Orang yang dinanti akhirnya datang juga. Aku jadi khawatir sama Bang Dito, pasti nanti akan dapat ceramah gratis dari Ibu. Tetapi salah Bang Dito juga, pulang selalu malam-malam begini. Harus tanggung sendiri akibatnya. Mungkin juga, Ibu, yang terlalu berlebihan kepada semua anak-anaknya. Ah tahu deh, aku jadi pusing.
"Assalamulaikum, Bu," Bang Dito datang dengan wajah yang sangat lelah sekali. Sebagai seorang adik aku jadi kasihan kalau misalkan dia dapat omelan dari Ibu.
"Waalaikumsalam, Dit, sudah sana mandi dulu. Tadi sudah disiapkan air panas sama Lisa." perintah Ibu.
Bang Dito mengangguk. "Baik, Bu." tanpa banyak kata, Bang Dito berjalan menuju ke kamarnya.
Kasihan kali nasib kedua abangku yang tak kunjung mendapatkan pendamping hidup. Coba saja, Bang Dito dan Kak Arman mau menyisihkan sedikit waktunya untuk memikirkan kehidupan percintaan mereka, pasti sekarang aku sudah punya dua kakak ipar.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com