang dari arah belakang Su Xiqin.

Su Xiqin segera menghentikan gerakannya, lalu menggelengkan kepala sambil berkata, "Tidak."

"Kalau begitu, ayo kita jalan," kata Bai Yanshen.

Bai Yanshen berjalan melewati Su Xiqin terlebih dahulu dan meninggalkan aroma maskulin yang merangsang saraf indera penciumannya. Pria bertubuh jakung itu mengenakan kemeja biru tua garis-garis, celana panjang hitam, dan sepatu kulit buatan Italia sambil membawa tas dengan satu tangannya. Ia berjalan dengan tegap dan punggungnya tampak lebar, seperti gunung agung yang berdiri di tengah pantai. Ia tidak kekar, tapi proporsi tubuhnya benar-benar pas. Gaya dan kecepatan berjalannya pun juga pas dan elegan. Bai Yanshen benar-benar memancarkan pesona alami seorang raja. Su Xiqin melihat punggung elegan Bai Yanshen sambil mengerutkan kening. Ia merasakan keraguan yang bercampur dengan perasaan malu. Akhirnya, ia pun melangkahkan kakinya mengikuti Bai Yanshen.

Saat mereka berdua hendak masuk lift, lift itu penuh dengan orang. Awalnya Su Xiqin masih berdiri di tepi dekat pintu. Namun, karena ada satu orang yang mundur, ia bisa masuk ke tengah. Bai Yanshen sudah terlebih dulu masuk ke dalam lift dan menunggu sampai Su Xiqin melangkah masuk ke tengah. Namun, karena saat itu terlalu banyak orang, posisi yang harusnya bisa ditempati Su Xiqin keburu ditempati orang lain.

Lift mulai bergerak ke atas. Bai Yanshen yang sedang berdiri di dekat pintu bisa melihat pria yang berdiri di depan Su Xiqin. Saat pria itu melihat tatapan tajam Bai Yanshen, ia segera memberi jalan untuk Su Xiqin. Karena keberadaan Bai Yanshen, Su Xiqin merasa orang-orang yang ada di sekitarnya menempel di sisi lift sehingga tempatnya berdiri tidak terlalu sesak. Su Xiqin pun memperhatikan gerak tubuh dan mata Bai Yanshen. Ketika tiba-tiba Bai Yanshen memandangnya, tatapan matanya seperti pusaran air yang dalam dan siap menghisap Su Xiqin masuk ke dalamnya. Tiba-tiba, Su Xiqin merasa kepalanya pusing.

"Kamu merasa pusing?" tanya Bai Yanshen sambil menundukkan kepalanya dan membungkuk ke dekat telinga Su Xiqin.

Suara serak Bai Yanshen bagaikan memiliki efek magnetik yang membuat Su Xiqin sedikit terperanjat sadar dan menoleh ke atas. Ternyata, Bai Yanshen menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Setelah ia menatap Bai Yanshen begitu lama dengan kaku, ia menggelengkan kepalanya.

Ding....

Di saat yang sama, pintu lift berbunyi dan terbuka. Namun, Su Xiqin masih belum bisa merasa lega. Ia justru merasa saat ini bahunya berat dan beban ini tiba-tiba menyalurkan aliran hangat ke seluruh tubuhnya. Su Xiqin melihat bahwa ternyata Bai Yanshen sedang memegang bahunya. Ia pun berbalik untuk melihat ke arah Bai Yanshen yang memegang bahunya dan berusaha membawa mereka keluar dari kerumunan, "Maaf, minggir..."

Perkataan Bai Yanshen membuat orang-orang kompak memberikan jalan. Bai Yanshen pun merangkul Su Xiqin dan membawanya keluar. Sejujurnya, Su Xiqin hanya merasakan pusing dan panas saat berada di rangkulan Bai Yanshen. Terlebih lagi, sekarang posisinya begitu dekat dengan dada Bai Yanshen sehingga ia bisa dengan jelas merasakan detak jantung pria itu.

Su Xiqin tidak tahu bagaimana caranya mereka keluar dari lift yang begitu penuh dan terlalu banyak orang. Ketika udara segar sedikit menyambutnya, ia menoleh ke atas dan melihat rahang Bai Yanshen yang sedang merangkulnya. Ia ingin pria itu melepaskan tangannya, tapi pria itu tidak mau melepaskan tangannya lebih dulu.

Setelah keduanya keluar dari lift itu, barulah Bai Yanshen melepaskan tangannya, dan melihat Su Xiqin yang menatapnya dengan tatapan bingung. "Tadi terlalu banyak orang. Aku takut jika aku tidak begitu, mereka akan membuatmu terjatuh," Bai Yanshen pelan-pelan menjelaskan tindakan yang baru saja ia lakukan.

Setelah berbicara, Bai Yanshen memindahkan tasnya di tangan yang lain dan berjalan di samping Su Xiqin. Su Xiqin berdiri dan menatap Bai Yanshen dari samping saat pria itu tidak melihatnya. Penjelasan Bai Yanshen membuat tenggorokan Su Xiqin tercekat hingga ia tidak bisa mengatakan apapun, apalagi menyalahkannya.

Mereka terkadang memandang ke arah satu sama lain dengan tenang. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa suasana di antara keduanya menjadi canggung. Su Xiqin pun menundukkan kepalanya dan bergumam pelan, "Terima kasih."

Saat memandang Su Xiqin, Bai Yanshen tersenyum dan berkata, "Ayo."

Setelah itu, Bai Yanshen bergerak maju dan Su Xiqin mengikutinya.

Next chapter