webnovel

Menjelajah masa lalu

Aku mendekati wanita itu dengan hati dan keraguan yang begitu menekan jiwa. kulihat tatapannya ya ampun, Sungguh aku ingin lari saja dari tempat itu. namun rasa takut ku akan hilang ketika melihat wajah si pria tampan yang berdiri di samping ku.

Dia mencoba untuk  menjelaskan tentang kehadiran ku di sini, supaya tidak ada ke salah pahaman antara aku dengan wanita yang dia sapa mamah.

Tangan ku digenggam nya dengan erat mungkin untuk membuat aku lebih  tenang, apa dia yang tegang? Mana ku tahu? Yang terpenting bagiku saat ini bagaimana cara nya supaya jantungku tidak sesering ini berdetak.

Dag...dig..dug..

Mungkin jika terdengar suaranya akan seperti itu, terbukti getaran tubuhku membuat kaki ku  lemas seakan tak mampu menopang tubuhku.

Perasaan yang  bergejolak mungkin karena tak bisa aku ungkapkan, jadinya tak karuan seperti ini. 

"Mamah jangan salah paham dulu! Dia ada di sini bukan kemauan nya, ini aku yang memintanya untuk ikut pulang." Alexa menjelaskan kenapa aku bisa ada di rumah nya saat ini.

"Tunggu dulu! Ayo ikut, mamah mau bicara empat mata denganmu!"  Mamah Alexa menarik nya, mungkin ada sesuatu yang ingin dia bicara kan tanpa diriku.

Alexa menatap wajahku dengan seringaian di bibirnya, dengan lembut dia mulai melepaskan pegangan tangan nya. Dia terlihat mengekor ibu nya pergi ke suatu ruangan yang lumayan jauh dari ku.

Aku terpaksa menunggu mereka di luar, berkeliling melihat-lihat keadaan di luar yang bagiku ini sangat indah.

Tanaman hijau nan molek menarik perhatian ku apalagi kalau taman itu aku lihat pada saat siang hari, sekarang pun masih terlihat sangat indah.

Ku lihat  pemandangan tersebut tanpa sedikitpun bisa lepas dari pandangan ku. Kuhampiri kolam yang ada di antara indahnya taman dengan lampu menerangi sekeliling nya.

Aku duduk di samping kolam sembari ku turunkan kaki ku, sambil merasakan air yang dingin terasa  menusuk melalui pori-pori bulu kaki ku. 

Kupandangi langit yang dipenuhi bintang seakan menghiasi tempat ini, lengkap dengan bulan menyinari ku dengan suka rela.

Ku hembuskan nafas berat, berharap semua beban ikut hilang bersama hembusan dari nafasku. Sembari ku nikmat segarnya udara malam, hingga ku pejamkan mataku sebentar untuk  menetralisir otak yang saat ini sedang kacau.

Semakin ku pejamkan, makin dalam ingatan ku tentang suatu hal yang selama ini aku alami. Bukan yang baik atau bahagia seperti orang lain rasakan, tapi kenangan ku semuanya tentang kepedihan yang tiada hentinya menyerang keluarga kami.

Teringat seketika pada satu hal, dimana pertama kalinya papah ku ditendang dari perusahaan nya sendiri. Sadis juga kejamnya bukan main.

Apa lagi orang-orang yang dari sejak dulu membencinya, mereka memperlakukan papah ku bagai hewan yang menjijikkan  tidak ada harga dirinya sama sekali di depan mereka.

"Ambil semua berkas-berkas yang tidak berguna ini! Enyahlah dari bangunan yang kini bukan lagi milik mu!" Salah satu pria yang awalnya adalah asisten papah, kini dia pun ikut berlaku sombong.

"Saya tahu ini bukan kemauan mu. Tapi saya  yakin, dalam hati nuranimu masih ada rasa percaya kepada saya walaupun hanya sedikit." Lirih papaku, dengan netra yang berkaca-kaca.

papah terlihat berlutut di kaki pria itu, memohon supaya dia percaya padanya. Tapi semua itu hanya angan saja. semakin papah ku memohon, dia semakin bertingkah layaknya orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. 

"Lepas! Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu ini!" Bentak sang mantan asisten sambil mendorong papah, hingga tersungkur ke tanah.

"Ini, ambil semua sampah mu! Kami tidak membutuhkan lagi seorang pemimpin boros seperti mu." Pria itu membuat kertas-kertas yang tadi berserakan di lantai, dia buat memenuhi seluruh tubuh papah.

Kertas itu dilempar dan dilempar ke wajah papah, sehingga membuat dirinya bagaikan tempat sampah yang menjijikkan.

Air matanya terlihat jatuh bercucuran hingga isak tangisnya kini terdengar, hingga membuat hatiku bagaikan disayat pisau belati yang tajam hingga mengoyak-ngoyak perasaan ku.

Tapi tidak bagi mereka yang kini mengelilingi papah ku, menyaksikan kehancuran nya dengan pandangan yang seakan mengolok-olok sekali.

Jijik bagai melihat sebuah kotoran yang harus disingkirkan  dengan segera, sebelum mereka muntah akibat melihat papah.

"Kenapa tidak kita panggil satpam saja? Biar pria tua ini cepat pergi dari kantor. Jika dia tak mau pergi dengan suka rela, kita usir saja dengan paksa." Sebuah saran gila dari seorang perempuan yang tidak lain adalah salah satu karyawan papah.

Segitu bencinya dia kepada papah ku. Di Antara orang-orang yang ikut mengerumuni papah ku, hanya dia orang yang terlihat paling benci.

Tatapannya terlihat begitu tajam, sikap nya yang kasar hingga suaranya yang dia buat lebih keras dari orang lain ketika dia berbicara kepada papah.

Terkadang dia berlaku kasar dengan memukul juga mencakar papah, seperti geregetan ingin memperlakukan papah ku lebih dari itu.

Aku tahu kenapa dia bersikap seperti itu kepada papah. Dia pernah meminta papah untuk menikahinya beberapa kali, karena dia berkata kalau dirinya sangat mencintai papah.

Akan tetapi perasaan nya tidak pernah dibalas papah, hingga berbagai cara telah dia lakukan termasuk memfitnah papah kalau dirinya pernah dilecehkan.

Bahkan wanita itu pernah menyebarkan isu kalau dirinya sedang hamil oleh papah, hingga mamah pun ikut terprovokasi akan berita tersebut.

Untungnya semua isu itu bisa dengan mudah diselesaikan papah, membuat wanita itu ngamuk akibat semua rencana nya gagal yang ingin membuat papah menikahi nya.

Banyak sekali yang dia lakukan untuk mendapatkan papah, namun tak pernah berhasil dia dapat sesuai harapan.

Papah selalu berhasil mendapatkan nama baik nya lagi di hadapan orang-orang termasuk di keluarga besar nya. 

Guncangan besar dalam biduk rumah tangga nya, tidak membuat ikatan cinta papah dengan mamah goyah meski ada wanita yang memfitnah nya. Terbukti hingga saat ini mereka masih hidup bersama, walau saat ini masalah besar sedang menerpa kehidupan mereka.

Mungkin itu yang membuat wanita tersebut  lebih kesal dan membenci nya dengan sangat. Apa lagi melihat papah ku terpuruk dan jatuh miskin, membuat wanita yang  bertubuh ramping itu mempunyai kesempatan untuk menumpahkan kekesalan yang dia rasakan dari dulu.

Atau aku mempunyai kecurigaan kalau jatuhnya papah ku, ada hubungan nya dengan perbuatan dia. 

Mungkin dia belum puas memfitnah papah dari sebelumnya karena selalu gagal. Namun kini dia tersenyum kegirangan setelah dia bisa menjatuhkan papah hingga dalam, sedalam-dalamnya bahkan lebih dari yang dia perkiraan nya.

Aku mengusap wajahku supaya tidak berpikiran kemana-mana, dan aku berharap semoga semua pemikiran itu tidak benar.

Aku tersadar ketika mendengarkan ada orang yang sedang berbincang di belakang ku, namun suara nya terdengar sedikit jauh hingga tidak begitu jelas aku mendengar nya.

Aku merasa penasaran dengan perbincangan itu, bukan perbincangan sih lebih mungkin lebih tepatnya mereka sedang berdebat.

Aku menghampiri asal suara lalu ku mengintip dari salah satu  jendela kaca yang menghadap ke taman, dan  kebetulan ada aku di sana.

Aku dengar mereka lebih keras mengeluarkan kata-kata begitu membuat aku semakin penasaran, dengan apa yang sedang dibicarakan saat ini.

Ku intip keduanya dari balik jendela kaca, ternyata ada Alexa juga ibunya yang berbicara. Mereka sedang membahas sesuatu yang penting, atau mungkin mereka membahas tentang kedatangan ku kerumah.

menurut ku, kenapa dia harus menunjukkan sikap nya di depan ku? walau harus berpura-pura menerima ku, setidaknya buatlah aku tidak tersinggung!