Toma terbangun dengan kedua mata yang sontak mengerut ketika tangannya memegangi bagian kanan dari kepalanya yang terasa pusing. Pandangan berbayang membuatnya harus mengedipkan mata beberapa kali sampai menyadari seorang pria tua yang sedang duduk di depannya.
"Sepertinya tidak asing." Ujar Toma.
"Tunggu dulu dia.....yang kulihat di taman." Pikir Toma yang sudah bisa mengendalikan kesadarannya secara penuh, dan langsung mengingat apa yang barus saja mereka alami.
"Apa yang terjadi, dan sejak kapan aku berada di tempat ini?" Pertanyaan itu seketika muncul di kepala Toma setelah menyadari ia sudah berada di tempat yang berbeda. Ruangan itu tampak lebih besar untuk sebuah lorong yang bahkan tidak membuat Toma berpikir jika itu adalah sebuah labirin, karna bentuknya jelas berbeda.
"Apa-apaan ini." Ujar Toma pelan saat menyaksikan pemandangan yang tidak biasa yang ada di hadapannya.
"Siapa aku? Ada di mana ini? Siapa mereka?" Gumam orang tua itu yang membuatnya teralihkan dikarenakan suaranya yang cukup keras.
"Hei, anda baik-baik saja?" Tanya Toma yang sejak tadi penasar dengan pria tua itu, yang terus memegangi kepalanya sambil tertunduk dengan ekpresi cemas.
Bukannya menjawab pria itu malah melemparkan tatapan kosongnya kepada Toma dengan gumaman yang sama namun kali ini terasa lebih jelas. Toma yang heran melihat itu langsung menyadari satu hal, bahwa gumaman yang sama juga di ucapkan oleh orang-orang yang ada disekitar mereka itulah mengapa terasa lebih jelas.
"Ada apa dengan orang-orang ini?"
"Mereka semua terlihat aneh, tidak mungkin bisa bertanya pada mereka."
"Tapi.... jika dugaanku benar dan para Podermen di sini artinya ini semua perbuatan gangler." Batin Toma, mulai mempertimbangkan situasinya saat itu.
"Sepertinya tidak masalah jika berubah di depan orang-orang ini, aku harus menyerang para Podermen itu jika tidak ingin terkurung lebih lama."
"Apakah ini akan menarik banyak perhatian, kalau gangler itu muncul setidaknya aku harus mengulur waktu sampai Kairi dan Umika menyadari lokasiku." Sembari merogoh sakunya perlahan untuk mengeluarkan Dial Fighternya.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Awasi para Sandra ini dengan benar! Kalau sampai terjadi kesalahan kalian semua akan kuhancurkan!!!" Suara yang muncul entah dari mana yang langsung membuat Toma terpaksa memasukkan lagi Dial Fighternya.
"Para manusia ini, mereka semua tidak bisa mengingat apapun mereka semua, tidak bisa melakukan apapun." Ujar seorang Podermen yang malah berbicara dengan pantulannya sendiri di dinding cermin.
"Apa yang dia lakukan?"
ZRUK!
Serpihan tajam itu langsung muncul dari langit-langi, menusuk dan langsung menembus tubuh Podermen itu yang membuatnya tergeletak seketika. Melihat itu langsung membuat para Podermen dan para sandra yang ada di dekatnya pergi menjauh dengan wajah takut, sementara Toma yang kebetulan ada di dekat sana memandangi mereka semua dengan heran.
"Tidak, sepertinya bukan karna Podermen itu." Toma beralih lagi pada Podermen yang tergeletak di dekatnya, bersamaan dengan matanya yang langsung menangkap kejanggalan yang ada di tempat itu.
"Dasar tidak berguna! Aku juga tahu mereka lupa ingatan, yang kukhawatirkan adalah para Patranger yang juga terperangkap di sini. Walaupun mereka lupa, tidak akan mudah mengalahkan mereka secara langsung." Ujar suara yang tadi sempat terdengar, yang ternyata berasal dari pantulan Podermen tadi yang sama sekali tidak mengikuti tubuhnya yang sudah tergeletak.
"Tutup mulut kalian, jika tidak ingin bernasib sama." Ujar pantulan itu yang langsung di angguki oleh semua Podermen yang ada di sana saat mendengar ucapannya.
DOR! DOR! DOR!
Pembicaraan itu seketika kembali terputus saat tiga tembakan laser biru yang mengarah pada pantulan itu malah berbalik dan mengenai tiga Podermen lain yang kebetulan saat itu sedang berdiri di dekatnya.
"Apa seorang Lupinranger! Sejak kapan kau berada di sini?" Tanyanya saat melihat Toma yang sudah berubah ke dalam bentuk Lupin Blue.
"Aku tidak harus menjawab pertanyaanmu."
"Kalian! Serang dia....!" Perintahnya kepada para Podermen yang tersisa.
DOR! DOR! DOR!
Adu tembak langsung terjadi antara Toma dan beberapa Podermen yang menghalanginya untuk mendekat sementara gangler yang bersembunyi itu belum juga menampakkan wujudnya dan selama pertarungan hanya menyerang Toma dengan serpihannya tadi, meskipun pada akhirnya itu justru menguntungkan Toma karna para Podermen yang tidak ahli menghindar.
"Gawat jika seperti ini, artinya dia sengaja."
"Cukup sampai di situ, kenapa kau tidak keluar dan menampakkan sendiri wujud aslimu?" Ujar Toma yang kesal karna melihat gangler itu menggunakan pantulannya yang ada di cermin.
"Ha....ha....ha kau pikir aku terlalu bodoh hingga membiarkanmu menghancurkanku di sini? Kenapa tidak menembak? Kau tahu tembakanmu tidak akan mempan, atau kau takut jika tembakanmu malah menganai dirimu sendiri? Ha....ha....ha."
"Aku salah, pengecut sepertimu seharusnya menjadi orang pertama yang kuhancurkan lebih dulu." Sembari menodongkan Vs Changernya kearah cermin.
"Kau ingin menembak? Coba saja? Aku ingin lihat apa kau bisa melukaiku atau tidak....ha.....ha...ha." Ucap pantulan itu yang sengaja memancing Toma, sementar di sisi lain sudah ada tiga serpihan yang bersiap untuk melukai para sandra yang ada di belakangnya dan satunya lagi tepat di atas Toma.
DOR! DOR! DOR!....DOR!
Empat tembakan beruntun sebelum akhirnya terdengar suara pecahan kaca dari serpihan yang sudah hancur bersama dengan jeritan para sandra yang kaget melihat serpihan kaca jatuh di atas kepala mereka.
Toma langsung beralih, ketika dilihatnya Red sudah ada di sana dalam bentuk Super Lupin Red mengarahkan tembakan tepat keatas ke arah langit-langit di mana serpihan besar itu muncul dan hampir mengenai Toma yang ada di bawahnya.
"Wah-wah....sepertinya ada hal menarik yang kulewatkan!"
"Kenapa kau sangat terlambat?"
"Maaf...."
"Akhirnya kita menemukannya, dimana kau gangler!" Sahut Keichiro yang tiba-tiba masuk dari pintu yang ada di belakang Kairi bersama dengan Sukasa yang mengikutinya dari belakang.
"Aku....sedikit kerepotan karna mereka berdua." Lanjut Kairi menambahkan kalimatnya. Toma hanya terdiam saat tawa pemuda itu terdengar dari balik helmed.
"Aku tidak akan menerima alasan ini lain kali."
"Hei, kalian berdua apa yang terjadi sebenarnya? Siapa orang-orang itu?" Tanya Sukasa yang melihat Keichiro menghampiri para sandra yang tidak jauh dari mereka.
"Oh, Mereka..."
"Sudah Cukup!!! Bisa-bisanya kalian berbicara dengan santai, sampai-sampai tidak memperhatikanku yang ada di sini! Tidak akan kubiarkan!"
"Siapa di sana?" Tanya Sukasa yang langsung mengarahkan senjatanya.
"Apa, bayangan Toma berbicara sendiri?"
"Itu dia, itu gangler yang kalian cari." Ujar Toma.
"Apa?"
"Kalian....tidak akan kubiarkan kekacauan ini bertambah parah! Akan kuperlihatkan apa yang terjadi jika melakukan perlawanan di wilayah musuh!!!" Setelah ucapannya seketika seluruh sisi dinding itu langsung di penuhi serpihan tajam.
"Gawat! Orang-orang ini bisa dalam bahaya."
"Gangler....! Tidak akan kubiarkan kau...."
"Tahan dulu Keichiro, serangan Vs Changer tidak akan mempan dengannya jika iya Toma pasti sudah mengalahkannya sejak tadi." Ujar Kairi yang langsung bisa membaca situasi.
"Singkirkan tanganmu dari wajahku!"
"Kelihatannya kau sangat membanggakan cermin-cerminmu ini ya? Bagaimana kalau kita menguji ketahanannya, sampai kapan kau bisa berada di dalam sana benar begitu Toma?" Sambil melirik kearah Blue yang ada di sampingnya.
"Terserah, yang penting cepat saja selesaikan ini." Mendengar Toma, Keichiro dan Sukasa hanya saling berpandangan satu sama lain menebak apa yang kedua orang itu rencanakan.
"Peringatan....! Aku akan segera menghancurkan labirinmu."
-----
Di tempat lain Umika dan Sakuya yang masih kebingungan mencari jalan di antara lorong-lorong labirin yang tampak sama, di tambah dengan dinding yang memantulkan setiap sisi membuat mereka berdua semakin sulit untuk menemukan jalan berbeda.
"Ternyata ini cukup sulit, kemanapun berjalan rasanya setiap lorong ini sama saja bagaimana ini?" Pikir Sakuya sambil memperhatikan pantulannya pada cermin. Dalam kebingungan pemuda itu menggaruki kepalanya sebelum perhatiannya beralih pada pantulan Umika di sampingnya yang terlihat murung.
"Umika, kau baik-baik saja?" Tanya Sakuya yang langsung melempar pandangan kearahnya, membuat gadis itu tidak sempat mengatur ekspresi.
"I-iya, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" Sembari memalingkan wajah.
"Benarkah! Entahlah, kurasa karna.....Umika yang kukenal tidak akan terlihat murung jika dia memang sedang baik-baik saja." Ujar Sakuya yang berbicara lewat pantulan cermin saat menatap wajah gadis itu.
"Sakuya...."
"Kau boleh menceritakannya jika kau mau, aku ada di sini dan akan mendengarkannya, jika kau dalam kesulitan aku akan membantumu Umika! Jadi....katakan ada apa?"
Umika terdiam sejenak mendengar kata-kata pemuda itu mulutnya terasa berat untuk mengatakan apa yang harus ia katakan, dengan pandangan terpaku ia terus menatap kearah cermin di mana tampak pantulan dari wajah Sakuya yang terlihat tulus mengkhawatirkannya di sana. Bagaimana aku bisa, batinnya.
"Kau yakin dengan ini Umika? Apa kau yakin bisa mengatasi konsekuensinya?" Mendadak pertanyaan itu muncul di kepala Umika yang membuat rasa takutnya kembali lagi, meski kali ini dengan ekspresi yang sudah terkontrol.
"Aku tidak apa-apa. Semua baik-baik saja kok! tidak perlu khawatir." Ucap Umika dengan senyum manis yang terukir di wajahnya.
Sakuya yang melihat itu hanya mengangguk pelan, tanda mengerti. Meski ia masih merasa ada yang berbeda dari gadis berambut pendek yang ada di depannya itu, namun Patren Ningou itu lebih memilih untuk tidak mengambil pusing.
Setelahnya hanya keheningan yang terasa, tidak banyak terjadi percakapan di antara mereka berdua yang membuat suasana terasa canggung saat menapaki lorong-lorong di depan. Sampai Sakuya menanyakan sesuatu yang tanpa sadar langsung menarik perhatian Umika.
"Oh iya, Umika sejak kapan kau sudah mengenal Sakura?" Tanya pemuda itu, membuat Umika menghentikkan langkahnya.
"Kami berkenalan di tahun pertama saat aku masuk Sma. Umm....memangnya kenapa?"
"Entahlah aku merasa karakter gadis itu unik, sangat jarang menemui orang-orang yang memiliki aura misterius apa lagi jika orang itu adalah wanita benarkan?"
"Aura.....misterius? Aha...ha..ha" Umika mengulangi kata-kata pemuda itu sebelum tawanya pecah karena menganggap itu terdengar aneh.
"Aku serius! Ada sesuatu yang membuat orang lain sulit untuk melupakannya, ya.....selain karna aura misterius itu kurasa itu karna dia terlihat seperti orang yang banyak menyimpan rahasia. Apa kau juga merasa seperti itu Umika?" Ucap Sakuya dengan polos, dan mengakhiri kalimatnya dengan pertanyaan.
Sementara Umika yang masih tertawa karna mendengar kalimat Sakuya barusan perlahan mulai menghentikkan tawanya, sebelum menjawab pertanyaan dari pemuda itu. "Hmm....! Mungkin kau benar Sakuya." Ucapnya sembari beralih pada wajah pemuda yang berdiri di sampingnya.
"Tapi....Sakura yang kukenal dulu tidak seperti itu."
Sesaat setelah mengatakan itu pembicaraan keduanya berakhir ketika dinding-dinding cermin yang ada di sekeliling mereka mulai retak dan mengeluarkan cahaya yang menyilaukan sampai akhirnya mereka berdua keluar dari sana.
-----
"Aku tidak mengerti, Koleksi Lupin adalah peninggalan Arsen Lupin, jika kau bagian dari keluarga seharusnya kau juga...." Noel tidak melanjutkan kalimatnya saat pandangannya terfokus pada Sakura yang masih membelakanginya.
"Apa ada sesuatu, Sakura?"
Gadis itu berbalik menampakkan wajahnya dengan senyum simpul yang tertera di sana. Sebelum menjawab pertanyaan pria berambut karamel itu. "Mungkin, mungkin saja ada sesuatu! Sayang sekali aku tidak tahu soal itu. Dan melihatmu kurasa kau juga tidak tahu, apa aku salah?" Ujar gadis itu balik bertanya.
Noel yang melihat itu terdiam sejenak, beberapa saat yang lalu ia sungguh mengira akan mengetahui sesuatu setidaknya satu hal tentang gadis ini namun dengan pertanyaan tadi langsung mengubah pemikirannya. Apa dia benar- benar tidak mengetahuinya? Batin Noel.
"Tidak, aku juga tidak mengetahuinya." Jawabnya sembari berbalik.
Baru saja mengutarakan jawabannya tanpa sengaja mata Noel menangkap pandangan Sakura yang sempat melirik kearahnya cukup lama, sebelum berpindah lagi kearah lain dari pantulan cermin. "Ada banyak hal yang lebih baik tidak kau ketahui, sekarang aku mengerti kenapa dia mengatakannya waktu itu."
"Dia? Siapa?" Tanya Noel yang di balas dengan gelengan pelan dari gadis itu sambil tersenyum. "Hmm....tidak, bukan siapa-siapa."
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya yang sudah memegangi tangan gadis itu, saat mengiranya akan jatuh karna jalannya yang lunglai
"Huh? Ya, tentu aku hanya ingin duduk." Ucap Sakura yang heran melihat tingkah Noel yang terlihat terlalu mencemaskannya.
"Ma-maaf, kukira tadi kau akan jatuh jadi...."
"Terimakasih untuk perhatiannya, tapi kurasa racun ini tidak akan membuatku mati di sini dalam sekejap. Dan jangan mengira aku tidak menaruh curiga padamu!"
"Oh la la, jadi sejak tadi kau masih mencurigaiku? Kedengarannya sangat tidak adil!"
"Kenapa? Kau juga terus mengawasiku kan sejak tadi?"
"Oui, tapi aku tidak pernah curiga padamu." Ucap Noel singkat sebelum berlalu dari hadapan Sakura terdiam, saat melihatnya. Mungkin aku terlalu berlebihan. Tapi mau bagaimana lagi, ini pilihannya.
Setelah percakapan itu sesuatu terjadi pada Labirin kaca yang membuat bagian dindingnya retak. Dalam sekejap Sakura merasakan tubuhnya mendarat keatas permukaan lembut tatkala ia melihat hamparan rerumputan hijau, di bawahnya.
"Ini taman******, jadi gangler itu menjebak kami dalam labirin di taman ini?" Pikir Sakura sebelum perhatiannya teralihkan dengan suara tembakan yang ternyata berasal dari para Lupin dan Patranger yang sedang bertarung melawan gangler.
Noel yang melihat itu dengan cepat langsung mengambil X Changernya dan bergegas berlari kearah mereka untuk membantu, sementara Sakura dengan respon yang berbeda hanya diam di tempatnya memandangi punggung pria itu yang pergi menjauh.
"Tidak sopan, meninggalkan seorang wanita yang terluka sendirian di belakangnya." Ucap suara yang terdengar dari arah belakang.
"Huh, Terluka! Kenapa tidak katakan saja yang sebenarnya, kau yang telah meminta gangler itu untuk menyerangku menggunakan racun bukan begitu, Zanjio Delma?" Ujar Sakura sesaat sebelum tubuh Gangler itu keluar sepenuhnya dari dalam portal dimensi.
"Ha....ha....ha senang sekali rasanya dikenali, kukira kau akan melupakan namaku setelah terkena serangan koleksi itu. Lama tidak bertemu Black aku agak kecewa dengan reaksimu yang cukup dingin, tapi aku senang melihat kelinci percobaanku masih hidup." Balasnya sembari menurunkan topi.
"Dingin ya! Apa aku mengingatkanmu padanya, Zami...."
DOR!
Sakura memotong kalimatnya, tepat sebelum bola api itu hampir membakar rambutnya yang tergerai panjang. "Jangan....sebut....nama itu!"
Pertikaian keluarga ya, seolah mereka di buat untuk memperlihatkan sisi yang berbeda es melawan.....api baru pertama kali melihatnya saja ternyata ini cukup menarik. Ya, apapun itu mereka tetap saudara kudengar kakaknya juga memiliki ambisi yang sama terhadap Red. Batin Sakura.
"Aku tidak mengira itu akan terjadi, tapi....itu bukan berarti aku tidak akan melakukan hal yang sama." Ujar Sakura yang langsung menodongkan Vs Changernya pada gangler tersebut. "katakan apa yang kau inginkan!"
"Tawaran...."
"Apa?"
"Aku ingin....menawarkan sesuatu padamu."
DOR! DOR! DOR!
"Akhirnya, aku bisa melihatmu kau tidak akan lolos dariku Gangler....!"
"Aku tidak mengira Kairi akan menggunakan koleksi itu dan langsung menghancurkan labirinnya." Ujar Sukasa yang berjalan menghampiri Toma.
"Kau tidak mengiranya, justru aneh kalau dia tidak langsung menggunakan itu." Sahut Toma yang tampaknya sudah mengenal watak pemuda itu.
"Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang tadi?"
"Jangan khawatir mereka sudah di pindahkan."
"Baguslah, kami bisa bertarung lebih bebas." Ujar Toma yang langsung berlari kearah Kairi dan Keichiro di depannya di susul Sukasa yang mengikuti dari belakang.
BRUK!
"Menyerahlah gangler!" Sahut Keichiro yang menahan tubuh gangler tersebut dengan kakinya sembari menodongkan Vs Changer.
"Berani-beraninya! Lihat saja aku akan membalas...."
"Sudahlah, labirinmu sudah kuhancurkan sekarang kau masih ingin melawan?" Tambah Kairi yang langsung mengarahkan Dial Fighternya ke berangkas tengah gangler berstatus tripel itu sambil menggenggam Lupin Magnum di tangan satunya.
4-6-4
"Koleksi milikmu sudah kuambil!" Sahut Kairi, ketika berhasil mendapatkan koleksi gangler itu yang seketika itu juga langsung di tending menjauh oleh Keichiro yang ada di sampingnya. Akhirnya aku bisa mengingat semuanya aku dan Toma terkena serangan gangler itu saat membuntuti Umika kemari, yang benar saja.
"Kairi...!"
"Keichiro....!"
"Pak Keichiro...."
Panggil Umika, Sukasa dan Sakuya yang berlari kearah mereka berdua diikuti Toma dan Noel yang juga bersama mereka. Kairi dan Keichiro yang mendengar itu langsung berbalik saat melihat mereka semua mendekat, yang tanpa di sengaja mengalihkan fokus mereka pada sig angler yang di kira sudah tidak berdaya.
"Lupinranger..... Patranger....kalian menganggapku remeh hanya karna berhasil menghancurkan Labirin Cermin. Akan kubalas penghinaan ini berkali lipat!" Gumam Gangler tersebut yang kemudian mengeluarkan sebotol cairan berwarna biru tua di tangannya.
"Pikirkan tawaranku Black, kau tidak akan mendapatkannya dua kali." Ujar Zanjio yang mulai membuka portal antar dimensi, sebelum pandandangannya tertarik pada satu arah saat hendak memasuki portal. Yang saat di periksa oleh Sakura ternyata para Lupinranger dan Patranger yang hampir mengalahkan gangler berstatus triple itu.
"Benar juga, aku hampir melupakannya. Kuharap kau menyukai hadiah pertemuan dariku, Adieu!" Dang langsung memasuki portal. Mendengar itu Sakura yang sepertinya sudah menyadari apa yang akan terjadi dengan cepat langsung berlari kearah Lupin dan Patranger berusaha memperingatkan jebakan itu pada mereka.
"Yang benar saja!"
"KALIAN CEPAT MENGHINDAR DARI SANA....!!!"
"Huh! Oh, itu Sakura!"
"Kenapa dia kelihatan panik begitu?" Tanya Keichiro yang langsung di sadari oleh mereka semua.
Di saat yang lain kelihatannya terpaku menatap gadis itu berlari, pandangan Sakuya justru terkejut saat melihat bayangan cahaya berwarna kuning yang ada di bawah mereka. Melihat hal tersebut sontak membuatnya berbalik.
"SEMUANYA MENGHINDAR.....!!!"
BOOM!!!
Kilatan cahaya menutupi setiap sudut tempat, saat energi rudal itu meledak bersamaan dengan para Lupin dan Patranger yang tidak sempat menghindarinya. Dengan bayangan dari asap putih yang perlahan memudar, terlihat bagaimana serangan itu mengembalikan mereka ke wujud manusia bersamaan dengan koleksi yang berserakan ke semua tempat.
"Kairi....Keichiro.....!" Panggil Sukasa saat melihat tubuh keduanya yang tergeletak tak bergerak karna serangan besar yang langsung mereka berdua terima di depan.
"Sakuya.....Sakuya...bangun Sakuya....!" Lirih panggilan Umika yang berusaha menggapai tangan pemuda itu yang tak juga menyambut tangannya.
"Akh-apa yang terjadi...."
"Gangler itu....menyarang kita, dalam bentuk raksasanya...."
"HA.....HA....HA....TERKEJUT? SUDAH KUDUGA KALIAN TIDAK AKAN BISA MENGHINDARI SERANGKU, SEKARANG AKAN KUBALAS RASA MALU YANG KUDAPAT DENGAN MENGHANCURKAN KALIAN SEKALIGU!!!" Ucap Gangler itu yang sudah mengumpulkan kembali energy rudalnya seperti sebelumnya untuk menghabisi mereka yang tersisa.
Sukasa dan Toma yang masih memegang Vs Changer mereka berusa menembaki gangler tersebut tanpa Dial Fighter yang membuat mereka tidak bisa berubah, lalu Noel yang juga terkena serangan paling depan berusaha mengambil X Changer yang terlempar cukup jauh. Sementara Umika yang sudah menggenggam erat tangan Sakuya hanya memejamkan matanya sambil mengingat kata-kata yang di ucapkan Sakura saat mereka bertemu sebelum semua kejadian ini menimpa mereka.
"Membantumu?" Sakura mengulang kalimat gadis itu. Umika hanya mengangguk saat mendengarnya bicara, sementara tidak jauh di belakang mereka Kairi dan Toma ternyata mendengarkan pembicaraan itu.
"Sebenarnya aku baru mendapatkan pesannya kemarin, aku ingin menerima ajakannya tapi tidak tahu harus bagaimana."
"Lupakan soal ajakannya aku lebih memikirkan soal dirimu. Kau yakin dengan ini Umika? Apa kau yakin bisa mengatasi konsekuensinya? Hah....terserah apapu yang kau inginkankan, aku sudah muak dengan semua ini."
"Aku akan membayarmu!"
"Sebagai gantinya, aku akan melakukan apapun yang kau suruh."
0-0-0
KAITOU CHANGE!
Sayup-sayup suara itu terdengar di telinga Umika saat Sakura melewatinya sambil memutar kunci angka yang ada di Dial Fighter miliknya, beberapa saat sebelum berubah tarlihat tatapan gadis itu yang sempat di arahkan padanya. Sebelum ia pergi tepat kearah rudal besar yang sudah hampir di tembakkan oleh gangler itu.
Umika yang melihat itu lekas membangunkan tubuhnya dengan mata yang terpaku saat melihat gadis itu benar-benar berdiri di sana sembari mengarahkan Vs Changernya kearah rudal itu. Tanpa menghiraukan Teriakan Toma, Noel dan Sukasa yang menyuruhnya untuk menghindar.
"Baik! Aku setuju dengan pilihanmu dan setelah ini kau tidak perlu khawatir, karna aku yang akan menghadapi konsekuensinya...."
"MATILAH....!!!"
"Sakura...!"
Pekik Umika saat kilatan cahaya itu menutupi pandangannya ke depan hingga akhirnya ia merasakan sendiri bagaimana tubuhnya terhempas jauh sebelum akhirnya jatuh ketanah.
Matanya terasa berat ketika gadis berambut pendek itu merasakan pendengarannya yang hilang dalam kesadarannya yang tinggal sedikit itu ia masih sempat melihat jelas, bagaima tubuh gadis itu....tergeletak di sana memegangi Vs Changer dengan kepala yang mengeluarkan banyak darah.
"Tapi sebagai gantinya, kau sendiri yang nantinya akan melihat akibat dari pilihan yang kau buat, Umika."
"Dan....setelah itu kau bisa menepati janjimu."
"Tidak, TIDAK.........!!!"
-----
Mau bagaimana lagi ini pilihannya, benarkan? Arsen!
"Black! Kau harus memutuskannya, berkorban atau mengorbankan?"
"Tantu saja...."
"Aku akan...."
Jangan lupa vote dan komen ya kalo kalian ada ide seputar cerita, atau kalo ada kata yang salah dalam penulisan cerita. Biar saya bisa lebih memperbaiki tulisan saya sendiri^^ makasih buat yang udah baca, sampai jumpa di Part selanjutnya....Adieu!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.