webnovel

Perjodohan Faiza

Herman menatap ke arah Yanti dengan wajah yang sangat sedih.

Namun sayang gadis itu langsung meminta Faiza untuk segera pergi dari tempat itu.

Rijal yang melihat sahabatnya sedih langsung mengajaknya pulang.

"Sudahlah Herman. Kita pulang aja Yuk? Nanti malam kan kita akan ke rumah Yanti, Kamu usahakan pakai baju yang paling bagus. Dan bawa makanan kesukaan dia,"saran Rijal.

Akhirnya dengan langkah lesu Herman mengikuti perkataan Rijal.

Herman masuk ke ruangannya dan mengambil tas kerja serta kunci mobilnya.

Kedua lelaki tampan itu membawa mobilnya masing-masing meninggalkan kantor mereka.

Sementara itu Nurul yang baru selesai mengerjakan perintah Herman  segera menuju ke ruangan Herman.

Dia mengetuk pintu namun tidak ada jawaban hingga Haikal datang memberitahukan jika Herman sudah pulang.

"Kak. Pak Herman sudah pulang lima menit yang lalu,"kata Haikal.

"Apa pulang? Jadi Rijal juga sudah pulang?"tanya Nurul.

"Ia Kak. Tadi mereka bersamaan pulangnya. Oh ya nama Kamu siapa? Aku Haikal,"jawab Haikal.

Dia mengulurkan tangannya pada Nurul.

"Nurul. Aku sekretaris baru pengganti Pak Juanda,"ucap Nurul.

Dia pun menjabat tangan Haikal.

Keduanya pun berbincang-bincang. Hingga Nurul meminta tolong pada Haikal.

"Bang Haikal. Bisa tolong antarkan Aku ke kos?  tadi Aku kan naik taxi, nggak enak banget. Sopirnya pendiam banget. Biar kita saling kenal lebih jauh," ucap Nurul dengan nada genitnya.

"Baiklah. Aku tunggu di depan ya?"

Nurul pun masuk ke ruangannya untuk mengambil tasnya.

Dia lantas menuju ke depan pintu kantor.

Nampak olehnya Haikal sudah berdiri dengan gagahnya di motor ninjanya.

Nurul pun naik ke atas sepeda motor itu,mereka langsung pergi dari tempat tersebut.

Haikal membawa motor dengan sangat kencang hingga membuat Nurul terpaksa memeluk pinggang Haikal.

Nampaknya gadis ini nakal juga. Aku nggak akan melepaskannya sebelum Aku mencicipinya. Haikal membatin di dalam hatinya.

Nurul menunjukkan di mana kosnya pada Haikal.

Hanya butuh waktu setengah jam mereka pun sampai.

Nurul pun turun dari motor milik Haikal.

"Bang Haikal. Makasih ya sudah mau antar Nurul. Apa mau mampir?"

Nurul sengaja mengajak Haikal mampir ke tempat kos nya. Agar dia bisa meminta tolong pada Haikal.

"Lain kali aja ya? Gimana jika besok Kamu Aku jemput?"tanya Haikal.

"Baiklah,"

Setelah pamit Haikal kembali membawa motor ninjanya meninggalkan rumah kos Nurul.

Ketika akan memasuki ke dalam rumahnya, tiba-tiba datang seorang ibu separuh baya menghampiri Nurul.

"Dek. Tunggu sebentar, ada yang ingin Aku katakan,"ucapnya.

Nurul pun melihat ke arah ibu tersebut.

"Ya Bu. Ada yang bisa Saya bantu?"

"Maaf sekali ya Nak. Lain kali Kamu tidak boleh membawa lelaki datang ke kos. Ini peraturan yang harus Kamu patuhi,"

Ternyata ibu itu pemilik kos yang bernama Wak Ni.

"Kenapa Wak? Kan saya sudah  bayar?"

"Walaupun Kamu sudah membayar, Aku nggak segan-segan mengusir Kamu. Jika Kamu masih membawa lelaki kemari,"

Selesai mengatakan hal tersebut Wak Ni langsung meninggalkan Nurul yang masih kebingungan.

Dia melihat seorang gadis sedang bersantai di sebelah kosnya dan menghampirinya.

"Dek. Kenapa ya? Kita di sini di larang membawa cowok?"tanyanya.

"Itu sudah peraturan Kak. Wak Ni kan seorang guru mengaji. Dia sangat anti dengan pergaulan bebas. Jadi jika Kakak masih ingin tinggal di sini. Tolong ikuti saja peraturannya Kak,"

"Ya sudah. Terimakasih, Kakak permisi."

Nurul masuk ke rumah kosnya dan dia segera mandi untuk menghilangkan penatnya.

Nurul mengganti pakaiannya dengan celana pendek selutut dan kaus oblong lengan pendek.

Lantas dia keluar dari rumah untuk membeli makanan.

"Coba tadi Bang Haikal mau singgah kan Aku nggak mesti keluar untuk beli makanan,"gumam Nurul.

Gadis yang di sebelah rumah kos Nurul memanggilnya ketika akan pergi.

"Kak. Mau kemana?"

"Mau beli nasi goreng Dek. Kenapa?"

"Kak. Jangan pakai baju seperti itu di sini. Nanti Kakak kena tanggap. Di sini semua pakaian mesti sopan,"

Nurul memperhatikan dirinya dia merasa memakai baju yang sopan.

"Jadi bagaimana ini? Kakak nggak ada baju rumah yang kayak kamu pakai,"tanya Nurul. Wajahnya pias dan khawatir.

"Kakak masuk aja ke rumah Kakak, Aku punya baju buat Kakak,"jawab gadis itu seraya berlari menuju ke dalam rumahnya.

Hanya lima menit dia sudah kembali menemui Nurul.

Gadis itu menyerahkan dua buah baju tidur lengan panjang pada Nurul.

"Ini Kak. Kemarin Aku pas gajian beli satu lusin. Buat Kakak dua ya?"ucapnya.

"Makasih banyak Dek. Nanti gajian, Kakak ganti ya? Nama Kamu siapa? Aku Nurul,"

Nurul mengambil baju yang di berikan gadis itu.

"Siti. Kakak dari mana ya? Bukan orang Aceh ya?"tanya Siti.

"Bukan Dek. Kakak dari Medan, salam kenal ya? Kakak mau ganti baju dulu."

Siti pun meninggalkan Nurul yang akan mengganti bajunya.

Sementara itu di rumah Yanti. Faiza segera pamit untuk pulang karena sudah sore.

"Yan. Aku pulang ya? Jika nanti Herman datang. Maafin dia. Aku kasian sama Dia,"ujar Faiza.

"Baiklah. Ini karena Kamu yang minta ya?"jawab Yanti.

"Herman itu baik Yan. Aku sudah lama kenal dia. Herman kakak kelas Aku waktu sekolah menengah,"

"Pulang sana. Jangan kemalaman di jalan,"

Faiza pun segera pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah Yanti.

Faiza memarkirkan hondanya di garasi. Lantas dia masuk lewat pintu samping.

Nampak olehnya Uminya sedang berbincang-bincang dengan seseorang di ruangan tengah.

"Faiza. Ini teman pengajian Umi. Salam Nak,"titah Umi Faiza.

Faiza menyalami dan mencium tangan wanita seusia Uminya itu dengan takzim.

Lantas dia meninggalkan ruangan itu menuju ke kamarnya untuk membersihkan dirinya.

"Cantik sekali anak gadis Kamu. Apa sudah punya pacar?"tanya wanita itu yang tak lain adalah Wak Ni.

"Dia punya pacar Wak Ni.hanya saja nggak ada di sini. Di Malaysia merantau,"jawab Umi.

"Bagaimana jika kita menjodohkan Faiza dengan Muklis anakku Umi? Biar persaudaraan kita semakin erat. Lagi pula biasanya lelaki yang merantau sudah menikah di sana,"

"Aku boleh saja, cuman Faiza yang susah. Udah beberapa lelaki datang ke rumah. Dia selalu menolak,"

Wak Ni memeluk Umi menyalurkan rasa simpati pada temannya itu.

"Bagaimana jika kita pertemukan mereka berdua? Mana tau Faiza mau dengan Muklis?"tanya Wak Ni.

Wanita itu langsung jatuh hati pada Faiza melihat kesopanan pada Faiza. Dari Faiza berpakaian dan Faiza berbicara.

"Boleh aja. Apa Muklis mau dengan Faiza? Diakan seorang ustad Wak Ni. Pasti dia akan mencari wanita yang lebih mengerti agamanya. Lah Faiza, dia kan wanita karier,"kata Umi.

"Tenang saja Umi. Muklis sampai saat ini belum menemukan gadis idaman hati. Jadi kita bisa menjodohkan mereka,"

Wak Ni sangat bersemangat menjodohkan anaknya dan Faiza.

Kedua wanita satu generasi itu tidak menyadari Faiza sedang berdiri di belakang pintu tengah dan mendengar semua pembicaraan mereka.

Air matanya tumpah membayangkan cintanya akan kandas karena sebuah perjodohan.