webnovel

kegelisahan seorang ibu

"Kita lanjut pergi. maaf! membuat mu menunggu lama." Usai menutup pintu mobil dia menatapku dengan sedikit tak enak hati.

Mungkin takut aku tak nyaman karena sudah terlambat sampai ke tempat tujuan ku. Apa lagi setelah melihat ku begitu tegang, keringat ku sampai basah juga raut wajah ku yang begitu ketakutan.

Dia semakin khawatir dengan diriku, yang lama dia tinggal keluar.

 hingga membuat pria yang jutek ini memeriksa suhu tubuh ku, karena ada Sesuatu yang dia takutkan tentang keadaan ku saat ini.

"Kau tidak apa-apa? Atau kau sedang ketakutan? Karena kejadian barusan?" Tanya pria ini terlihat khawatir padaku.

"Iya. Aku sangat takut dengan mereka. Siapa, kau kenal mereka?" Aku balik bertanya tentang mereka, berpura-pura tak mengenal mereka di hadapan nya.

Aku memang takut tapi bukan sama orang nya, melainkan sama keadaan ku yang bukan wanita baik-baik. Aku tidak ingin dia tahu bahwa, aku bukan wanita yang seperti dia pikirkan saat ini.

Ah, lebih baik aku gunakan kesempatan ini untuk menarik perhatian nya. supaya dia tidak bersikap jutek lagi, dan mau memberikan identitas nya kepada ku.

Dengan begitu, aku bisa tahu informasi tentang nya apapun itu termasuk pekerjaan nya. Aku yakin pria ini bukan pria biasa saja, melihat penampilan nya yang sekarang sudah pasti dia dari kalangan orang berada.

"Aku merasa tak enak badan, mungkin saking takutnya dengan kejadian barusan." Desahku dengan segudang ide gila ku.

Ku buat kepalaku menyandar di bahu kekarnya, untuk membuat rencana ku berjalan baik sehingga tak mengundang kecurigaan akan sakit pura-pura ini.

"Kuantar kamu ke Rumah sakit, supaya dapat perawatan yang baik. Nanti kalau sudah mendingan kau boleh pulang." Ujar pria yang kugunakan bahunya, sambil terus memeriksa keningku dengan telaten.

Dia bergegas membuat laju mobilnya di percepat, agar bisa dengan cepat pula  membawaku ke rumah sakit. Terlihat  khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan kepada ku, maksud pemikiran nya.

*****

Di suatu rumah yang besar nan mewah, terlihat seorang perempuan seumuran ibuku sedang mondar-mandir seakan sedang gelisah karena menunggu seseorang yang belum sampai di rumah nya.

Bahkan suasana hatinya tak seperti keadaan rumah itu, yang bagiku tak ada tandingannya. Bangunan dua  tingkat dengan gaya  klasik tapi ada gabung dengan gaya minimalis, membuat bangunan dua tingkat itu begitu mempesona.

Beberapa mobil bermerek mahal, berjajar di parkir pada garasi yang terdapat di halaman rumah. Meski luas, tetapi mobil dan kendaraan lain memenuhi garasi rumah itu hingga tak heran jika keluarga ini memang kaya raya.

Wanita yang tadi ada di dalam, keluar melihat sekeliling halaman rumah  hingga garasi untuk memastikan sesuatu yang sedang dia cari.

Namun tak lama wanita itu kembali dengan menunjukkan  sikap yang begitu gelisah. Sesekali dia melihat gawainya, dan menatapnya sedikit lama.

Kadang juga dia simpan hp itu di telinga nya, mungkin dia sedang menghubungi seseorang atau hanya sekedar menanyakan keadaan nya saja.

Tetapi melihat sikapnya yang gelisah seperti itu, membuat prasangka ku kepada yang lain. Mungkin dia sedang meng khawatir seseorang yang tak kuketahui siapa itu.

"Kenapa tidak mengangkat teleponnya, Alexa? Tak biasanya kau pulang selarut ini." Gerutu nya berbicara kepada handphone di tangan.

"Anda belum pergi tidur nyonya?" Seru seorang wanita yang lebih tua dari nya, berjalan menghampirinya dengan sedikit membungkukkan tubuh ketika menemui wanita tersebut.

Dia mungkin seorang asisten rumah tangga yang bekerja di tempat itu, karena perlakuan nya berbeda dengan wanita yang lebih dulu di depan pintu.

"Mbok Iyem? Ku pikir kau sudah tidur pula? Aku sedang menunggu putraku Alexa, dia belum pulang juga padahal ini sudah sangat larut." Tutur wanita yang disapa nyonya, oleh mbok Iyem selaku Asisten rumah tangga nya.

Dia menunjukkan jam yang bergantung di dinding, kepada mbok Iyem. Mungkin dia ingin berbagi perasaan gelisah nya, terhadap sang Asisten yang datang menemuinya.

"Apa nyonya sudah mencoba menghubungi tuan muda?" 

"Sudah. Bahkan sudah beberapa kali ku hubungi hp nya, tapi tak berhasil." Suara lirih semakin menunjukkan kegelisahan di hatinya. .

"Nomornya aktif?" Tembal mbok Iyem penasaran.

"Kadang aktif, kadang tidak. Sekalinya aktif, tak pernah dia angkat." Jawab nyonya rumah tersebut sambil terduduk di kursi dekat pintu keluar.

Dia memutuskan untuk menunggu putranya lagi, sebelum putra kesayangannya itu pulang dengan selamat. mungkin naluri hati seorang ibu akan seperti itu, jika anaknya tak ada kabar sama sekali apalagi saat sudah malam seperti itu.

"Kau masuk saja, mbok! Aku akan menunggu dulu Alexa pulang, kau harus istirahat karena besok harus kerja lagi! Tak apa, tinggal kan aku sendiri! Sudah terbiasa kok, aku sering menunggu suamiku dari dulu." Pinta sang majikan, mbok Iyem mungkin dia kasihan jika menemaninya untuk begadang hingga larut, sedangkan mbok Iyem bangun lebih awal untuk menyiapkan berbagai keperluan sang majikan tentang sarapan, atau keperluan lain. 

"Baik nyonya. Tidak apa nyonya saya tinggal sendiri?" Sela mbok Iyem sedikit tak enak hati, karena harus meninggalkan majikan nya yang saat ini sedang gelisah.

"Aku bilang tidak apa-apa. Kau pergi tidur saja! Aku akan baik-baik saja." Anggukkan kepala memberikan tanda, kalau wanita itu mengizinkan nya ditinggal sendiri.

"Saya permisi nyonya."

"Hmm." Jawabnya singkat

 "ambilkan air dulu! Saya sangat haus." Seru nya sembari menunjukkan ke arah kerongkongan nya, bukti kalau dia sedang menahan rasa haus.

"Tunggu sebentar nyonya!" Balas nya tak lama melengos pergi ke dapur bermaksud untuk mengambilkan air minum untuk sang majikan.

Beep...beep..

Suara mobil terdengar dari luar rumah, seseorang telah sampai sama mobilnya dengan selamat. Wanita yang sedang menunggu lama, kini dia ter beranjak bangun dari tempat duduknya.

Dia berlari keluar sambil tersenyum lebar. langkahnya sedikit di percepat untuk menghampiri, meski terlihat begitu takut terjatuh. tetap berusaha membuat keseimbangan tubuhnya lebih baik, hingga tak terjadi apa-apa Walaupun lantai itu terlihat licin.

"Alexa? kau sudah pulang? Kau kemana saja? Mamah khawatir tentang keadaanmu. Kenapa hp, kau biarkan berbunyi saja?" Teriak nya bergegas membuat pintu mobil terbuka, lalu menarik tangan putranya sedikit keras hingga tak memberinya kesempatan untuk bernafas dulu.

Dia tak mengetahui keberadaan ku yang kini masih di dalam mobil, dan ikut pulang ke rumahnya. Aku mendengar wanita yang menyebutnya dengan sebutan mamah, memanggil pria itu dengan nama Alexa berarti itu dia namanya.

 

Kalian tahu kenapa aku berada di mobil ini, bukan menemui Mamy di tempat yang telah ku tentukan? Itu karena aku mempunyai seribu cara, supaya melakukan apa yang ku mau termasuk berada di tempat ini sekarang.

Aku pandangi sekeliling tempat itu, tanpa satupun lepas dari tatapan ku.

Oh, ternyata dia adalah seorang pria yang lahir dari keluarga berada. Aku makin bersemangat untuk membuat pria ini jatuh cinta kepadaku, akan ku buat dia tergila-gila pada ku apapun caranya.

Aku memutuskan untuk turun dari mobil, karena pria yang bernama Alexa itu menjemputku dan membantuku untuk turun.

walau mamanya memintanya untuk segera masuk, tapi dia tak lupa dengan diriku karena menganggap aku  sedang sakit.

Aku pun  melihat mamanya Alexa menghampiriku, mungkin merasa penasaran siapa yang pulang bersama anaknya.

Dia sedikit terkejut ketika mendapati putranya pulang dengan seorang yang tidak di kenal,  apalagi diriku yang notabennya seorang wanita.

Dia menunjukku dengan tetapan sedikit tak suka atas kehadiran ku di rumah nya.

"Kamu, siapa? Ngapain pulang bersama putraku?" Tanya wanita itu menyunggingkan pandangan nya ketika melihat ku.