Mobil yang dikendarai Jhon telah memasuki pekarangan rumah mewah keluarga Lee, Jhon memarkirkan mobilnya didepan pintu utama lalu ia segera turun untuk membukakan pintu tuan dan calon nyonya muda keluarga itu.
Tjhin dan Lediya turun lalu segera disambut nyonya Kim juga beberapa pelayan lainnya.
"Selamat pagi tuan dan nona muda," nyonya Kim dan pelayan yang bersamanya menyapa sembari menundukkan kepala.
Tjhin membalas sapaan nyonya Kim hanya dengan menganggukan kepalanya,
"Pagi bi Kim, dan semuanya, " Lediya melambaikan tangan sembari memberikan senyuman.
Lalu wanita itu masuk kedalam rumah mengikuti Tjhin.
"Papa dan mama berada dimana sekarang bi?" Tjhin bertanya.
"Di ruang keluarga tuan sedang menonton televisi, " nyonya Kim segera mengikuti langkah keduanya.
Saat memasuki ruangan terlihat para pelayan sedang sibuk dengan tugas rutin mereka setiap paginya.
Tjhin dan Lediya melangkah melewati para pelayan, setiap Tjhin maupun Lediya melangkahkan kakinya para pelayan yang dilewati keduanya akan menundukkan kepala lalu menyapa dengan sangat sopan.
Seperti biasa Tjhin akan terus berjalan melewati mereka dengan wajah dinginnya tanpa membalas, namun berbeda dengan Lediya yang selalu diajarkan dari kecil untuk membalas sapaan apabila ada yang menyapa nya mau itu pelayan ataupun karyawan.
"Pagi semuanya," wanita itu menyapa para pelayan dengan senyum di wajahnya.
Sebelum pandemic COVID-19 melanda dan membuat perusahaan ayahnya hampir bangkrut, Lediya termasuk orang yang sangat berada, dan cukup dikenal kalangan atas, keduanya terkenal keluarga kaya yang rendah hati.
Tiba-tiba Tjhin menghentikan langkah nya, sehingga Lediya yang sedang sibuk menyapa satu persatu pelayan dan memang netranya sedang tidak fokus memandang kedepan tanpa sadar menubruk punggung pria itu yang mendadak berhenti.
Bruuuk....
"Ouch... aw, hey kenapa kamu berhenti mendadak bikin sakit dahi ku saja," teriak wanita itu kesal.
"Bisakah kau menjaga martabatmu sebagai calon menantu keluarga Lee, untuk apa kau menyapa satu persatu para pelayan!, berjalan lah dengan cepat aku harus segera menyapa ke dua orang tuaku, lalu pergi ke hotel untuk meeting, " ucap pria itu datar lalu melanjutkan langkahnya.
"Cih, dasar tuan muda sombong, itu sudah jadi kebiasaan keluarga ku, kami harus balik menyapa orang yang telah menyapa kami siapapun dan apapun status mereka, kau saja yang jalannya terlalu cepat, " wanita itu segera berlari kecil untuk menyamai langkah kaki pria dingin didepannya itu.
Sampailah mereka di sebuah pintu besar nan mewah ber design classic modern, terlihat Lee suk ho dan Roro Almira sedang menikmati secangkir teh juga kue kering sembari menonton televisi bersama.
"Pagi pa ma," Tjhin menyapa ke dua orang tuanya lalu segera duduk di samping wanita yang telah melahirkannya itu.
Terpampang senyum di wajah pria itu, Lesung pipinya terlihat membuatnya makin tampan.
"Pa ma selamat pagi, " Lediya menyapa.
-Tjhin berbeda sekali dengan yang tadi wajahnya begitu dingin dan angkuh, baru kali ini aku melihat senyumannya yang sangat tampan, yah dia akan tersenyum seperti itu hanya bila berada bersama ibunya. (batin Lediya).
"Aku pamit dulu ya pa ma, aku ada meeting penting pagi ini di hotel. Aku kesini hanya ingin menyapa kalian," pria itu mencium pipi Almira lalu beranjak pergi.
"Eh Tjhin tunggu kamu tidak mencium calon istri mu dulu sebelum pergi?, nanti setelah menikah setiap pagi kamu harus memberikan kecupan untuk istrimu seperti yang selalu papa lakukan kepada mama, itu akan mempererat kasih sayang suami istri," Almira menasihati.
Lediya terbelalak kaget.
"Eh, gak usah ma nanti saja setelah kami sudah menikah, kalau sekarang bisa dibilang belum muhrim," jawab Lediya terbata kegugupan tiba-tiba menghampirinya.
Almira pun tertawa mendengar jawaban dari calon mantunya itu.
-Baguslah kau tahu batasanmu Diya karena aku memang tidak sudi sama sekali menyentuh tubuh putri dari seorang pembunuh kekasihku. (batin Tjhin).
"Aku pergi dulu ya ma," Tjhin segera melangkah pergi tanpa menatap calon istrinya itu karena baginya wanita itu bukan siapa-siapa melainkan hanya untuk menjadi alat pembalasan dendam ke mertuanya.
-Fiuuuh hampir saja, No Touching itu syarat utama yang pria itu ajukan dalam kesepakatan kami. Aku sudah melanggarnya sekali saat tersandung lalu mencium bibirnya walaupun hanya sedetik, dan syukurlah dia tidak permasalahkan itu, kalau sampai aku membiarkan permintaan ibunya untuk menciumku tadi pasti dia akan sangat marah, tadi saja sudah terlihat ke tidaksenangan di matanya saat mama menyuruh menciumku, untung aku segera sadar. (batin Lediya)
"Diya sayang, apa yang sedang kau pikirkan nak?" tanya Almira karena dari tadi ia perhatikan calon mantunya itu hanya terdiam melamun.
"Ah tidak ma saya tidak memikirkan apapun, O ya kita mau berangkat jam berapa ma?" Lediya mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja sekarang sayang, mama ke atas dulu ya untuk berganti pakaian, kamu tunggu disini bersama papa ya, " Almira segera beranjak pergi ke kamar.
Tinggallah Lediya hanya berdua dengan ayah mertuanya.
"Apa kau baik-baik saja bersama putraku Diya?" tiba-tiba Lee Suk Ho bertanya sesuatu hal yang mengagetkan Lediya.
" Ah kami baik-baik saja, emang nya ada apa pa?".
"Baguslah kalau diantara kalian tidak ada masalah apapun, papa merasa tenang," Lee Suk Ho mengambil beberapa berkas kembali fokus membacanya tanpa berkata-kata apapun lagi.
-Aneh kenapa papa sepertinya mengetahui sesuatu diantara kami, ah pasti tadi ia melihat kecanggungan ku, dan wajah pria dingin itu yang kelihatan tidak senang saat disuruh menciumku, dasar Tjhin bodoh!, pandai bersandiwara didepan ayahku namun kenapa didepan orang tuanya dia tidak bisa berakting menutupinya. (batin Lediya).
Lediya terlalu larut dalam pikirannya sehingga tidak menyadari Lee Suk Ho sedang menatap tajam kepadnya.
Ya bukan Lee Suk Ho namanya kalau tidak mengetahui sandiwara yang anak dan mantunya bikin, ia dikenal mempunyai Intuisi yang sangat hebat selama ini makanya kenapa dia bisa sangat sukses dan masuk dalam 5 pengusaha terkaya sejagat raya.
Saat pertemuan pertama kali dengan Lediya, Lee Suk Ho sudah merasa curiga dengan sikap anak dan calon menantu nya itu, tidak terlihat kalau mereka berdua sudah menjalin hubungan selama 5 tahun dia merasa seolah-olah mereka berdua belum lama bertemu.
Setelah pertemuan pertama kali saat putranya memperkenalkan Lediya, Lee Suk Ho segera menghubungi asisten nya yang sedang berada di K***a untuk mencari tahu detail tentang calon mantunya juga kesepakatan apa yang dilakukan diantara keduanya.
Tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk hal itu, malam itu juga ia sudah mendapatkan detail soal Hardian dan putrinya, juga kesepakatan antara putra dan calon mantunya itu juga detail soal Jenifer kekasih Tjhin sesungguhnya sudah meninggal karena sebuah kecelakaan, namun ia tidak mengetahui soal tabrak lari itu karena Tjhin dan Leo sengaja menutupi soal kematian Jeje, karena tidak menginginkan tubuh Jeje untuk di otopsi oleh pihak rumah sakit.
Saat mengetahuinya Lee Suk Ho sangat geram dan murka karena telah di bohongi anak dan juga calon menantunya sehingga ingin membatalkan semuanya, namun dia melihat istrinya yang sedang tidur terlelap, ia mengingat wajah bahagia Almira saat pertama bertemu dengan Lediya.
Selama ini impian istrinya Almira ialah putra tunggal mereka segera menikah, istrinya itu sering ketakutan kalau dia tidak sempat melihat juga mendampingi putra tercintanya itu menikah karena sakit jantungnya, demi mewujudkan impian istrinya, untuk saat ini Lee Suk Ho berusaha menutup matanya.
Lagipula dia juga merasa kasihan pada putra tunggalnya yang kehilangan kekasihnya karena kecelakaan, ia tahu putranya melakukan kesepakatan itu demi dirinya dan Almira istrinya sedangkan Lediya melakukan kesepakatan itu karena baktinya kepada ayahnya.
Tak lama terdengar suara Almira memecah keheningan diantara kedua calon mantu dan suaminya itu. .
"Suamiku, dan mantuku bagaimana penampilan ku sudah cantik belum?" Almira menghampiri keduanya dengan wajah berseri.
"Kau memang selalu cantik sayang, " ucap Suk Ho tersenyum.
"Wah mama memang luar biasa cantik," ucap Lediya sembari mengacungkan ke dua ibu jarinya.
Almira tersipu malu mendengar pujian dari suami juga calon mantunya.
"Ayo Diya kita berangkat sekarang, " Almira melangkah mengambil salah satu kunci mobil yang tergantung.
"Mira, kamu tidak pergi bersama supir?" tanya Suk Ho menengok ke arah istrinya dengan tatapan khawatir.
"Aku sudah kangen ingin menyetir sendiri sayang Ini kan negaraku, biarpun aku sudah lama ikut tinggal bersamamu di K***a, aku tetap mengingat seluk beluk jalan disini tenang saja aku tak akan tersesat, lagipula aku pergi bersama mantu tersayangku ini kami bisa bergantian menyetir di saat aku lelah, aku pergi dulu ya sayang, " Jawab Almira dengan senyuman lalu mengecup bibir Suk Ho suaminya.
-Wah, biarpun mereka sudah puluhan tahun menikah tetap terlihat sangat mesra, seperti itukah pernikahan yang dikarenakan saling mencintai, impianku dulu seperti itu menikah dengan laki-laki yang ku cintai dan sangat mencintaiku, kami berbahagia dan setia sampai maut memisahkan tapi sekarang impian itu telah pupus, saat ini aku malah menikah dengan laki-laki dingin, angkuh, dan tidak akan pernah mencintaiku. (batin Lediya)
"Diya, hello Diya! kamu sedang memikirkan apa sayang, kok mama perhatikan kamu sering melamun sejak datang tadi?" Almira menepuk pundak Lediya, sehingga membuyarkan lamunannya.
"Eh, gak ada ma ayo kita berangkat sekarang, " Lediya memegang lengan kanan Almira dengan ke dua telapak tangannya.
" Pa, Diya pamit pergi dulu ya."
Kedua wanita cantik berbeda usia itupun melangkah pergi menuju garasi yang begitu luas disitu nampak berbagai mobil mewah yang boleh dibilang harganya tidak main-main berjejer rapi dalam garasi, membuat seseorang tercengang bukan main bahkan meneteskan air l**r.
-Wah berapa banyak sebenarnya kekayaan keluarga ini? nih garasi udah kayak showroom mobil mewah aja, hmm itulah bedanya sultan sama yang hanya sekedar kaya. (batin Lediya).
💖💖💖💖💖
Sampailah Almira dan Lediya di sebuah Mall terbesar di JK, Almira memberhentikan mobil persis didepan lobby utama mall, mereka berdua keluar dari mobil lalu Almira memberikan kunci mobilnya ke petugas valet dan segera masuk ke dalam, ia langsung melangkahkan kakinya menuju toko langganannya setiap dia berada di Indonesia.
Tak lama sampailah mereka di sebuah toko besar yang menjual berbagai merk branded dan Limited Edition, karyawan disitu sangat mengenal Roro Almira, mereka semua langsung berbaris menyapa Almira lalu menunduk hormat, datanglah Manager toko tersebut bersama stylist.
"Pagi nyonya Almira silakan ke ruang VIP kami, untuk memilih dan mencoba dress design terbaru kami," ucap Manager toko sembari memberikan arahan, Almira dan Lediya mengikuti manager toko lalu masuk ke sebuah ruang VIP.
Stylist segera menunjukan deretan beberapa dress mewah design terbaru milik desainer terkenal.
Almira segera mendekati deretan dress-dress itu untuk melihat kualitas design dan bahannya.
"Hmm cukup bagus, Diya sayang pilihlah mana yang kau sukai mama akan membelikan untuk kamu pakai di acara peresmian besok sayang, " ucap Almira tetap memfokuskan matanya melihat kualitas design dan bahan dress satu persatu.
Lediya mengangguk lalu berjalan mendekat ke deretan dress, Ia melihat-lihat dan sangat tercengang melihat harga dress-dress itu, paling murah seharga US$ 35.000.
-Astaga, aku tidak pernah membeli dress seharga mobil ayahku, dari kecil aku diajarkan berhemat, dan memakai barang-barang sederhana karena ayah dan aku memang tidak suka yang berlebihan. (batin Lediya).
"Ma ma...af, aku sudah memiliki dress yang pas dan nyaman di rumahku, jadi aku tidak perlu membelinya lagi," ucap Lediya.
"Pilihlah yang kamu suka sayang, atau mama saja yang akan pilihkan untuk mu, hmm sepertinya ini sangat cocok untukmu pasti kamu akan sangat cantik memakai Dress ini, cobalah," Almira memberikan kepada Lediya untuk mencoba, dress milik desainer kondang V*******o.
Lediya melirik bandrol harga dress yang diberikan Almira kepadanya, matanya seketika terbelalak kaget.
Bersambung....