Qin Sheng tidak mengerti dengan keyakinan Fu Si, "Tuan Fu, kamu sendiri saja baru bertemu dengannya sekali…"
Qin Sheng berpikir, seberapapun tinggi IQ Fu Si, mana mungkin sudah bisa mengetahui sifat dan sikap seseorang dengan sangat yakin hanya dari satu kali pertemuan?
Namun di luar dugaan Qin Sheng, sosok Chi Gui yang ramping muncul dari depan pintu.
Seketika itu juga, Qin Sheng mata membuka lebar karena terkejut.
'Tidak mungkin, dia benar-benar datang?' batin Qin Sheng.
Sebelum masuk ke dalam toko, Chi Gui melihat di depan toko itu berdiri seorang pria tampan yang melihatnya dengan ekspresi wajah terkejut, bagaikan melihat hantu.
Chi Gui heran dan bertanya-tanya di dalam hati. Kemudian, ia melihat sosok Fu Si yang duduk di belakang counter.
Mata Fu Si sedang fokus melihat ponselnya. Wajahnya yang tampan, pupil mata yang gelap dan tajam di balik kacamata berbingkai emas itu tidak menunjukkan ekspresi apapun. Kemeja putih yang polos yang melekat di badannya tampak sangat mahal.
Melihat kemunculan Chi Gui, sudut mulut Fu Si terangkat. Dengan suara rendah yang sedikit menggoda ia berkata, "Bertemu lagi, sepertinya kita memang ditakdirkan."
Chi Gui bertanya, "Kamu pemilik toko ini?" Akhirnya, diskon yang mencurigakan itu pun bisa dijelaskan.
Fu Si sudah terkenal dengan pemikirannya yang tak tertebak. Jika pria itu melakukan sesuatu hal yang aneh, maka orang lain tidak perlu heran lagi meskipun hal itu adalah sesuatu hal yang sangat konyol. Pasalnya, hal konyol itu pun pasti sudah dipikirkan secara mendalam olehnya.
Chi Gui tidak memikirkan hal itu lebih jauh, ia hanya peduli dengan harga produk saja. "Semua produk di sini dijual dengan harga diskon 95 persen?"
Fu Si tersenyum, menyimpan ponselnya, kemudian berdiri dari kursi dan berjalan ke arah Chi Gui.
Pupil mata Chi Gui yang bulat dan gelap dengan tenang menatap kepada Fu Si.
Fu Si mencondongkan tubuhnya, wajahnya mendekat ke samping telinga Chi Gui, dengan nada suara yang memikat hati ia berkata, "Iya, kedepannya, tolong berikan banyak perhatian ya kepada… toko aku..."
Kata 'aku' sengaja ditekankan dan diperpanjang oleh Fu Si.
Chi Gui mengaitkan alis matanya sambil melihat mata Fu Si yang cantik. Wajah Fu Si jika digambarkan dengan kata 'sempurna tanpa celah', sama sekali tidak berlebihan. Karakternya yang dididik oleh keluarga kaya sejak kecil juga menunjukkan keanggunan bangsawan.
Dulu saat masih di Institut Nasional Penelitian Medis, Chi Gui sering mendengar murid-muridnya berbicara tentang betapa menawannya Fu Si. Bahkan jika ada kesempatan untuk dipermainkan olehnya sekali saja, mereka pun sangat rela.
Kini, Chi Gui melihat Fu Si dari jarak dekat. Pria itu memang memiliki modal untuk membuat orang tergila-gila kepadanya, tapi…
Chi Gui berbicara dengan sedikit heran, "Aku tidak tuli, kenapa kamu harus mengatakannya begitu dekat?"
Fu Si terdiam…
"Hah!" Qin Sheng menutup mulut sekuat tenaga dengan kedua tangannya dan segera berlari keluar dari toko. Ia takut jika terus berdiri di sana, dirinya akan keceplosan dan tertawa terbahak-bahak.
Qin Sheng berlari terus hingga melewati dua blok, kemudian ia berhenti. Pria itu mengeluarkan ponselnya dan melihat di grup chat, ada pesan yang masuk.
Seseorang di grup chat menulis, 'Apa sih yang menarik di kota Nan? Kenapa kamu dan Tuan Fu tidak mau meninggalkannya?'
Qin Sheng membalas dengan misterius, 'Kalau aku beri tahu, aku takut dagu kalian jatuh! Tapi aku tidak berani mengatakannya!'
Detik selanjutnya, muncul berbagai balasan di grup chat itu yang penuh dengan rasa penasaran dan emosional.
Qin Sheng dengan puas menyimpan kembali ponselnya. Perasaan karena memiliki rahasia besar yang hanya diketahuinya sendiri ini membuat pria itu sedikit puas!
***
Di dalam toko.
Fu Si menegakkan badannya, menjauhkan jaraknya dari Chi Gui.
Jari tangan Fu Si mengangkat kacamatanya, dengan senyuman ramah ia bertanya, "Mau beli apa?"
Mata Chi Gui menyapu ke rak-rak toko. Toko itu tidak kecil, barang pajangan di rak juga banyak, hampir semua keperluan medis tersedia di sana.
Chi Gui berpikir untuk membeli berbagai barang medis termasuk pisau bedah dan juga model anatomi. Barang-barang di toko itu semua berasal dari merek besar yang memiliki reputasi baik dalam negeri. Kalau belanja dengan harga normal, harga satu setnya bisa mencapai puluhan ribu. Namun di sini, dengan voucher diskon 95 persen, Chi Gui hanya perlu mengeluarkan uang sebanyak tiga ribu saja.
Berhasil menghemat uang yang cukup banyak, suasana hati Chi Gui pun membaik. Setelah melakukan pembayaran, ia mengatakan terima kasih kepada Fu Si sambil tersenyum.
Fu Si mengangkat alis matanya.
Ketika Chi Gui tidak tertawa, wajahnya terlihat dingin, seolah-olah menghadirkan larangan 'jangan mendekatiku'. Namun ketika senyum, tatapan dingin Chi Gui bagaikan salju yang meleleh, tampak indah dan lembut sekali.
Fu Si merasa seperti ada sesuatu yang bergerak di dalam lubuk hatinya.
Fu Si melengkungkan sudut bibirnya, "Sama-sama. Kedepannya, tolong sering ke aku… ke sini ya."
"Baik." Chi Gui tidak merasakan ada kata yang kurang pantas, ia menganggukkan kepalanya.
Mata Fu Si menatap Chi Gui, kemudian tiba-tiba ia bertanya, "Toko kami memiliki layanan pengantaran barang ke rumah secara gratis, apakah kamu membutuhkannya?"