webnovel

Seandainya Bibir Itu Tersenyum

Aksa yang sedang memainkan game di laptopnya terkejut saat Devan masuk dan mengabarkan semua sudah hadir di aula dan menunggu Aksa. Dengan enggan dia keluar dari game komputernya dan berjalan mengikuti Devan. Aksa tak menyangka kalau semua orang yang diundang sudah hadir di ruang meeting padahal sebenarnya dia masih berharap dapat bersantai beberapa waktu lagi sebelum rapat ini di mulai.

Saat duduk di kursinya tatapan Aksa sempat bertemu dengan tatapan dingin Sofia, hanya sebentar karena kemudian Sofia segera membuang mukanya. Aksa terkejut baru kali ini ada seorang gadis yang membuang muka padanya bahkan sekedar tersenyum pun tidak karena biasanya para gadis akan terpaku pada wajah tampannya.

Devan mulai membuka pertemuan dan membacakan susunan acara, kemudian menyerahkan acara pada Pak Hermawan, ayahnya Aksa untuk memberikan sambutan dan memperkenalkan Aksa sebagai direktur baru. Saat Pak Hermawan berbicara, pandangan Aksa tertuju pada sofia yang tengah memperhatikan Pak Hermawan memberikan sambutan. Aksa melihat ekspresi Sofia yang masih sama, dingin dan tanpa senyum. Melihat wajahnya Aksa mengira usia Sofia tak berbeda jauh darinya, seandainya gadis itu mau tersenyum sedikit saja pasti dia akan terlihat sangat manis. Aksa segera berdiri dan segera mengalihkan tatapannya ke semua audiens yang ada di depannya ketika sang ayah memperkenalkannya sebagai direktur baru di Perusahaan Arabelle yang merupakan anak perusahaan dari Sigma corp milik Pak Hermawan.

Aksa kemudian memperkenalkan dirinya dan berbicara beberapa hal tentang dirinya dan meminta bantuan dan kerja sama mereka agar dia bisa menjalankan perusahaan sesuai yang diharapkan. Aksa bisa melihat bagaimana orang-orang yang ada di ruangan itu menatapnya dengan penuh kekaguman dan dia juga melihat dari wajah mereka, beberapa orang mulai mengambil ancang-ancang untuk mendekatinya. Aksa merasa sangat puas dengan aplaus yang luar biasa saat dia kembali duduk tapi dia kembali merasa kecewa saat gadis itu hanya diam saja.

Aksa kembali duduk saat Pak Hermawan kemudian memperkenalkan para petinggi Arabelle satu persatu. Aksa menatap mereka dengan malas ketika mereka mulai memperkenalkan diri dan memaparkan secara singkat program mereka satu persatu. Yang terakhir berdiri dan memperkenalkan diri adalah Sofia. Dia berdiri dengan anggun kemudian memperkenalkan dirinya dan berbicara sedikit tentang tugasnya. Kemudian dia kembali duduk dengan tenang. Sama sekali tak ada senyum! Aksa sampai merinding melihatnya.

Setelah pertempuran selesai, Sofia segera berdiri dan keluar dari ruangan dengan tenang tanpa memperdulikan sekitarnya.

"Kenapa kita punya pegawai seperti itu, Dev?" tanya Aksa saat mereka sampai di ruangannya.

" Seperti itu? Siapa?"

"Ahh, siapa namanya... itu si manajer pemasaran!" Aksa masih ingat tatapan dinginnya saat mereka bersitatap dengan Sofia.

"Oh, si nenek sihir itu! Sofia! Manajer terbaik yang kita miliki, pegawai favorit papa Bos!" Devan tertawa.

"Maksudmu.... dia?"

"Bukan! Dia seorang pekerja keras yang selalu memberikan keuntungan pada perusahaan!"

"Kupikir salah satu selingkuhan papa!" Aksa merasa lega mendengarnya.

Dari selentingan yang di dengarnya, ayahnya punya beberapa selingkuhan baik dari lingkungan kantor maupun luar kantor.

"Oh ya, suruh si nenek sihir itu ke sini. Aku mau dia melapor tentang launching produk Arabella bulan depan." Aksa menyandarkan kepalanya ke kursinya. Matanya terpejam, sebenarnya dia masih mengantuk karena semalam dia bergadang dengan beberapa temannya.

Aksa dikejutkan dering aiphone di mejanya. dia segera memencet tombol terima dan mendengar Runa sekretarisnya berkata kalo bu Sofia sudah ada di depan pintu. Aksa menyuruhnya masuk.

Ketika ruangannya terbuka, Aksa melihat gadis itu membawa sebuah map. Tatapan mereka bertemu sebentar sebelum tatapan Sofia beralih ke kursi yang ada di depan Aksa.

Gadis itu duduk di depan Aksa dengan anggun meski tak ada senyum di wajahnya. Sofia meletakkan map di atas meja dan membuka-bukanya kemudian dia menyampaikan detail acara pada Aksa. Hanya sebentar saja Aksa mendengarkan uraian Sofia setelah itu dia hanya tenggelam dalam angan-angannya. Seandainya bibir itu tersenyum tentu dia akan terlihat sangat manis.