webnovel

Kultivator Pertama

Editor: Wave Literature

Ketika Mo Tianjun kembali dari sekolah, dengan bersemangat ia memanggil mereka dan menyuruh mereka untuk bersiap-siap ke pameran.

Mo Tiange tidak mempersiapkan apapun dan hanya membawa koin yang dimilikinya dan mengalungkannya di lehernya. Sebaliknya, pelayan kecil Mo Tianqiao, Xiaoshaner, menyiapkan banyak hal. Pada akhirnya, ia harus membawa sebuah keranjang besar. Karena penasaran, Mo Tiange membuka keranjang untuk melihat isinya. Sisir, cermin, kipas angin, kantong air, makanan ringan, dan bahkan bangku lipat kecil ada di dalamnya!

Mo Tiange benar-benar takjub dengan apa yang dilihatnya kemudian bertanya kepada Xiaoshan'er alasannya membawa benda-benda tersebut. Xiaoshan'er mulai menunjukan benda itu satu persatu dan mulai menjelaskan: "Jika rambut Nona berantakan, akan ada sisir dan cermin; jika Nona kepanasan, kipas akan dibutuhkan; jika Nona kehausan, ia bisa minum dari kantong air; jika Nona lapar, dia bisa makan beberapa makanan ringan; jika Nona capek berjalan, dia bisa duduk di bangku. "

Mo Tiange kemudian bertanya, "Apa yang akan kau lakukan jika hujan turun?" Begitu mendengarnya, Xiaoshan'er segera bergegas untuk mengambil payung, meninggalkan Mo Tiange yang tercengang.

Tidak peduli latar belakang keluarga Tianqiao, pelayan kecil ini cukup baik. Kali ini, Tianqiao benar-benar "seorang wanita muda yang melakukan inspeksi wisata."

Setelah mempersiapkan segalanya, ketiganya mengikuti Tianjun. Tianjun tidak pergi sendirian. Ada beberapa anak lelaki lain yang ikut bersama mereka.

Kota terdekat dari desa keluarga Mo adalah Kota Feiyun. Kota ini dapat ditempuh dalam satu jam perjalanan.

Sudah lama Tianqiao tidak berjalan kaki. Ketika akhirnya tiba di kota, ia sudah kehabisan nafas dan menggunakan bangku lipat untuk duduk. Xiaoshan'er juga bernasib sama. Karena membawa keranjang besar, ia juga merasa lelah dan basah oleh keringat. Mo Tiange adalah satu-satunya dari ketiganya yang terlihat baik-baik saja.

Tepat setelah mereka memasuki kota, anak-anak itu tidak sabar dan langsung pergi bermain, meninggalkan ketiganya. Hanya setelah Tianqiao cukup beristirahat barulah mereka dapat berjalan berkeliling pameran.

Mo Tiange pernah mengunjungi kota itu sebelumnya bersama Paman Awang ketika ia masih kecil. Namun, ia belum pernah kembali lagi semenjak pindah ke rumah leluhur.

Feiyun adalah sebuah kota kecil - perjalanan dari bagian timur ke barat kota dapat ditempuh dalam waktu satu jam. Pameran hari ini dipenuhi oleh orang-orang dari kota-kota dan desa-desa tetangga. Mereka membawa produk-produk dari kota asal mereka untuk dijual dan akan membeli beberapa kebutuhan sehari-hari untuk dibawa kembali.

Melihat Tianqiao berkeringat, Xiaoshan'er segera memberinya kantong air dan mengipasinya. Hal ini membuat Mo Tiange menggelengkan kepalanya. Setelah melihat warung mie daging di dekatnya, Mo Tiange berkata, "Haruskah kita ke sana dan beristirahat? Kita juga bisa mengisi perut kita dengan mie daging."

Tianqiao sangat gembira sepanjang hari, yang membuatnya tidak makan banyak siang tadi. Begitu mendengar saran Mo Tiange, ia langsung mengangguk.

Ketiganya pergi ke warung kecil dan memesan tiga mangkuk mie daging. Xiaoshan'er juga ikut makan bersama mereka. Hal ini membuanya terharu.

Mo Tiange hanya menghela napas melihat Xiaoshan'er. Jika tidak mewarisi sedikit peninggalan ibunya, dia mungkin bernasib sama seperti Xiaoshan'er setelah kematian ibunya. Ketika membeli Xiaoshan'er, ibu Tianqiao mendengar bahwa Xiaoshan'er awalnya dijual kepada keluarga kaya di kota. Namun, ia dihukum dan dijual lagi setelah melakukan kesalahan kecil. Sekarang, Xiaoshan'er selalu berterima kasih meskipun Tianqiao hanya menunjukkan sedikit kebaikan kecil padanya. Sepertinya, tuannya sebelumnya memperlakukannya dengan buruk.

Mie daging adalah jajanan yang banyak ditemukan di Kabupaten Liancheng. Daging yang digunakan sebenarnya adalah daging ikan. Hidangan ini dibuat karena Kabupaten Liancheng merupakan daerah yang sebagian besarnya adalah perairan. Sehingga, ikan sangat berlimpah di sana. Pertama, daging ikan dicincang dan dicampur dengan tepung untuk membuat mie. Sup mie ini dibuat dari kaldu tulang yang dikombinasikan dengan daun bawang, jahe dan cuka. Jahe dan daun bawang digunakan agar mie tidak berbau amis. Selain itu, rasa asam dari cuka membuat mie itu makin menggugah selera. Mienya kenyal dan rasanya segar dan ringan. Bahkan, makanan ini juga disukai anak-anak.

Mo Tianqiao jarang makan makanan seperti ini. Bagaimanapun juga, Keluarga Mo adalah keluarga petani. Mereka tidak pemilih dalam hal makanan. Selain itu, Bibi Lin hanya bisa memasak hidangan biasa.

Meskipun tiap orang memakan semangkuk mie daging, ketiganya masih belum puas. Tianqiao ingin makan lebih banyak, namun dihentikan Tiange dengan alasan ada banyak makanan lezat lain di pasar malam itu. Jika Tianqiao makan sampai kenyang, dia tidak dapat merasakan makanan lain di tempat ini.

Setelah mendengar ucapan Tiange, Xiaoshan'er menyadari kebodohannya membawa banyak makanan ringan ke pasar malam. Ia dulunya adalah pembantu di keluarga kaya, dan keluarga itu selalu membawa makanan sendiri ketika berpergian. Mereka tidak pernah makan sembarangan di warung pinggir jalan.

Kekuatan makanan lezat meningkatkan kekuatan Tianqiao. Mereka bertiga akhirnya mulai berjalan berkeliling pasar malam tersebut.

"Nona! Lihat itu!" Teriak Xiaoshan'er, menunjuk pada patung-patung gula (1) yang terlihat jelas.

Mo Tianqiao bergegas mendekat dan melihat sebuah kios yang menjual patung-patung gula dalam berbagai bentuk seperti kucing, anjing, dan binatang lainnya. Tianqiao langsung tertarik. Sangat jarang seorang pengrajin gula melewati desa mereka.

Hal tersebut membuat ketiganya dengan semangat membahas mana yang paling cantik dan mana yang harus mereka beli.

Tiba-tiba, Mo Tiange merasa bulu kuduknya berdiri. Dia segera berbalik dan melihat seorang pria menatapnya dari jauh. Melihatnya berbalik, pria itu tersenyum kecil dan mengangguk padanya. Tapi, pria itu tidak mengalihkan pandangannya; seolah-olah dia menunggu Mo Tiange untuk datang padanya.

Setelah ragu-ragu sejenak, Mo Tiange meraih lengan Tianqiao dan berkata, "Tianqiao, aku akan pergi sebentar. Aku akan segera kembali."

"Kau mau pergi kemana?"

"Tidak apa-apa. Pelan-pelan saja memilihnya. Tunggu aku di sini."

"Oh ..." Tianqiao memperhatikannya pergi dengan kebingungan.

Melihat Mo Tiange berjalan ke arahnya, pria itu berbalik dan mulai berjalan ke arah lain, membuat jarak di antara mereka lebih jauh. Ketika sampai di persimpangan jalan, dia berbalik dan memasuki gang sebelum akhirnya berhenti.

Dia kemudian berbalik dan Mo Tiange akhirnya melihat bahwa dia adalah pemuda biasa. Saat ini, pemuda itu tersenyum sopan dan kedua tangannya digenggam dalam bentuk salam. "Namaku Li Yushan. Bolehkah aku bertanya nama Rekan Daois kecil ini?"

Mo Tiange buru-buru membungkuk sebagai bentuk salam sopan terhadap orang asing. "Nama keluargaku adalah Mo."

Jadi, apa yang dilihatnya dari pria ini tadi adalah aura spiritual! Pria ini jelas-jelas adalah seseorang dari dunia kultivasi.

Karena beberapa alasan, dia tidak mengatakan pada siapapun tentang teknik kultivasi yang dimilikinya. Berhasil dalam kultivasi dan kemudian menemukan ayahnya adalah rahasia terbesarnya di rumah, terutama setelah ibunya meninggal. Dalam tiga tahun terakhir, ia berkultivasi sendiri. Sekarang, ia tiba-tiba bertemu dengan orang lain yang juga memiliki aura spiritual di tubuhnya. Dia tidak bisa menolak untuk datang kepadanya.

Namun, pria bernama Li Yushan ini tidak meremehkannya karena dia masih muda. Dia berkata, "Ternyata kau adalah Rekan Daois Mo. Sudah takdirnya kita bertemu di dunia manusia. Aku adalah seorang kultivator individu. Bolehkah aku tahu di mana gurumu? Mengapa kau tinggal di dunia fana ini?"

"Aku ... Apa itu kultivator individu?" Dia sepertinya pernah mendengar kata ini sebelumnya.

Li Yushan tertegun. Dia berkata dengan tak percaya, "Bukankah Rekan Daois punya beberapa orang tetua?"

Pertanyaan pemuda itu membuatnya mengingat kembali pengetahuan umum tentang dunia kultivasi yang dikatakan leluhurnya. Karena leluhurnya dan Qing Lian menyatakan bahwa pikiran manusia sulit dipahami, Mo Tiange tidak membantah kata-kata pemuda itu. Sebaliknya, ia berkata, "Ayahku adalah seorang kultivator. Sayangnya, dia meninggalkan keluarga kami untuk mencari peluang takdir ketika aku masih kecil. Ia kadang mengirim surat, tetapi ia belum kembali. Karena itu, aku berkultivasi sendiri. "

"Oh?" Li Yushan percaya padanya. Di dunia sekuler, teknik kultivasi sebagian besar tidak lengkap dan pil obat sangat jarang ditemukan. Akibatnya, banyak kultivator di dunia sekuler kemudian melakukan perjalanan, mencari peluang takdir seperti yang dilakukannya sekarang.

"Aku mengerti ... Kultivator individu adalah kultivator yang tidak terikat sekolah, sekte, ataupun suku. Rekan Daois Mo jauh lebih beruntung dibandingkan aku yang harus bekerja keras sendiri mencari Takdir Keabadian; kau dibimbing oleh ayahmu. Kau masih sangat muda, tetapi sudah berada di lapisan kedua alam Aura Refining. Suatu saat nanti, kau mungkin akan bergabung dengan sekolah atau sekte. Apa yang kau lakukan benar-benar patut ditiru. "

Li Yushan benar-benar terlihat iri. Kultivasinya baru berada di di lapisan ketiga alam Aura Refining. Ketika masih kecil, secara tidak sengaja ia menemukan Takdir Keabadian. Butuh sepuluh tahun kultivasi yang sulit untuk mencapai tingkat kultivasinya saat ini. Bagaimanapun juga, orang-orang sepertinya sudah bisa dianggap beruntung. Namun, gadis kecil dihadapannya ini sudah mencapai lapisan kedua. Bagaimana ia tidak merasa iri?

Dia tidak tahu bahwa Mo Tiange dapat berada pada tingkat kultivasinya saat ini hanya karena memiliki teknik kultivasi kelas tertinggi dan mutiara yang dapat mengumpulkan aura spiritual. Dengan kedua hal tersebut, dia hanya sedikit lebih beruntung dibandingkan kultivator individual lainnya. Selain itu, ia juga terhambat spiritual roots miliknya; akan sulit baginya untuk masuk pada tahap selanjutnya setelah mencapai tahap tengah dari alam Aura Refining.

Li Yushan berbicara lagi, "Bertemu dengan kultivator lain di dunia sekuler jarang terjadi. Rekan Daois Mo, karena kita ditakdirkan untuk bertemu, mengapa kita tidak meluangkan waktu untuk membahas metode kultivasi kita?"

Patung gula-gula atau orang-orangan gula adalah kesenian rakyat tradisional Cina yang terbuat dari gula cair untuk membuat patung tiga dimensi.