webnovel

Sepertinya Tuhan Begitu Menyayangiku.

Beberapa minggu sejak Bila dan Edwin kembali menjadi sepasang kekasih telah berlalu.

Mereka sepakat untuk menyembunyikan hubungan mereka di kantor, dengan tetap bersikap biasa, hanya saja mereka tetap intens berhubungan melalu sosial media.

Rekan kerja merekapun tak menyadari adanya hubungan sepesial diantara mereka, bahkan sikap Edwin dikantor cenderung sama dia masih tetap saja tegas dan disiplin pada semua karyawannya termasuk Bila.

Bila juga bersikap hormat layaknya karyawan biasa ditempat itu.

Berbeda dengan sikap Edwin di rumah, sekarang ia menjadi sosok yang lebih riang dan perhatian pada papanya, ia juga menjadi sosok om yang penyayang pada keponakan-keponakannya.

Pak Baroto menyadari perubahan sikap Edwin, hingga ia merasa penasaran dengan sosok Bila gadis yang sudah mengubah prilaku anaknya.

Suatu siang pak Baroto masuk ke dalam kamar Edwin untuk mencari tahu tentang gadis itu.

"Papa penasaran sama gadis yang bernama Bila itu, apa dia begitu istimewa, tapi menurut papa ga ada gadis yang lebih baik dari gadis pilihan papa si Nisa" pak Baroto berkata sembari membuka laci meja.

Ketika ia berdiri, ia tertarik dengan sesuatu yang menggantung didinding kamar Edwin sebuah bingkai berisi bunga mawar kering dan jam tangan lama.

Akan tetapi tak ada petunjuk tentang gadis itu dari benda lama tersebut, ia kemudian membuka lemari pakaian Edwin dan matanya terbelalak melihat banyak foto Salsabila yang terpasang didalam pintu lemari pakaiannya.

"Lho kok foto Nisa" antara kaget dan bahagia pak Baroto mengetahui ternyata gadis pilihannya dan gadis yang Edwin cintai adalah orang yang sama.

"Jadi yang Edwin ceritakan selama ini tentang Bila itu ternyata gadis ini, oalah.....jadi gadis ini juga yang sekarang bekerja satu kantor sama Edwin, Ya....Allah terimakasih, kamu ga salah pilih nak" pak Baroto memuji anaknya.

Hati pak Baroto berbunga-bunga mengetahui apa yang ia harapkan akan dengan mudah terkabul, sepertinya Tuhan begitu menyayanginya dimasa tuanya.

Hari itu juga pak Baroto menghubungi ayah Bila dan membuat janji untuk berkunjung ke ke rumah Bila esok hari, akan tetapi ia meminta orang tua Bila untuk merahasiakan hal tersebut.

Ayah Bila merasa bingung dengan sikap pak Baroto, namun tetap menyetujuinya.

Sore hari tepat ketika Bila bersiap pulang nada pesan masuk berbunyi di ponselnya.

๐Ÿ“ฉ"Bila....pernikahanku dan Khafiz satu minggu lagi, apa kamu mau dateng ke acara kami?".

๐Ÿ“จ"Pasti lah Fan, ga mungkin ga, aku pasti akan menemani kamu dan membantu acara kamu". Bila meyakinkan Fani

๐Ÿ“ฉ"Bila kamu beneran ga papa?".

๐Ÿ“จ"Ga papa, sekarang aku juga udah punya cowok ko".

๐Ÿ“ฉ"Serius Bil?".

๐Ÿ“จ"Serius nanti pas kamu ijab qobul aku pasti ajak dia".

๐Ÿ“ฉ"Aku tunggu".

๐Ÿ“จ"Ya".

๐Ÿ“ฉ"Bil, nanti sore temenin aku ambil baju yuk".

๐Ÿ“จ"Ya....kamu jemput aku di kantor ya".

๐Ÿ“ฉ"Ok jam setengah empat?".

๐Ÿ“จ"Sip".

Bila sudah merapikan meja kerjanya, kemudian beranjak keluar dari ruangannya bersama pak Wijaya dan pak Hadi.

"Mbak Nisa...tumben pulang awal, biasanya kalau kami pulang ga langsung ikut pulang" pak Hadi bertanya.

"Ya pak, saya mau ngantar teman ambil baju pengantin".

"Wes....terus kamu kapan Bila" pak Wijaya menyahut.

"Do'ain ya pak" Bila menjawab dengan manis.

Edwin melihat Bila berjalan keluar bersama pak Hadi dan pak Wijaya "Kok udah pulang, tumben" Edwin berkata dengan pelan, karena heran Bila pulang lebih awal.

Melihat Bila pulang membuat Edwin berencana mengajak Bila keluar, iapun mengirim pesan pada Bila.

๐Ÿ“ฉ"Sayang...kamu pulang lebih awal, kita jalan yuk".

๐Ÿ“จ"Maaf kak aku ada janji sama Fani".

๐Ÿ“ฉ"Kok ga bilang?".

๐Ÿ“จ"Maaf pak Edwin, saya lupa"

๐Ÿ“ฉ"Jadi ga bisa nih? ๐Ÿ˜ฅ๐Ÿ˜ฅ".

๐Ÿ“จ"Maaf....jangan marah ntar cepet tua"

๐Ÿ“ฉ"Ya sudah hatu-hati ya sayang".

๐Ÿ“จ"Ok...se you๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜".

Bila berjalan keluar, sebelum mengambil motornya, tapi Fani sudah memanggilnya, sehingga Bila memutuskan untuk menitipkan motornya di parkir kantor.

Setelah menitipkan motornya pada petugas keamanan Bila menuju mobil Khafiz.

Kebetulan saat itu Khafiz baru kembali, ia baru mebeli minuman, sedang Fani menunggunya di dalammobil.

khafiz menyapa Bila dengan ramah, mereka terlihat masih dekat, Khafiz membuka pintu untuk Bila.

Tanpa sengaja Edwin melihat kejadian itu, ia juga mengenal siapa laki-laki yang menjemput Bila, walau sudah lama tidak beetemu ia yakin itu adalah Khafiz.

Ada api cemburu yang terpercik dalam hati Edwin, ia menyangka bahwa Khafiz masih mengejar Bila.

Hati Edwin bagai tersayat sembilu "Bila ga mungkin mengkhianatiku, mungkin ada hal penting, dia bukan gadis seperti itu, tapi mengapa harus Khafiz?" pertanyaan itu membuat hati Edwin semakin panas.

"Bila bilang dia ada janji sama Fani, kenapa Khafiz yang datang?" ia ingat saat ia mengajak Bila keluar, ia berkata bahwa Bila ada janji dengan Fani tapi kenyataannya Bila bersama Khafiz.

Rasa cemburu benar-benar sudah menguasai hati Edwin, ia berniat untuk mengirim pesan pada Bila, akan tetapi ia uarungkan.

Edwin ingin tahu secara langsung apa yang akan Bila katakan padanya.

Edwin sampai di rumah dengan wajah murung, ia masih berfikir bahwa Bila membohonginya.

Malam itu berlalu sangat panjang, karena prasangka buruknya pada Bila, membuatnya sulit untuk memejamkan mata.

Tuh Win rasain gimana rasanya dibohongi sama pasangan.

Tapi tenang aja Bila ga seperti itu kok

Bubu_Zaza11creators' thoughts
Next chapter