Mungkin karena sudah sangat lelah Azalea tidur di sofa rumah sakit, sedangkan Dhruv sudah membaik, ia masih berbaring di atas ranjang dengan selang oksigen yang sudah terlepas. Saat dokter datang memeriksa barulah Dhruv bangun, berbeda dengan Azalea yang masih tidur tanpa dosa.
"Beruntung anda tidak terlambat datang, serta tepat mendapatkan penanganan pertama," ucap sang dokter. Dhruv melihat Azalea yang masih tidur, gadis itulah yang menolong dengan keterbatasan pisik.
"Terimakasih, dokter," ucap Dhruv, arahnya kembali melihat Azalea.
Setelah dokter itu keluar Dhruv turun dari ranjang, menuju Azalea, gadis itu masih meringkuk damai, apa ia tidak tidur satu Minggu ini? Dhruv menarik ujung bibirnya.
"Boss, kau sudah bangun?" Azalea tiba-tiba membuka matanya, tanpa berkedip.
Dhruv mengalihkan pandangan.
"Aku ketiduran, jam berapa sekarang boss?" Azalea masih tidak perduli posisi Dhruv yang berlutut di hadapannya, baguslah Dhruv tidak kehilangan harga diri.
Dengan deheman, Dhruv duduk di samping Azalea. "Kau tidak punya ponsel?" Dhruv berdiri berjalan kembali menuju ranjang, lalu duduk.
"Ponselku tertinggal, dompetku juga," rajuk Azalea.
"Tidur saja di situ! Kau tadi sudah tidur seperti kerbau mendengkur."
"Apa? Kerbau. O...yah, pantas lah aku kelelahan, katena merawat orang sakit yang alergi kacang, lalu merengek agar tidak ditinggalkan, takut jarum suntik," lantang Azalea mengejek. Kemarin saat keadaan Dhruv masih setengah sadar ia terus menahan tangan Azalea agar tidak menjauh.
"Kau!" tajam tatapan Dhruv pada Azalea. Dibalas Azalea, memalingkan wajah melipat tangan di dada.
Hening.
"Kau sudah makan?" tanya Dhruv.
"Belikan aku makanan, aku kelapar!"
"Itu kotak nasi, belum Bos makan, ruangan ini vvip rasa makanannya pasti enak."
"Makanan rumah sakit tidak enak, kau tidak tau? Payah."
"Dibanding dirimu, aku jauh lebih tahu mana masakan rumah sakit yang enak dan yang tidak," Azalea meraih tongkatnya.
"Mana uangnya?" Azalea mengulurkan tangan.
"Tidak perlu duduklah!" perintah Dhruv lagi.
Azalea hampir saja mengumpat kalau tidak ingat itu boss.
"Belikan 2 porsi makanan!" perintah Dhruv pada orang didalam telpon.
"Apa tidak ada yang datang?" bukannya menjawab pertanyaan Azalea Dhruv malah berlalu memandang langit malam.
"Kau sendiri? Kekasihmu tahu kau bersama bosmu?"
"Aku tidak punya kekasih." Azalea mendekat, ikut melihat langit malam.
Dhruv tertawa. "Tentu saja, aku yakin kau pasti belum pernah pacaran?!'"
"Salah boss, aku sudah pernah bertunangan." timpalnya, merasa menang.
"Lalu kau di campakkan!?" Dhruv kembali tertawa puas kali ini.
"Sepertinya kau paling suka menertawakan orang, aku tidak dicampakan tapi ditinggalkan."
Alangkah gembira hari ini Dhruv, ia bisa sebegitu tertawa hanya karena wajah polos Azalea saat menuturkan dicampakan atau ditinggalkan.
"Makanan anda sudah datang," Seseorang masuk membawa dua box.
"Letakan di sana!" Dhruv meninggalkan Azalea lantas ia duduk membuka makanan.
"Kau tidak lapar?" Senyum geli Dhruv masih terlihat, sontak Azalea mengerucutkan bibirnya namun tetap berjalan duduk di sampingnya.
Didorong rasa lapar baru saja tangannya hendak menggapai box makanan.
Dhruv menggesernya menjauh.
"Kau!" tunjuk Azalea kesal, Dhruv malah kembali tertawa, kemudian ia memberikan, setelah puas melihat gelembung pipi Azalea.
Dhruv melihat Azalea tertidur dengan mulut sedikit terbuka, bisa-bisanya gadis ini tidur senikmat itu berbeda dengan dirinya, gangguan tidur yang ia miliki selalu hampir membuat ia terjaga.
Ujung telunjuk ia dekatkan pada dahi Azalea.
"Bangun. Pemalas!"
Azalea bangunan masih setengah sadar ia mendorong Dhruv. "Baju!" Azalea menunjuk dada Dhruv yang telanjang. Dhruv yang duduk di lantai melihatnya tajam.
Dhruv tersenyum miring. "Kenapa? Kau belum pernah melihat dada laki-laki?" Dhruv maju duduk diatas sofa yang sama, makin mendekatkan tubuhnya.
"Kau mau apa?" Azalea makin bergeser kebelakang.
"Aku yakin kau belum pernah melakukan itu?dengan mantan tunangan mu!?" Dhruv makin maju menggoda.
"Melakukan, ii-itu, melakukan apa?" gagap Azalea.
"Itu!" Dhruv makin mendekat terus membuat Azalea tergagap tegang. "Itu!"
Lalu ia tertawa puas, sampai terduduk di lantai. Siapa sangka lakia-laki ini teryata gila aslinya. Barulah Azalea tau ia kembali dipermainkan lagi.
"Pasangkan dasi ini!" perintah Dhruv. Setelah semua godaannya berakhir, rahang tegas itu kembali. Apa dia memiliki kepribadian ganda? Emosinya bisa cepat berubah.
"Aku tidak mau, kau bisa memakainya sendiri!"
Hari ini Dhruv kembali bekerja, hanya satu hari ia bermalam di rumah sakit itu pun karena ada Azalea yang menemani, biasanya saat sudah merasa lebih baik ia akan memilih sendiri di rumah.
"Kau membantah!?" Dhruv memposisikan tangan di pinggang.
"Bukan membantah? bagaimana aku bisa memasang dasi itu bos, kaki empatku butuh tangan untuk berdiri."
"Kau bisa berdiri?"
"Tentu saja aku akan segera sembuh, lihat kakiku! Aku sudah bisa berjalan tapi sangat pelan masih butuh pegangan," Sneakers putih di kaki Azalea bergerak-gerak.
"Perusahaan punya fasilitas berbayar untuk kesehatan kau bisa menggunakan itu!"
"Aku belum genap satu bulan kerja, apa sudah boleh?"
"Cairkan dana kesehatan atas nama Arumy Azalea." Dhruv menelpon seseorang.
"Kau lupa aku bosnya!?" Sunggingan senyum bangga Dhruv.
"Cepat ikatkan dasinya, pagi ini ada rapat!"
Dhruv menyentuh pinggang Azalea, membantu tetap berdiri.
Sesaat Azalea terkesiap, tapi kembali fokus pada leher Dhruv. Tangan mungilnya mengikatkan dasi. Hampir saja ia tidak bernapas saking dekat dengan wajah Dhruv helaan napas Dhruv saja bisa ia rasakan.
Semoga kali ini Dhruv tidak melihat kegugupannya.
***
Dhruv harus memperlambat langkah saat Azalea ada dibarisan belakang, sedangkan orangnya berpikir aneh tidak biasanya Boss mereka ini berjalan sesantai ini di kantor.
Sampai di dalam ruangan Azalea terus mencuri pandang pada Dhruv yang terus sibuk, apa ia tidak merasa caranya bercanda keterlaluan membuat irama jantung Azalea berdetak tidak sehat.
Hari ini hari Rabu waktunya Azalea terapi tapi melihat Dhruv sibuk Azalea tidak tega keadaan laki-laki itu baru saja membaik, dan lihat sekarang? Sudah berapa banyak masalah yang ia selesaikan.
"Apa kau akan terus melamun?"
"Tidak bos!"
"Kau tidak pergi?" Dhruv menghidupkan roko, seperti biasa ia akan memandang langit saat berpikir.
"Roko akan merusak kesehatan, bos! Saat kesehatanmu rusak kau akan menyesali hari ini!"
"Akan aku ingat, pergilah! Dokter mu menunggu!"
"Untuk hari ini bisa dibatalkan, bos butuh teman!?" Suara Azalea kecil, ragu. Tapi melihat Dhruv tenggelam dalam pikiran sendiri, Azalea tidak tega meninggalkan.
Ia mendekat berdiri di samping Dhruv.
Dhruv membuang roko lalu menginjaknya, saat tau Azalea ada di samping.
"Harusnya kau tidak mendekat saat aku marah!" Pipi Azalea memanas saat tangan Dhruv membelainya lembut. Netra Dhruv tajam namun hangat ada getir kesedihan.
Lalu Dhruv tersenyum, seketika getir kesedihan itu menghilang.
"Apa kau belum pernah berciuman?" tanyanya yang seketika mengubah keadaan.
Azalea menepis tangan Dhruv kasar.
"Tee-tentu saja pernah!"
Kali ini senyum Dhruv makin lebar seakan beban di pundak menghilang begitu saja.
"Lalu mengapa pipimu masih merah saat disentuh!?"
Sudah tahu dengan godaan Dhruv, Azalea memilih berlalu tidak ingin lagi mendengar ejekan tentang laki-laki, apa ia tidak tau sekarang temperatur tubuhnya naik.
"Hey .. mau kemana? Bukankah tadi kau menawarkan diri! Belikan aku kopi seperti biasa, hanya di tempat Hera!" perintah Dhruv dengan nada tinggi melihat semakin cepat Azalea berlalu.
Azalea masih bisa mendengar tawa ejek Dhruv dari jauh, lagi. Ia terjebak dalam candaan bos gilanya ini, apa boleh sepatunya melayang kali ini. Tentu saja tidak! Ia bosnya.
Kau ingin di pecat.
Hallo manteman bagaimana dibab kelima ini? Sudah jatuh kah hati kalian?
Terimakasih, akan ada spoiler di Ig Aku.
IG: nilakrisna176