webnovel

Memory Of Love

Kini Bila telah berusia 17tahun, tunai sudah janjinya kepada ayahnya, saat ini ia bisa menjalin hubungan dengan Edwin pria yang telah mencuri hatinya. Namun ada masalalu yang kembali kedalam hidup Edwin, juga seorang teman yang teropsesi untuk memiliki laki-laki itu. Akankah cinta Bila dan Edwin bertahan ditengah deburan masalah yang menerpa, ataukah hati mereka akan berlabuh di dermaga cinta yang lain.

Bubu_Zaza11 · Umum
Peringkat tidak cukup
109 Chs

Makan Malam Romantis Bag.2

Ewin mengajak Bila menuju kafe dimana dulu ia menyatakan cinta, disebuah ruangan yang sudah ditata dengan bunga dan lilin.

Diatas meja sudah ada dua gelas minuman dan piring berisi makanan, Bila sudah tidak berkonsentrasi dengan suasana romantis dalam ruangan itu.

Ia sudah merasa sangat lapar, sehingga ia langsung duduk dan mengambil piring berisi makanan pembuka.

"Kak...kurang masih lapar" Bila meminta makanannya ditambah

"Bila kamu rakus amat, ga peka lagi" Edwin menjawab dengan ketus.

"Kakak kenapa, maaf aku laper banget kak" Bila bingung mengapa Edwin tiba-tiba marah.

"Bil... kamu ga perhatiin ruangan ini ya?"

Bila menoleh sekeliling ruangan itu "eh banyak bunga, sama lilin indah ya kak" jawab Bila sambil tersenyum.

"Bila....kamu ga ngerasa ada yang gima gitu" Edwin mulai kehilangan kesabaran.

"Apa sih kak" Bila mengambil gelas berisi anggur, belum sempat meminumnya Bila meletakkan gelasnya karena mera aneh dengan bau minuman itu "kak ini minuman apa aku ga suka, diganti ya".

"Bila....cukup, kamu bener-bener ga peka ya kalau lagi laper, udah aku ga mau basa-basi, aku nyiapin makan malam ini yang sebenarnya udah romantis banget, tapi karena kamu ga peka ya udah".

Edwin segera meraih tangan Bila kemudian dengan lembut menggengannya"Bila tujuanku mengajak kamu ke sini adalah untuk mengatakan, Bila aku masih menyayangi kamu, maukah kamu kembali jadi calon istriku?".

Bila terkejut dengan pernyataan Edwin, perutnya yang lapar tiba-tiba menjadi kenyang, antara bahagia dan tak percaya bahwa Edwin akan memintanya kembali secepat ini.

"Kak Edwin haruskah secepat ini?" Bila berkata dengan terbata-bata.

"Aku ga mau menunggu lagi, aku ga mau terpisah lagi sama kamu, kalau perlu kita segera menikah" Edwin menjelaskan dengan sungguh-sungguh.

"Kak...aku".

"Aku ga peduli, kamu harus menjawab sekarang juga".

"Sekarang, kak tapi".

"Yes or no".

Bila berpikir cukup lama, sedang Edwin gusar memikirkan apa jawaban yang akan Bila berikan.

"Bila...jawab! kamu mau tidak jadi calon istriku?".

"Bismillahirohmannirohim" Bila berkata dalam hati untuk meneguhkan hatinya, ia menunduk dan dengan pelan ia menganggukan kepala sebagai tanda ia menyatakan persetujuannya.

"Bila kamu mengangguk, itu berarti kamu mau jadi calon istriku, sungguh Bil?" Edwin menanyakan kembali keputusan Bila.

"Ya kak, tapi kakak jangan bohongi aku lagi ya" Bila meminta pada Edwin.

Edwin menggenggam tangan Bila lebih erat lalu menciumnya seraya mengangguk dengan mantap.

"Trimakasih sayang" Ucap Edwin penuh cinta.

"Tapi kak".

"Apa lagi".

"lapar...".

"Oke...kamu mau makan apa sayang?".

"Jangan panggil sayang ah".

"Oke bunda".

"Ih kakak".

Edwin memanggil pelayan lalu memesan beberapa makanan, setelah makanan yang dipesannya tersaji Bila langsung memakannya dengan lahap.

"Cewek makan ga ada jaim-jaimnya kamu Bil". Edwin berkomentar melihat Bila makan.

"Lapar kak, aku belum makan dari tadi siang, gara-gara kak Edwin" Bila membalas Edwin.

"Lho kok gitu, emang aku salah apa?" Edwin tak terima.

"Kakak....bikin aku nangis" Bila menjawab dengan ketus.

"Itu mah kamunya aja, yang keras kepala ga mau dengerin penjelasanku". Edwin menjawab dengan lembut.

Bila tersenyum malu mendengar penjelas Edwin, "Iya sih kak, kalau dipikir aku emang kekanak-kanakan ya, maaf ya kak".

"Ya...sayang aku passti maafin kamu kok, tapi aku juga sudah banyak salah sama kamu" Edwin terdiam sejenak "dulu aku sama Vita memang pernah" Edwin berhenti berkata ketika dengan tiba-tiba Bila menatapnya tajam.

"Pernah apa kak" Bila bertanya dengan tegas.

Edwin menceritakan kejadian dimana dulu dirinya dan Vita pernah mengalami CLBK juga berhubungan dibelakang Bila dan Dimas.

"Maaf Bil...aku baru bisa jujur soal ini ke kamu, mungkin Tuhan menghukumku dengan kehilangan kamu selama bertahun-tahun, karna aku sudah menghianati kamu dulu" Edwin memohon maaf dengan tulus.

"Ya kak" sebenarnya Bila sangat sakit mendengar kebenaran yang Edwin ungkapkan, tapi ia juga merasa senang Edwin telah berkata dengan jujur dan menyesali perbuatannya.

"Bila....mulai sekarang kita awali semua, aku janji ga akan berpaling lagi dari kamu" Edwin berkata dengan tekat yang kuat, sambil menggenggam tangan Bila.

"Ya....kak, kita ambil hikmah dari kejadian dulu, aku juga minta kakak sabar ya menghadapi sifat keras kepala dan kekanak-kanaanku" Bila mencoba membangkitkan harga diri Edwin sebagai laki-laki.

"Pasti Bil....apapun yang ada didiri kamu, aku akan terima"

"Makasih kak" Bila meyakinkan Edwin.

Makan malam waktu itu berjalan dengan baik walaupun suasana romantis yang Edwin inginkan tidak terwujud.

Akan tetapi ia justru mendapatkan ketenangan hati karena sudah memberi tahukan pada Bila semua kebenaran masa lalunya.

Pukul 20.15 setelah selesai makan malam, Edwin mengantar Bila sampai ke rumah tepat pukul sembilan kurang seper empat malam.

Sebelum turun dari mobilpun Edwin masih sempat menggoda kekasihnya itu.

"Bunda....kita nikah aja yuk, kita bikin adek buat Vidi"

"Kak Edwin...nyebelin, aku keluar dulu" dengan tergesa-gesa Bila keluar dari dalam mobil.

Edwin tersenyum geli dengan tingkah Bila yang malu-malu.

Edwin mengantar Bila masuk kemudian berpamitan pada ke dua orang tua Bila, sebelum ia benar benar pergi dari hadapan Bila ia sempatkan menempelkan kedua jarinya yang lebih dulu ia tempelkan ke bibirnya kemudian dengan mesra ia tempelkan kedua jarinya di kening Bila.

"Muach.....ayah pulang dulu ya bund, bye bunda" Edwin memberi salam perpisahan malam itu.

"Ih....kak Edwin, lebay" Bila berkata dengan juteknya di depan Edwin.

Akan tetapi setelah Edwin pergi Bila justru tersenyum dengan perlakuan Edwin, ia bersyukur karena Edwin tak pernah memaksakan untuk bersentuhan secara fisik pada Bila karena rasa hormatnya pada Bila.

Wih....ahirnya jadian lagi, jaga terus hati Bila ya Win, jangan khianati lagi.

Ditunggu vote dan Bintangnya ya pembaca.

Happy reading

Bubu_Zaza11creators' thoughts