Setelah saling bertatap beberapa detik, Ardi tidak mampu menahan lagi. Dia langsung memeluk istrinya. Dia peluk sang istri dengan pelukan yang erat. Dia memejamkan matanya. Tidak mau lagi saling meledek dan tidak mau lagi saling gengsi. Dia takut, benar-benar takut. Kehadiran bilva, yang notabene adalah sahabatnya sendiri, seperti sebuah ancaman. Meskipun di dalam hati dia terus-menerus berdoa, berharap pertemuan pertama dan terakhir Tania dengan Belva setelah hilangnya Belva setelah sekian lama.
"Beneran kan? Dia hanyalah masa lalu yang tidak akan pernah menjadi masa depan?" Ardi bertanya serius. Ada yang bergemuruh di dadanya. Bukankah wajar jika dia memang takut?
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com