webnovel

Tiga Tahun

Editor: Wave Literature

Mo Tiange bercucuran keringat setelah berkultivasi pada malam yang diterangi cahaya bulan itu.

Meskipun berkeringat, dia benar-benar merasa gembira. Dia telah dengan mulus mencapai lapisan kedua dari alam Aura Refining! Sekarang dia bisa mengucapkan beberapa mantra sederhana!

Teknik Sunu adalah teknik kultivasi tanpa bertarung. Namun, pada bagian terakhir dari teknik kultivasi tersebut, beberapa mantra telah ditambahkan. Mantra itu mungkin ditambahkan oleh sang leluhur ketika dia menyerahkan teknik kultivasi kepada Mo Tiange.

Level kultivasi yang dibutuhkan untuk menggunakan mantra juga telah ditambahkan. Di antara semua mantra tersebut, ada satu mantra yang bisa digunakan di lapisan kedua alam Aura Refining. Mantra itu disebut "Wind's Breath."

Wind's Breath adalah teknik serangan angin yang dibentuk oleh gelombang aura spiritual. Begitu seseorang mahir menggunakannya, dia dapat menggunakannya sesuai keinginannya. Bahkan, jika dia ingin menyerang musuh-musuhnya, serangannya tidak akan terlihat.

Mo Tiange sebenarnya tidak tertarik untuk menyerang. Namun, Sang Leluhur memperingatkannya bahwa dunia kultivasi adalah dunia yang berbahaya. Bahkan jika dia tidak berniat melukai, dia harus selalu waspada. Karena ingin mencari ayahnya, dia pasti akan masuk ke dalam dunia kultivasi dan bertanya pada kultivator lain tentang ayahnya. Mempelajari beberapa teknik menyerang untuk mempertahankan diri adalah hal yang harus dilakukannya.

Tetapi, ia baru saja memasuki tahap kedua dalam alam Aura Refining dan dapat merasakan bahwa tidak ada aura spiritual yang tersisa di tubuhnya. Jadi, mempraktikkan teknik serangan sekarang mungkin tidak akan berguna. Setelah berpikir sejenak, Mo Tiange keluar dari kamarnya untuk mengambil air dari dapur, berniat untuk membasuh tubuhnya dan beristirahat sebentar.

Dia jarang beristirahat dalam beberapa tahun terakhir. Ia biasanya hanya merasa sangat lelah setelah lima atau enam hari berkultivasi. Karena tidak dapat berkultivasi di siang hari, dia menggunakan waktu di malam hari sebaik mungkin. Dia berusaha untuk tetap terjaga selama mungkin.

Namun, ia mengerti bahwa terburu-buru akan membuat semuanya sia-sia, seperti sekarang. Karena situasi saat ini tidak cocok untuk berkultivasi, dia akan merawat rohnya dengan baik terlebih dahulu.

Ia bangun dari tempat tidur saat fajar dan merasa seluruh tubuhnya terasa sangat ringan.

Setelah melipat selimutnya, ia mencuci wajahnya dan kembali ke kamar. Ia lalu menyisir rambutnya dengan bantuan sebuah cermin kecil. Pertama, ia membagi rambutnya menjadi dua bagian, dan menyanggulnya. Dia bukan lagi gadis kecil yang tidak bisa mengepang rambutnya sendiri. Mo Tiange sekarang sudah dapat menyanggul rambutnya dengan rapi. Sekarang, dia bisa merawat dirinya sendiri dengan benar, seperti yang dilakukan ibu padanya ketika masih hidup.

Setelah terlihat rapi, ia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar Tianqiao.

Karena tidak lagi harus membantu Bibi Lin, dia dapat bangun sedikit lebih lambat dari biasanya. Dia biasanya pergi ke tempat Tianqiao dan makan pagi bersamanya.

Dia tidak pernah mengunci kamar kecilnya karena tidak ada barang berharga di dalamnya. Akta tanah yang ditinggalkan ibunya berada pada pamannya; perhiasan dan barang-barang lainnya ada di tangan neneknya. Dia hanya memiliki sekitar seratus koin tembaga - uang yang diberikan bibinya untuk membeli makanan ringan.

Hal berharga lain seperti teknik kultivasi sudah terukir dalam benaknya, sedangkan gelang mutiara yang diwariskan ibunya dipakainya di pergelangan tangannya. Di dalam kamarnya hanya ada beberapa perabot dan tempat tidur bekas yang tidak bisa dianggap barang berharga. Benda yang dianggapnya penting hanyalah kuas, tinta, kertas, dan buku. Karena Bibi Lin dan para pelayan lainnya tidak dapat membaca, mereka tidak akan peduli pada benda-benda ini.

Kamar Tianqiao berada di halaman kedua. Kamar Tianqiao jauh lebih besar dibandingkan kamarnya.

Begitu tiba, dia melihat pembantu kecil Tianqiao keluar dari kamar Tianqiao sambil membawa baskom. Pembantu itu membungkuk padanya dan melanjutkan pekerjaannya.

Pembantu kecil ini dibeli oleh bibinya. Padahal, keluarga mereka hanyalah keluarga tuan tanah setempat. Meskipun mereka memang memiliki beberapa pelayan, mereka tidak pernah membeli pelayan untuk melayani mereka dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga yang sangat kaya. Namun, ibu Tianqiao memiliki harapan yang tinggi dan membesarkan Tianqiao seperti wanita muda dari keluarga yang berpengaruh. Karena itu, begitu Tianqiao beranjak dewasa, bibinya membeli pelayan kecil untuk menjadi asisten pribadinya.

Tianqiao sudah bangun dan memilih pakaian ketika Tiange memasuki kamarnya. Tianqiao memberi isyarat padanya ketika dia melihatnya dan berkata, "Tiange, kemari dan bantu aku. Coba lihat - mana yang harus kupakai?"

Mo Tiange berjalan ke arahnya dan melihat setumpuk pakaian di tempat tidurnya. Tianqiao bergumam, "Menurutku semuanya bagus. Tetapi, jika Ibu tidak suka pilihanku, dia akan menyuruhku untuk menggantinya! "

Mo Tiange tersenyum mendengar kata Tianqiao. Dari tumpukan pakaian itu, dia mengambil gaun biru langit dan berkata, "Ini."

Mo Tianqiao mengambil gaun itu dan berseri-seri. "Seleramu selalu bagus."

Melihat lemari penuh dengan pakaian, Mo Tiange menggelengkan kepalanya. Bibinya dengan sepenuh hati membesarkan Tianqiao menjadi seorang wanita muda dari keluarga terkemuka yang kaya. Sayangnya, Tianqiao memiliki kepribadian yang lincah. Tianqiao akan lebih bahagia jika dia bisa hidup bebas seperti Tiange. Tapi, Tiange tidak akan mengatakan hal ini. Jika dia melakukannya, orang hanya akan berpikir bahwa dia iri pada Tianqiao.

Dalam sekejap, Tianqiao mengganti pakaiannya dan tersenyum padanya. Dia berkata, "Apakah aku terlihat cantik?"

Mo Tiange mengangguk sambil tersenyum. Keluarga Mo terkenal karena kecantikan wanitanya. Tianqiao juga sangat cantik. Dia baru berusia sebelas tahun, namun kecantikannya sudah terlihat. Tidak heran ibunya berusaha mendidik sepenuh hati.

Setelah Mo Tianqiao selesai bersiap-siap, keduanya berjalan menuju ruang makan karena sarapan sudah disiapkan.

"Kakek, Nenek." Mereka berdua menyapa Kakek dan Nyonya Zheng.

Nyonya Zheng tanpa sadar mengerutkan kening ketika melihat Tiange berdiri di samping Tianqiao.

Nyonya Zheng tidak pernah menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap cucu perempuan yang tidak memiliki ikatan darah dengannya. Tetapi setelah tiga tahun, penghinaannya tidak membuat Tiange menjadi pemalu. Sebaliknya, ketika tumbuh dewasa, Tiange mengembangkan kepribadian yang toleran dan tenang. Dia bukan lagi gadis yang takut dengan apa yang dipikirkan orang-orang --seperti ketika ia pertama kali tiba.

Tiap kali Nyonya Zheng melihat Tiange berdiri di samping Tianqiao, dia tidak senang. Meskipun pakaian Tiange jauh lebih buruk daripada Tianqiao, tapi tatapan orang-orang lebih dulu tertuju pada Tiange.

Namun, dia menyembunyikan kebenciannya saat berada di depan kepala keluarga. Karena itu, dia hanya mengangguk dengan acuh tak acuh.

"Ayah, Ibu."

"Paman, Bibi."

Setelah menyapa semua orang, akhirnya mereka duduk.

Mo Tianjun sudah duduk di kursinya. Setelah tiga tahun, dia tumbuh tinggi dan sudah tidak lagi bersikap nakal seperti sebelumnya. Mungkin karena kedua adik perempuannya berhenti sekolah, dia akhirnya menyadari bahwa mereka berbeda darinya dan dia menjadi lebih peduli pada keduanya. Dia tidak hanya berhenti menindas Mo Tiange, tetapi setiap memberi Tianqiao sesuatu, dia tidak akan lupa pada Tiange.

"Ayah, ada pameran di kota. Bisakah aku pergi?" Mo Tianjun bertanya kepada ayahnya kemudian menambahkan kalimat: " Aku ingin pergi sore hari setelah pulang sekolah "

Tuan Muda Sulung dari keluarga Mo mengalihkan pandangannya ke arah Kepala keluarga. Melihat Kepala keluarga tidak keberatan, dia berkata, "Kau bisa pergi setelah kau menyelesaikan tugas-tugasmu."

Karena mendapatkan izin, Mo Tianjun dengan gembira bertepuk tangan dan berkata, "Baiklah. Aku akan mengerjakan tugasku dengan baik." Ia kemudian menatap ibunya dengan cemas kemudian berkata, "Ibu, berikan aku uang supaya aku bisa membeli sesuatu di pasar malam, ya?"

Nyonya Muda Sulung merasa sikap Tianjun yang meminta uang untuk menghibur diri merupakan hal yang wajar. Karena itu, dia berkata, "Aku akan memberikannya nanti, tetapi kau tidak boleh membeli barang sembarangan."

Mo Tianjun mengangguk beberapa kali.

Melihat ini, Mo Tianqiao buru-buru berkata, "Kakak, bawa aku bersamamu, ya? Sudah lama aku tidak berjalan-jalan."

Meskipun Mo Tianjun sebenarnya ingin mengajak adiknya, ia tidak berani. Dia menatap orang tuanya, dan seperti yang diharapkan, ibunya berkata, "Kau tinggal saja dan fokus untuk belajar menjahit. Apa yang akan kau lakukan di sana? Banyak orang akan datang; tempat itu akan sangat ramai."

Mo Tianqiao cemberut dan berkata, "Setengah hari tidak akan mengganggu pelajaranku. Aku terus berada di rumah selama ini dan itu sangat membosankan!"

Apa yang dikatakan Mo Tianqiao benar. Maka, Tuan Muda Sulung merenungkannya dan akhirnya berkata, "Biarkan Tianqiao pergi. Tiange dan Xiaoshan akan menemaninya dan Tianjun akan menjaga mereka. Semua akan baik-baik saja."

Mo Tianqiao sangat gembira. Dia berulang kali berkata, "Terima kasih, Ayah. Kau adalah yang terbaik!"

Mo Tiange menghela nafas dalam hati. Sebenarnya, dia tidak mau pergi. Sayangnya, sudah tugasnya untuk menemani sang putri mahkota.